Kala Dunia Berebut Empat Komoditas Paling Berharga
Pangan, air, energi, dan logam tanah jarang (LTJ) bakal menjadi penopang utama peradaban. LDII
mendorong kemandirian dalam hal sumberdaya tersebut.
Jakarta, Rabu, 10 Oktober 2018 lalu. Di depan Presiden Joko Widodo, dengan suara beratnya yang khas,
Ketua Umum DPP LDII Prof. Dr. Ir. K.H. Abdullah Syam, M.Sc. membacakan delapan bidang pengabdian
LDII. Saat itu, LDII sedang menggelar Rapat Pimpinan Nasional, untuk memberikan masukan kepada para
calon pemimpin bangsa dalam Pilpres 2019.
“
Adapun delapan bidang pengabdian itu meliputi wawasan kebangsaan, prinsip dakwah dan akhlak
bangsa, pendidikan karakter, pangan dan lingkungan hidup, ekonomi syariah, pengembangan pengobatan
herbal, pemanfaatan teknologi digital produktif, dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan,” ujar
Abdullah Syam.
Saat Prof. Dr. Ir. K.H. Abdullah Syam, M.Sc. meninggal dunia pada 2020 lalu, Ketua Umum DPP LDII Ir. K.H.
Chriswanto Santoso, M.Sc., melanjutkan delapan bidang pengabdian tersebut, “Dunia sedang menuju
krisis pangan, air, energi, dan eksplorasi logam tanah jarang (LTJ). Kemandirian pada sumberdaya
tersebut menjadi sangat penting, untuk itu delapan bidang pengabdian kami jadikan program kerja
lanjutan,” papar Chriswanto.
Menukil buku Geof Hischock, Earth Wars: The Battle for Global Resources, Chriswanto menyebutkan
konflik hari ini hingga pada masa-masa mendatang, berkaitan dengan penguasaan pangan, air, energi, dan
logam, sangat terasa pada abad 21. Menurut data water.org mencatat 875 juta penduduk dunia tak bisa
mengakses ataupun menyimpan air. Sementara di bidang pangan, jumlah penduduk dan produksi pangan
tak berimbang, juga menimbulkan kerawanan pangan.
“
Pemanꢀaatan produk pertanian yang diubah menjadi energi, juga membuat negara-negara pengekspor
jagung dan kedelai, menahan produksinya untuk pasar dalam negeri. Strategi tersebut juga memicu
kerawanan pangan,” ujarnya.
Konflik-konflik memperebutkan empat komoditas tersebut telah terjadi, mulai dari Arab Spring hingga
alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan industri dan perumahan. Sementara dalam urusan logam
tanah jarang (LTJ) atau rare earth, Indonesia juga memiliki cadangan yang berlimpah. Komoditas ini
menjadi rebutan antara Tiongkok dan Amerika Serikat.
Kantor berita Reuters melaporkan LTJ merupakan salah satu bahan baku terpenting dalam beberapa
industri, di antaranya ponsel, mobil listrik, mesin jet, satelit, hingga laser. Amerika Serikat adalah salah
satu negara yang sangat bergantung pada ketersediaan logam tanah jarang ini. Persoalannya, Tiongkok
merupakan pemasok utama LTJ tersebut.
Untuk itu, Dewan Pimpinan Pusat Lembaga Dakwah Islam Indonesia (DPP LDII) berkeyakinan,
kemandirian bangsa sangat penting, untuk mengelola sumberdaya, “Kemandirian bangsa melalui delapan
bidang pengabdian itu menjadi penting, agar Indonesia memiliki daya tawar tinggi dalam geopolitik dan
geoekonomi” ujar Chriswanto Santoso.
2
Langkah Nyata 8 Klaster Pengabdian LDII
Delapan bidang pengabdian LDII merupakan jawaban agar bangsa
Indonesia bisa memanfaatkan dan mengelola sumberdayanya agar
menjadi bangsa yang maju.
Ketua Umum DPP LDII K.H. Chriswanto Santoso menyebut, delapan
klaster pengabdian LDII tak muncul tiba-tiba pada 2018, namun
melalui pengamatan, analisis, dan penelitian yang panjang oleh
Dewan Pakar DPP LDII, yang terdiri dari akademisi, peneliti, dan
praktisi.
