8 Bidang Pengabdian LDII untuk Bangsa

Kala Dunia Berebut Empat Komoditas Paling Berharga  
Pangan, air, energi, dan logam tanah jarang (LTJ) bakal menjadi penopang utama peradaban. LDII  
mendorong kemandirian dalam hal sumberdaya tersebut.  
Jakarta, Rabu, 10 Oktober 2018 lalu. Di depan Presiden Joko Widodo, dengan suara beratnya yang khas,  
Ketua Umum DPP LDII Prof. Dr. Ir. K.H. Abdullah Syam, M.Sc. membacakan delapan bidang pengabdian  
LDII. Saat itu, LDII sedang menggelar Rapat Pimpinan Nasional, untuk memberikan masukan kepada para  
calon pemimpin bangsa dalam Pilpres 2019.  
Adapun delapan bidang pengabdian itu meliputi wawasan kebangsaan, prinsip dakwah dan akhlak  
bangsa, pendidikan karakter, pangan dan lingkungan hidup, ekonomi syariah, pengembangan pengobatan  
herbal, pemanfaatan teknologi digital produktif, dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan,” ujar  
Abdullah Syam.  
Saat Prof. Dr. Ir. K.H. Abdullah Syam, M.Sc. meninggal dunia pada 2020 lalu, Ketua Umum DPP LDII Ir. K.H.  
Chriswanto Santoso, M.Sc., melanjutkan delapan bidang pengabdian tersebut, “Dunia sedang menuju  
krisis pangan, air, energi, dan eksplorasi logam tanah jarang (LTJ). Kemandirian pada sumberdaya  
tersebut menjadi sangat penting, untuk itu delapan bidang pengabdian kami jadikan program kerja  
lanjutan,” papar Chriswanto.  
Menukil buku Geof Hischock, Earth Wars: The Battle for Global Resources, Chriswanto menyebutkan  
konflik hari ini hingga pada masa-masa mendatang, berkaitan dengan penguasaan pangan, air, energi, dan  
logam, sangat terasa pada abad 21. Menurut data water.org mencatat 875 juta penduduk dunia tak bisa  
mengakses ataupun menyimpan air. Sementara di bidang pangan, jumlah penduduk dan produksi pangan  
tak berimbang, juga menimbulkan kerawanan pangan.  
Pemanꢀaatan produk pertanian yang diubah menjadi energi, juga membuat negara-negara pengekspor  
jagung dan kedelai, menahan produksinya untuk pasar dalam negeri. Strategi tersebut juga memicu  
kerawanan pangan,” ujarnya.  
Konflik-konflik memperebutkan empat komoditas tersebut telah terjadi, mulai dari Arab Spring hingga  
alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan industri dan perumahan. Sementara dalam urusan logam  
tanah jarang (LTJ) atau rare earth, Indonesia juga memiliki cadangan yang berlimpah. Komoditas ini  
menjadi rebutan antara Tiongkok dan Amerika Serikat.  
Kantor berita Reuters melaporkan LTJ merupakan salah satu bahan baku terpenting dalam beberapa  
industri, di antaranya ponsel, mobil listrik, mesin jet, satelit, hingga laser. Amerika Serikat adalah salah  
satu negara yang sangat bergantung pada ketersediaan logam tanah jarang ini. Persoalannya, Tiongkok  
merupakan pemasok utama LTJ tersebut.  
Untuk itu, Dewan Pimpinan Pusat Lembaga Dakwah Islam Indonesia (DPP LDII) berkeyakinan,  
kemandirian bangsa sangat penting, untuk mengelola sumberdaya, “Kemandirian bangsa melalui delapan  
bidang pengabdian itu menjadi penting, agar Indonesia memiliki daya tawar tinggi dalam geopolitik dan  
geoekonomi” ujar Chriswanto Santoso.  
