Idul Fitri 1445 H, Pesan Toleransi dan Persatuan Bergema di Ribuan Titik Tempat Shalat Ied LDII

Pesan Toleransi dan Persatuan Bergema di Ribuan Titik Tempat Shalat Ied LDII


Jakarta, 12 April – Ketika langit Jakarta masih berwarna abu-abu, ribuan lokasi di seluruh Indonesia sudah dipenuhi dengan suara takbir dan tahmid. Warga LDII, yang tersebar di 38 provinsi, bersatu dalam salat Idul Fitri 1445 Hijriyah, menggemakan pesan toleransi dan persatuan.

"Menyambut Hari Kemenangan ini, warga LDII di seluruh Indonesia melengkapinya dengan salat Ied. Nasehat usai khotbah salat Ied, diisi dengan pesan-pesan toleransi, persatuan dan kesatuan, serta saling menghormati dalam berkeyakinan," ungkap KH Chriswanto Santoso, Ketua Umum DPP LDII.

Pesan tersebut bukan sekadar retorika, melainkan refleksi dari perjalanan bangsa Indonesia yang terdiri dari beragam suku, agama, dan ras. Di era modern, bangsa ini semakin menyadari bahwa ikatan kebangsaan yang merajut keberagaman tak selamanya kokoh. "Sifat pluralisme yang berbeda satu sama lain, berhasil disatukan bangsa Indonesia dengan Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI," tutur KH Chriswanto.

Namun, tantangan tetap ada. Ideologi transnasional dan isu-isu ketimpangan ekonomi atau pembangunan bisa menggerus "4 Pilar Konsensus Bangsa". KH Chriswanto mengingatkan, "Maka, pesan kuat Idul Fitri dari DPP LDII adalah toleransi, persatuan dan kesatuan bangsa, serta penghormatan terhadap keyakinan. Dengan tiga hal itu, nasionalisme dapat diperkuat untuk mencapai tujuan pembangunan nasional."

Demokrasi memberikan ruang bagi toleransi, persatuan, dan kesatuan untuk berkembang. Pemerintah dan rakyat Indonesia mendukung hak-hak asasi manusia, termasuk hak hidup, beragama, berkeyakinan, dan hidup sejahtera. "Bahkan pemerintah juga memastikan melindungi hak hidup agama-agama dan berkeyakinan. Dan mayoritas melindungi minoritas, dan minoritas menghormati mayoritas. Itulah indahnya demokrasi," kata KH Chriswanto.

Sekretaris Umum DPP LDII, Dody Taufiq Wijaya, menambahkan bahwa pesan toleransi, persatuan, dan kesatuan juga disuarakan melalui tausiyah usai salat Ied. "Warga LDII bisa dipastikan hampir 100 persen hadir saat salat Ied, warga masyarakat di sekitar lokasi salat Ied juga bisa mendengarkan pesan-pesan kebangsaan tersebut," ujar Dody.

DPP LDII membuat tema kebangsaan tersebut sebagai materi untuk tausiyah usai salat Ied, yang kemudian diperdengarkan kembali oleh para penasehat agama untuk para jamaah salat Ied. "Sehingga pesan berantai tersebut teramplifikasi dengan baik, menjangkau umat dan membangun kesadaran mengenai nasionalisme dan menghormati kebebasan beragama serta berkeyakinan," tutur Dody.

Tanpa penghormatan terhadap hak dasar itu, negara dan bangsa Indonesia sulit untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan sebagai modal pembangunan nasional. Peradaban modern hari ini ditantang oleh isu-isu rasisme dan radikalisme. "Bila kita terjebak dalam isu-isu itu, kita seperti mundur 1.000 tahun ketika orang mempertentangkan agama untuk tujuan politik. Dan itulah yang membuat negara-negara besar di abad pertengahan mengalami kemunduran," pungkas KH Chriswanto.

Sekum DPP LDII menegaskan, keunikan bangsa Indonesia sebagai masyarakat yang majemuk, merupakan modal besar dalam pembangunan nasional. Di sisi lain, perbedaan tersebut harus dikelola agar kita tetap satu sebagai bangsa. Kita berbeda, namun kita satu. Itulah pesan Idul Fitri yang menggema dari ribuan lokasi salat Ied LDII.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama