Idul Fitri, Sudah Sungkem kepada Kedua Orang Tua?

Kala keheningan menyentuh hati setiap orang di hari Idul Fitri. Itu adalah saat dimana tradisi “sungkeman” mengambil panggung utama, menghubungkan hati yang muda dengan yang tua, dalam sebuah prosesi yang penuh makna.

Konon sejak zaman Mangkunegara I, atau yang lebih dikenal sebagai Pangeran Sambernyawa, tradisi sungkeman telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Idul Fitri. Pangeran Sambernyawa memperkenalkan tradisi ini sebagai cara efisien untuk menyampaikan permintaan maaf dan pengakuan kesalahan, menghemat waktu, tenaga, pikiran, dan biaya.

Pada hari yang fitri, di balai istana, para punggawa dan prajurit berbaris rapi, melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri. Mereka saling memaafkan, mencairkan segala beban di hati, dan memulai lembaran baru.

Sungkeman Hari Ini

Tradisi ini terus hidup, diwariskan dari generasi ke generasi. Di setiap rumah, di setiap sudut negeri, anak-anak muda berlutut di hadapan orang tua, mencium tangan yang telah banyak berkorban, meminta restu dan maaf. Sungkeman bukan sekadar ritual, melainkan ekspresi cinta, penghormatan, dan terima kasih yang mendalam.

Makna Sungkeman

Sungkeman adalah lebih dari sekadar sujud atau tanda bakti. Ini adalah momen dimana ego diletakkan di bawah, dimana hati dibuka lebar, dan dimana kata maaf memiliki kekuatan untuk menyembuhkan. Ini adalah saat dimana kita mengakui bahwa kita semua adalah manusia, penuh dengan kekurangan dan kesalahan, namun juga penuh dengan harapan dan keinginan untuk menjadi lebih baik.

Pesan untuk Generasi Muda

Jika kita masih beruntung memiliki orang tua, jangan lewatkan kesempatan emas untuk sungkem. Tiada hadiah yang lebih berharga bagi mereka selain melihat anak-anak mereka tumbuh menjadi pribadi yang menghargai nilai-nilai luhur. Sungkem bukan hanya tradisi, melainkan jembatan yang menghubungkan hati, memperkuat ikatan keluarga, dan menjaga warisan budaya yang indah ini tetap lestari.

Idul Fitri 1445 bukan hanya tentang kemenangan atas nafsu, tetapi juga tentang kemenangan hati yang mampu memaafkan dan meminta maaf. Di tengah perbedaan, sungkeman menjadi simbol persatuan, menjadi bukti bahwa kita semua adalah satu, terikat dalam kasih sayang dan penghormatan. Sungkem, sebuah tradisi yang akan terus menggema, dari generasi ke generasi, sebagai wujud cinta yang tak lekang oleh waktu.

Post a Comment

Previous Post Next Post