2
Langkah Nyata 8 Klaster Pengabdian LDII  
Delapan bidang pengabdian LDII merupakan jawaban agar bangsa  
Indonesia bisa memanfaatkan dan mengelola sumberdayanya agar  
menjadi bangsa yang maju.  
Ketua Umum DPP LDII K.H. Chriswanto Santoso menyebut, delapan  
klaster pengabdian LDII tak muncul tiba-tiba pada 2018, namun  
melalui pengamatan, analisis, dan penelitian yang panjang oleh  
Dewan Pakar DPP LDII, yang terdiri dari akademisi, peneliti, dan  
praktisi.  
Delapan klaster tersebut kemudian dielaborasi, “Ternyata delapan klaster itu, telah dilaksanakan oleh  
warga LDII secara pribadi maupun kelembagaan, jadi ini bukan sekadar wacana atau diskursus tapi  
langkah nyata,” ujar Chriswanto Santoso. Berikut delapan klaster fokus pengabdian LDII tersebut:  
1
. Wawasan Kebangsaan  
Para ulama LDII sejak dulu, mendorong Pancasila sebagai dasar negara, sebagai konsesus keberagaman  
suku dan agama yang ada di Indonesia, “Tak satupun dari sila Pancasila bertentangan dengan Islam, bahkan  
semangat gotong-royong sebagai hal yang mendasari Pancasila juga merupakan nilai-nilai Islam,” ujar Ketua  
Departemen Pendidikan Agama dan Dakwah DPP LDII K.H. Aceng Karimullah, yang juga anggota Majelis  
Taujih wal Irsyad.  
DPP LDII pada 28 Juni 2012 menyelenggarakan Seminar  
Pancasila 2.0; Membangun Interaksi untuk Keutuhan Negeri”,  
yang merupakan rangkaian dari Seri Dialog Kebangsaan.Para  
pembicara yang hadir Pembicara DR. Yudi Latif dari REFORM  
Institute, Prof. DR. Muladi, SH-Mantan Gubernur Lemhanas,  
Wahyu Muryadi-Pemred Majalah TEMPO, Budiarto  
Shambazy-Redaktur Senior KOMPAS, Mientarsih Muntoro-  
Anggota DPR RI dan Prof. Dr. Dody Susanto-Staf Ahli KASAD  
bidang Wawasan Kebangsaan dan Pancasila, dan Ketua DPP  
LDII Ir. H. Prasetyo Sunaryo.  
3
Saat pemerintah terus memasyarakatkan empat  
pilar kebangsaan yang terdiri Pancasila, UUD  
1
945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI, LDII telah  
melakukan berbagai kegiatan untuk menanamkan  
nilai-nilai Pancasila tersebut, dalam berbagai  
seminar dan penyuluhan mengenai wawasan  
kebangsaan.  
Penggunaan asas Pancasila, bahkan sudah  
dilaksanakan sejak era Lemkari, yang berdiri pada  
1
Juli 1972. Lemkari sejak awal telah menggunakan  
asas Pancasila. Saat pemerintah Orde Baru pada  
985 mewajibkan setiap ormas menggunakan  
1
Pancasila sebagai asas tunggal, dengan UU No. 8  
tahun 1985, Lemkari telah maju selangkah. Bahkan  
saat era Reꢀormasi, dengan keberadaan Undang-  
Undang No. 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi  
Kemasyarakatan, yang membebaskan ormas  
menggunakan berbagai asas, Lemkari atau LDII  
tetap konsisten menggunakan asas Pancasila.  
Untuk meningkatkan dan menguatkan wawasan kebangsaan dan nasionalisme, LDII bekeja sama dengan  
berbagai pihak, mulai dari akademisi, TNI, DPR, dan lembaga pemerintah mengadakan seminar dan  
pelatihan mengenai empat pilar, wawasan kebangsaan dan bela negara.  
2
. Dakwah Islam  
Kegiatan pengajian yang dilaksanakan oleh LDII di salah satu Lapas di Sulawesi Selatan (foto kiri) dan Masyarakat  
penderita Kusta di Jawa Timur (foto kanan).  
