Dalam hidup ini, tidak ada satu pun yang tetap. Keadaan, perasaan, kekuatan, bahkan pemikiran manusia bisa berubah sewaktu-waktu. Dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan bahwa yang kekal hanyalah Dzat-Nya (QS. Ar-Rahman: 26–27). Manusia adalah ciptaan yang berproses, diuji dalam berbagai bentuk, dan disempurnakan melalui perubahan demi perubahan.
Keragaman keadaan manusia adalah rahmat dan juga ujian. Di dalamnya, Allah menitipkan pelajaran-pelajaran luar biasa. Salah satunya terangkum dalam filosofi kehidupan yang mendalam: “4 Roda Berputar”, yakni gambaran bahwa kondisi manusia bergerak dalam siklus yang terus berganti—bukan untuk dihakimi, tetapi untuk disikapi dengan hikmah dan kasih sayang.
Berikut adalah makna dari empat roda tersebut:
1. Sing Ora Biso Diwulang — Yang Tidak Bisa Diberi Pelajaran
Setiap manusia memiliki potensi untuk belajar. Namun, tidak semua langsung terbuka terhadap pelajaran, nasihat, atau bimbingan. Dalam psikologi, ini dikenal sebagai resistensi kognitif—penolakan terhadap informasi baru karena terlalu melekat pada keyakinan lama.
Namun demikian, kita tak boleh langsung menghakimi. Sebab dalam sosiologi, perubahan sikap sering kali memerlukan lingkungan yang kondusif dan waktu yang cukup. Tugas kita bukan memaksa, tapi menanam benih pengetahuan dengan sabar.
Allah pun mengingatkan, hanya mereka yang mau menggunakan akal dan hati yang bisa mengambil pelajaran (QS. Al-Isra: 36). Maka, jangan menyerah memberi pelajaran—karena bisa jadi hari ini ditolak, tapi besok membekas.
2. Sing Ora Kuat Dibantu — Yang Tidak Kuat Dibantu
Tidak semua orang mampu langsung bangkit ketika dibantu. Dalam psikologi, ini bisa terjadi karena luka batin yang dalam, trauma, atau rasa tak berdaya yang menahun (learned helplessness). Ada yang sudah kehilangan harapan, hingga uluran tangan terasa seperti beban.
Namun, dari perspektif sosiologis, manusia adalah makhluk sosial yang saling bergantung. Jika satu individu tak kuat dibantu hari ini, bukan berarti ia tidak bisa dibantu selamanya. Mungkin yang dibutuhkan bukan solusi, tapi pendampingan, kehadiran, dan doa.
Allah menguji hamba-hamba-Nya dengan berbagai keadaan. Maka jangan lelah menjadi penolong, bahkan jika bantuan kita tampak belum membuahkan hasil. Karena pertolongan sejati bukan hanya mengangkat, tapi juga menemani saat orang lain terjatuh.
3. Sing Lali Dielingake — Yang Lupa Diingatkan
Lupa adalah sifat dasar manusia. Nabi Adam pun lupa, dan dari situlah Allah mengajarkan kita tentang taubat dan pengampunan. Dalam psikologi, kita tahu bahwa memori manusia bisa kabur karena stres, usia, atau distraksi duniawi.
Di sinilah fungsi pengingat: eling lan waspada. Dalam masyarakat, nilai-nilai moral akan pudar jika tak ada yang berani mengingatkan dengan kasih dan kelembutan. QS. Al-Qasas: 77 mengingatkan agar kita tidak melupakan bagian kita di dunia, tetapi tetap berbuat baik.
Maka, ketika saudara kita lupa, jangan diam. Tapi juga jangan menghakimi. Ingatkanlah mereka dengan cinta. Karena boleh jadi, suatu hari nanti, kita pun akan butuh diingatkan.
4. Sing Salah Diarhake Marang Kebeneran lan Dikongkon Tobat — Yang Salah Diarahkan ke Kebenaran dan Diajak Tobat
Setiap manusia bisa salah, dan itu bagian dari kemanusiaan. Namun kesalahan menjadi bencana jika dibiarkan. Maka Allah memberi perintah untuk saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran (QS. Al-Asr: 3).
Dalam psikologi moral, perubahan dari salah ke benar terjadi bukan lewat kecaman, tapi lewat dialog hati. Sementara dalam tatanan sosial, masyarakat yang sehat adalah masyarakat yang memberi ruang bagi orang untuk kembali—tanpa stigmatisasi.
Mengarahkan yang salah pada kebenaran adalah bentuk cinta tertinggi. Bukan menertawakan kesalahan, tapi menuntunnya menuju cahaya. Karena yang kita tolong bukan hanya dirinya, tapi juga dirimu sendiri—karena kita semua bisa berada di tempat yang sama, hanya berbeda giliran.
Roda Kehidupan Berputar, Tapi Arah Kita Menuju Kebaikan
Empat roda ini bukan hanya gambaran keadaan orang lain. Tapi bisa saja, di waktu yang berbeda, kita adalah orang yang tak mau belajar, yang tak kuat dibantu, yang lupa, atau yang salah.
Maka jangan pernah merasa lebih tinggi dari siapa pun. Jangan pula merasa tak punya harapan. Yang penting bukan di posisi mana kita sekarang, tapi apakah kita terus bergerak ke arah yang benar.
Inilah filosofi 4 roda kehidupan:
🛞 Ora biso diwulang — sabar dan tetap menanam kebaikan
🛞 Ora kuat dibantu — temani, bukan tinggalkan
🛞 Sing lali — ingatkan dengan kasih
🛞 Sing salah — arahkan dan ajak bertobat
Karena pada akhirnya, roda yang terus berputar bukan untuk menjatuhkan, tapi untuk mengangkat dan mematangkan jiwa kita.