Delapan klaster tersebut kemudian dielaborasi, “Ternyata delapan klaster itu, telah dilaksanakan oleh
warga LDII secara pribadi maupun kelembagaan, jadi ini bukan sekadar wacana atau diskursus tapi
langkah nyata,” ujar Chriswanto Santoso. Berikut delapan klaster fokus pengabdian LDII tersebut:
1
. Wawasan Kebangsaan
Para ulama LDII sejak dulu, mendorong Pancasila sebagai dasar negara, sebagai konsesus keberagaman
suku dan agama yang ada di Indonesia, “Tak satupun dari sila Pancasila bertentangan dengan Islam, bahkan
semangat gotong-royong sebagai hal yang mendasari Pancasila juga merupakan nilai-nilai Islam,” ujar Ketua
Departemen Pendidikan Agama dan Dakwah DPP LDII K.H. Aceng Karimullah, yang juga anggota Majelis
Taujih wal Irsyad.
DPP LDII pada 28 Juni 2012 menyelenggarakan Seminar
“
Pancasila 2.0; Membangun Interaksi untuk Keutuhan Negeri”,
yang merupakan rangkaian dari Seri Dialog Kebangsaan.Para
pembicara yang hadir Pembicara DR. Yudi Latif dari REFORM
Institute, Prof. DR. Muladi, SH-Mantan Gubernur Lemhanas,
Wahyu Muryadi-Pemred Majalah TEMPO, Budiarto
Shambazy-Redaktur Senior KOMPAS, Mientarsih Muntoro-
Anggota DPR RI dan Prof. Dr. Dody Susanto-Staf Ahli KASAD
bidang Wawasan Kebangsaan dan Pancasila, dan Ketua DPP
LDII Ir. H. Prasetyo Sunaryo.
3
Saat pemerintah terus memasyarakatkan empat
pilar kebangsaan yang terdiri Pancasila, UUD
1
945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI, LDII telah
melakukan berbagai kegiatan untuk menanamkan
nilai-nilai Pancasila tersebut, dalam berbagai
seminar dan penyuluhan mengenai wawasan
kebangsaan.
Penggunaan asas Pancasila, bahkan sudah
dilaksanakan sejak era Lemkari, yang berdiri pada
1
Juli 1972. Lemkari sejak awal telah menggunakan
asas Pancasila. Saat pemerintah Orde Baru pada
985 mewajibkan setiap ormas menggunakan
1
Pancasila sebagai asas tunggal, dengan UU No. 8
tahun 1985, Lemkari telah maju selangkah. Bahkan
saat era Reꢀormasi, dengan keberadaan Undang-
Undang No. 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi
Kemasyarakatan, yang membebaskan ormas
menggunakan berbagai asas, Lemkari atau LDII
tetap konsisten menggunakan asas Pancasila.
Untuk meningkatkan dan menguatkan wawasan kebangsaan dan nasionalisme, LDII bekeja sama dengan
berbagai pihak, mulai dari akademisi, TNI, DPR, dan lembaga pemerintah mengadakan seminar dan
pelatihan mengenai empat pilar, wawasan kebangsaan dan bela negara.
2
. Dakwah Islam
Kegiatan pengajian yang dilaksanakan oleh LDII di salah satu Lapas di Sulawesi Selatan (foto kiri) dan Masyarakat
penderita Kusta di Jawa Timur (foto kanan).
Pada bidang dakwah Islam, sejak era Lemkari, LDII berhasil membentuk karakter warganya, agar menjadi
umat Islam yang muttabi ’, yakni umat Islam yang mengerjakan amal ibadah tidak sekadar meniru para
ulama, tapi mengetahui dalil atau sumber hukumnya, baik dari kandungan ayat Al Quran maupun Al
Hadits. Sehingga warga LDII menjadi insan yang memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat.
Sementara generasi muda LDII, dibentuk menjadi insan yang Tri Sukses, yakni manusia yang alim-faqih,
berakhlak mulia, dan mandiri. Perwujudan dari dakwah Islam LDII secara internal adalah, LDII memiliki
pengajian dengan berbagai tingkat umur, kondisi, dan profesi. Pengajian tersebut dilaksanakan di
tingkat kelurahan atau Pengurus Anak Cabang (PAC), kecamatan atau Pengurus Cabang (PC), dan tingkat
kabupaten/kota Dewan Pimpinan Daerah (DPD).
Frekuensi pengajian LDII, mencapai tiga kali seminggu. Sedangkan untuk remaja dan mereka yang belum
menikah hingga usia 30 tahun, mengikuti pengajian muda-mudi yang dilaksanakan pada akhir pekan.
Pengajian tersebut sangat membantu para orangtua, agar pergaulan anak-anak mereka dapat lebih
terjaga.
“
Selain berdakwah membangun karakter warganya, LDII merupakan ormas yang aktif dalam berbagai
kegiatan MUI baik di tingkat kecamatan hingga pusat. Sekitar 200-an warga LDII menjadi anggota MUI di
tingkat kabupaten/kota, provinsi dan di pusat,” ujar Chriswanto Santoso.
4