Pada bidang dakwah Islam, sejak era Lemkari, LDII berhasil membentuk karakter warganya, agar menjadi  
umat Islam yang muttabi ’, yakni umat Islam yang mengerjakan amal ibadah tidak sekadar meniru para  
ulama, tapi mengetahui dalil atau sumber hukumnya, baik dari kandungan ayat Al Quran maupun Al  
Hadits. Sehingga warga LDII menjadi insan yang memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat.  
Sementara generasi muda LDII, dibentuk menjadi insan yang Tri Sukses, yakni manusia yang alim-faqih,  
berakhlak mulia, dan mandiri. Perwujudan dari dakwah Islam LDII secara internal adalah, LDII memiliki  
pengajian dengan berbagai tingkat umur, kondisi, dan profesi. Pengajian tersebut dilaksanakan di  
tingkat kelurahan atau Pengurus Anak Cabang (PAC), kecamatan atau Pengurus Cabang (PC), dan tingkat  
kabupaten/kota Dewan Pimpinan Daerah (DPD).  
Frekuensi pengajian LDII, mencapai tiga kali seminggu. Sedangkan untuk remaja dan mereka yang belum  
menikah hingga usia 30 tahun, mengikuti pengajian muda-mudi yang dilaksanakan pada akhir pekan.  
Pengajian tersebut sangat membantu para orangtua, agar pergaulan anak-anak mereka dapat lebih  
terjaga.  
Selain berdakwah membangun karakter warganya, LDII merupakan ormas yang aktif dalam berbagai  
kegiatan MUI baik di tingkat kecamatan hingga pusat. Sekitar 200-an warga LDII menjadi anggota MUI di  
tingkat kabupaten/kota, provinsi dan di pusat,” ujar Chriswanto Santoso.  
4
3
. Pendidikan Umum  
Dalam Keputusan Musyawarah Nasional (MUNAS)  
VII LDII Tahun 2011, di Surabaya, Nomor KEP-  
0
2
8/MUNAS VII LDII/III/2011 tertanggal 9 Maret  
011 tentang Pengembangan Sumberdaya  
Manusia Lembaga Dakwah Islam Indonesia. LDII  
mendefinisikan SDM Proꢀesional Religius sebagai  
SDM yang ideal, yang diindikasikan dengan alim-  
faqih (memiliki pengetahuan dan kepahaman  
agama yang tinggi), ber-akhlaqul karimah dan  
mandiri, dalam arti punya ketrampilan profesi;  
ketiganya disebut sebagai Tri Sukses.  
Dua sifat yang pertama yaitu alim-faqih dan berakhlak mulia merupakan bagian dari dimensi religiusitas,  
dan sifat yang terakhir (mandiri) merupakan dimensi yang terkait profesionalitas. Pada SDM Profesional  
Religius, juga terdapat pengembangan basis tabiat, yang disebut sebagai enam tabiat luhur, yaitu jujur,  
amanah, mujhid - muzhid , rukun, kompak dan bekerja sama yang baik.  
SDM Proꢀesional Religius ini sejalan dengan cita-cita pembangunan nasional, seperti yang tercantum  
dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2007, Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional  
Tahun 2005 – 2025, yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan  
beradab berdasarkan ꢀalsaꢀah Pancasila; mewujudkan bangsa yang berdaya-saing; dan mewujudkan  
masyarakat demokratis berlandaskan hukum.  
Untuk menunjang kesuksesan program tersebut, pada 24 November 2020, DPP LDII melansir platform  
e-learning Pondok Karakter, yang dapat diakses pada situs pondokkarakter.com. Menurut Ketua DPP  
LDII Dr. Basseng, e-learning tersebut berisi berbagai materi mengenai edukasi pembentukan karakter,  
sejak usia balita hingga dewasa. Dengan demikian materi-materi atau programnya dibuat berkelanjutan.  
SDM Indonesia mungkin secara intelektualitas dan kognitif sudah siap, namun jika tidak dibarengi  
dengan karakter yang dibingkai dalam nilai kebangsaan dan keagamaan semuanya akan tereksplorasi  
dengan tidak memperhatikan kebutuhan anak cucu kita kedepan,” ujar Basseng yang sekaligus penggagas  
Pondok Karakter.  
4
. Ekonomi Syariah  
Di bidang ekonomi syariah, warga LDII di  
berbagai kabupaten/kota di Indonesia mendorong  
dilakukannya praktik-praktik ekonomi/keuangan  
yang syariah. Sistem ekonomi tersebut di lingkungan  
LDII dipelopori oleh para ulama, akademisi, dan  
praktisi. Dimulai dengan pelatihan ekonomi syariah  
sampai di daerah-daerah, para ulama dan juru  
dakwah LDII mengajarkan mengenai transaksi yang  
halal. Pelatihan-pelatihan tersebut menjadi pijakan  
warga LDII untuk membangun usaha bersama.  
Sementara untuk permodalan, warga LDII membangun Baitul Mal wa Tamwil (BMT) dan Bank  
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Lembaga ekonomi syariah tersebut menyalurkan modal dengan cara  
syariah, sehingga warga LDII bisa memulai usaha dengan modal yang halal.  
Sebagai langkah konkrit dalam membantu UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah), LDII juga  
menyelenggarakan ASEAN Small & Medium Enterprise Partnership (ASMEP), pada bulan Desember  
2
015, melalui kerja sama dengan Kemenkop & UMKM, Sekjen ASEAN, MUI, Kedutaan Besar RI di negara-  
negara ASEAN, Kamar Dagang negara-negara ASEAN (seperti KADIN di Indonesia) dan lain-lain. Acara ini  
diselenggarakan dengan maksud untuk membangun paradigma bahwa dalam menjalankan usaha, UMKM  
tidak selalu harus berkompetisi, tapi juga dikembangkan prinsip partnership (kemitraan) yang saling  
menguntungkan di antara UMKM di negara-negara ASEAN.  
5
Merebaknya wabah Covid-19 menjadi salah satu pemicu warga LDII untuk meningkatkan penggunaan  
internet. Dengan internet, mereka bisa bekerja dari rumah dan memanfaatkannya untuk pemasaran.  
Untuk meningkatkan literasi internet, DPP LDII menghelat kerja sama dengan Gapura Digital (Google  
Indonesia), mengembangkan ekonomi digital. Mereka juga meningkatkan pemasaran melalui marketplace  
dan aplikasi Pikub.com.  
5
. Pertanian dan Lingkungan Hidup  
Pada bidang pertanian memiliki para pakar yang  
terdiri dari para akademisi dan praktisi. Mereka  
telah mengembangkan berbagai komoditas.  
Menerapkan pertanian terdigitalisasi, sebagaimana  
yang dilakukan Tantan Rustandi di Garut yang  
menggunakan Programmable Logic Controller (PLC),  
untuk memupuk, menyiram, dan menghitung masa  
panen tanaman pertanian yang ditempatkan pada  
tiga greenhouse.  
Dua warga LDII juga menjadi penyuluh mandiri  
pertanian tingkat provinsi dan nasional. Mereka  
adalah Awaldi Hasibuan dan Taswadi. Awaldi  
Hasibuan memperoleh berbagai penghargaan  
sebagai penyuluh pertanian swadaya. Ia mengajak  
warga di sekitar rumahnya, untuk mendirikan usaha  
agrowisata di Pekanbaru, Riau. Usaha tersebut kini  
membawahi 18 koperasi.  
Sedangkan Taswadi warga Melawi, Kalimantan  
Barat, adalah petani yang berhasil mengembangkan  
budi daya komoditas bawang merah dan tanaman  
lombok di atas lahan gambut. Ia transmigran yang  
belajar secara otodidak, lalu membagi ilmu kepada  
para tetangganya, mengenai pertanian di atas lahan  
gambut. Sama halnya Awaldi, Taswadi memperoleh berbagai penghargaan pada tingkat nasional, dan  
ditunjuk sebagai penyuluh pertanian tingkat provinsi dengan spesialisasi lahan gambut.  
Sementara, kiprah LDII dalam menata lingkungan dimulai dengan program Go Green, yang dilaksanakan  
di Jawa Timur pada tahun 2007 dan terus berlanjut hingga kini. Menurut data tim pemantau program Go  
Green, LDII telah menanam 4 juta pohon, dengan angka kematian 7,5 persen.  
6
. Kesehatan dan Pengobatan Herbal  
Kesehatan merupakan kebutuhan paling mendasar. Bahkan, kesehatan menjadi salah satu komponen  
keberhasilan negara dalam menyejahterakan rakyatnya. Pada bidang kesehatan, para ulama dan pengurus  
LDII mendorong pemanfaatan pekarangan untuk ditanami tanaman obat.  
6
Salah satu warga LDII, yang aktif menggalakkan tanaman obat, adalah dr. Indah Hastuti yang menjabat sebagai  
Kepala Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) Wisata Kesehatan Jamu (WKJ) Kabupaten Tegal. Di UPTD  
WKJ, Indah menyediakan wahana edukasi tanaman obat dan Puskesmas yang pasiennya dilayani dengan  
obat-obatan herbal. DPP LDII berpendapat, menggalakkan pengobatan herbal bukanlah langkah untuk  
mengabaikan produk-produk ꢀarmasi atau solusi dari kedokteran modern, namun sebagai bentuk pertolongan  
pertama ketika terjadi gejala sakit. Sekaligus menjadi alternatif untuk biaya kesehatan yang lebih murah.  
7. Informasi dan Teknologi  
DPP LDII mendorong warga LDII untuk  
memanfaatkan revolusi 4.0 sebagai modal  
meningkatkan produktivitas usaha, “Kehadiran  
revolusi industri 4.0 bukanlah lonceng kematian  
bagi industri kecil, namun perlu disikapi dengan  
mengadopsi teknologi dan etos kerja, sehingga  
mampu mengubah cara berbisnis dan mampu  
menciptakan sektor manufaktur baru yang menyerap  
tenaga kerja,” kata Ketua Umum DPP LDII Chriswanto  
Santoso.  
Bahkan, para karyawan, dengan kehadiran revolusi  
industri 4.0 bisa memulai usaha yang baru, dengan  
memanfaatkan kecanggihan dari revolusi industri  
tersebut. Revolusi generasi keempat ditandai  
dengan disrupsi dan perpindahan paradigma, yang  
memunculkan jenis usaha baru, semisal taksi dan  
ojek daring, digital marketing, pemanfaatan drone,  
hingga printer 3D.  
Salah satu warga dan sekaligus Ketua DPP LDII, Lukman Abdul Fatah telah mempelopori usaha di bidang  
digital printing 3D. Ia memproduksi beragam kerajinan berbahan kayu dengan menggunakan teknologi  
tersebut. Hasil karyanya dipamerkan dalam Rakernas LDII pada 2018 lalu.  
8
. Energi Baru Terbarukan (EBT)  
Pondok Pesantren Wali Barokah di Kediri telah memanfaatkan sel surya, untuk mencukupi kebutuhan  
listrik di pondok pesantren tersebut. Sementara di Pabrik Teh Jamus, telah memanfaatkan tenaga listrik  
mikrohidro. Penerapan teknologi dirancang oleh warga LDII.  
Langkah pengembangan dan penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) ini, adalah sebagai wujud  
kontribusi LDII dalam mendukung Pemerintah Indonesia yang telah menandatangai Paris Agreement  
tahun 2016 (Paris Agreement to the United Nations Framework Convention on Climate Change). Aturan  
tersebut mengharuskan Indonesia menggunakan energi terbarukan, untuk mengurangi emisi gas rumah  
kaca sampai dengan 23 persen pada tahun 2025 mendatang.  
7
Menghambat Penyebaran Covid-19  
Pandemi virus corona yang bermula di Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, pada akhir Desember 2019, juga  
menyerang Indonesia. Indonesia pertama kali mengkonfirmasi kasus COVID-19 pada Senin, 2 Maret lalu.  
Saat itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan ada dua orang Indonesia positif terjangkit virus  
Corona yakni perempuan berusia 31 tahun dan ibu berusia 64 tahun.  
Para ulama dan DPP LDII melihat wabah ini sebagai cobaan, dan Islam telah memberikan petunjuk yang  
jelas mengenai karantina, “Untuk memberi pemahaman yang benar mengenai Covid-19, LDII menggelar  
forum diskusi terpumpun dengan mendatangkan narasumber dari Kementerian Kesehatan, asosiasi  
pesantren, akademisi, dan peneliti wabah,” ujar Ketua Umum DPP LDII K.H. Chriswanto Santoso.  
DPP LDII menggelar webinar pada 10 Agustus 2020, dengan tema “Menjadi Pondok Pesantren Sehat  
pada Era Pandemi Covid-19”. Acara ini menghadirkan Kasubdit Pendidikan Pesantren Kementerian  
Agama Dr. H. Basnang Said. S.AG, M.Ag, Kepala Bidang Pencegahan, Mitigasi, dan Kesiapsiagaan, Pusat  
Krisis Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Dr. Ina Agustina Isturini, MKM. Keduanya mewakili lembaga  
pemerintah.  
Sementara dari institusi ponpes diwakili Ketua Pengurus Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Nahdlatul  
Ulama yang juga staf khusus Presiden bidang Keagamaan, K.H. Abdul Ghafar Rozin dan dr. H. Dani Pramudya,  
Sp.EM, Satgas Covid-19 LDII selaku Koordinator Tim Kesehatan Ponpes Minhaajurrosyidiin. Webinar ini juga  
menghadirkan peneliti pandemi dr Griꢀfith University Australia, dr. Dicky Budiman, M.Sc, PH. PhD (Can). Tampil  
sebagai moderator Redaktur Republika Online (ROL) Nashih Nasrullah.  
Mengantisipasi penyebaran Covid-19, bagi LDII bukan  
hanya tugas pemerintah namun seluruh elemen rakyat  
Indonesia. DPP LDII harus bergerak tangkas, pasalnya  
warganya memiliki kegiatan keagamaan dengan  
itensitas tinggi. Rerata, minimal dalam sepekan mereka  
menghelat pengajian tiga kali. Sementara, sekolah  
dan pondok pesantren memiliki ribuan santri yang  
rentan terpapar wabah virus corona. Untuk itu perlu  
pemahaman yang jelas mengenai Covid-19.  
DPP LDII sejak April, telah menginstruksikan seluruh  
jajaran pengurus LDII, mulai dari tingkat provinsi  
hingga Pengurus Anak Cabang (PAC) untuk menghentikan kegiatan di masjid-masjid. Kegiatan pertemuan  
organisasi juga diwajibkan mengikuti protokol kesehatan, “Namun pembinaan warga terkait dengan dakwah  
tetap dilaksanakan, kami menggunakan telekonferensi untuk pengajian ,” ujarnya.  
Saat pemerintah daerah di berbagai provinsi menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), warga LDII  
menggelar salat lima waktu dan ibadah salat Jumat di rumah masing-masing. Hal tersebut diikuti kampanye  
untuk terus melaksanakan protokol kesehatan.  
8
Sekilas Tentang LDII  
Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) didirikan pada 1 Juli 1972. Organisasi kemasyarakatan (Ormas)  
Islam ini, mulanya bernama Lembaga Karyawan Islam (Lemkari). Nama Lemkari merupakan usulan  
Mayjen Wijojo Sujono yang kebetulan menjadi Ketua Umum Federasi Olahraga Karate Indonesia (FORKI)  
yang membawahi Lembaga Karate-Do Indonesia (Lemkari).  
Di dalam mottonya, Lemkari menunjukkan sikap dakwah yang lebih toleran dan menghargai keyakinan  
orang lain. Lemkari membawa semangat baru, dakwah tanpa kekerasan atau tanpa menghujat pihak  
lain. Sikap ini juga sekaligus untuk menegaskan bahwa Lemkari adalah ormas Islam yang nasionalis dan  
berasaskan Pancasila.  
Pada tahun 1990, Direktorium Pusat  
(
Dirpus) Lemkari menghelat Mubes ke  
empat yang dihadiri oleh 26 provinsi.  
Sebelum Mubes tersebut, Menteri Dalam  
Negeri Jenderal TNI (Purn) Rudini  
menganjurkan perubahan Lemkari  
menjadi Lembaga Dakwah Islam  
Indonesia (LDII). Rudini beranggapan  
nama Lemkari mirip dengan Lembaga  
Karate-Do Indonesia, yang juga disingkat  
sebagai Lemkari.  
Perubahan nama itu sekaligus juga  
diupayakan untuk mengubah visi-misi  
Lemkari, agar menjadi ormas yang lebih profesional, inklusif (terbuka), dan lebih berwawasan nasional.  
Hal ini sesuai dengan cakupan cabang Lemkari, yang saat itu tersebar di 26 provinsi.  
Dalam upaya meningkatkan kontribusi, pada Munas VII LDII di Surabaya, pada 2011 silam mencanangkan  
program Proꢀesional Religius. Secara umum, definisi proꢀesional religus adalah siꢀat dan sikap proꢀesional  
(
ketrampilan) yang melekat dalam prilaku umat Islam sebagai wujud kemandiriannya.  
9
Sifat dan sikap profesionalitas  
kemandirian ini, dibingkai dalam  
penguasaan dan kepahaman agama (alim  
dan faqih) serta teraktualisasikan dalam  
rujukan perilaku akhlaqul karimah, yakni  
enam tabiat luhur (jujur, amanah, mujhid-  
muzhid, rukun, kompak, dan bisa bekerja  
sama dengan baik). Sifat profesional  
religius tersebut, diupayakan diterapkan  
warga LDII dalam berkehidupan, bekerja,  
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara  
serta dalam pergaulan internasionalnya.  
Para tokoh saat bersilaturrahim ke kantor DPP LDII  
(
dari kiri ke kanan atas) Dubes Singapura untuk  
Indonesia saat Loknas Era Digital 2019, Sandiaga  
Uno dan Wakil Kepala Badan Intelkam Mabes Polri  
disambut hangat oleh DPP LDII (bawah).  
Ketua Umum DPP LDII dari Masa ke Masa  
Drs. H. Bahroni Hartanto, 1972-1975  
Drs. H.R. Eddy Masiadi, 1975-1981, 1981-1986  
Drs. H. Ahmad Suarno 1986-1990  
K.H. Hartono Slamet, BA, 1990-1998  
Proꢀ. Dr. Ir. K.H. Abdullah Syam, M.Sc, 1998-2005, 2005-2011, 2011-2016, 2016-2020  
Ir. K.H. Chriswanto Santoso, M.Sc, 2020-saat ini.  
1
0
11  
DEWAN PIMPINAN PUSAT  
LEMBAGA DAKWAH ISLAM INDONESIA  
Jalan Arteri Tentara Pelajar No. 28 Patal Senayan Jakarta Selatan  
www.ldii.or.id - www.nuansaonline.net  
Lembaga Dakwah Islam Indonesia  
ldii_news  
ldii_news  
Lebih baru Lebih lama