JAKARTA. Dalam upaya untuk mendukung Pemilu dan menjamin lahirnya kepemimpinan nasional yang hebat di Indonesia, organisasi Islam LDII memperkuat dukungannya terhadap agenda demokrasi. Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso, menekankan bahwa Pemilu sesuai jadwal merupakan upaya untuk menjaga demokrasi. Dalam konteks ini, hadirnya tiga calon presiden merupakan tanda kuat untuk melenyapkan isu-isu politik seperti perpanjangan jabatan atau penundaan Pemilu.
“Pemilu yang sesuai jadwal adalah upaya bangsa ini menjaga demokrasi. Hadirnya tiga kandidat capres yang hampir pasti ini, menunjukkan adanya itikad kuat untuk melenyapkan isu-isu politik seperti perpanjangan masa jabatan atau penundaan Pemilu,” ungkap Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso.
Sebagai ormas keagamaan, LDII memandang Pemilu sebagai agenda strategis untuk menjalankan program kerja dan mengekspresikan aspirasi anggotanya. Menurut KH Chriswanto, tanpa bermitra dengan pemegang otoritas, ormas tidak dapat berkontribusi dalam pembangunan secara signifikan. Namun, ia juga menegaskan bahwa menjaga demokrasi penting untuk memastikan lahirnya kepemimpinan nasional yang berorientasi pada kemajuan bangsanya.
KH Chriswanto memaparkan bahwa pemimpin nasional yang diharapkan Indonesia adalah mereka yang komitmen pada Pancasila dan Pembukaan UUD 1945. Selain itu, ia harus dapat meneruskan dan memperbaiki program-program yang telah dilakukan pada masa kepemimpinan terdahulu menuju cita-cita dari Pembukaan UUD 1945.
Menurut KH Chriswanto, pemimpin nasional yang baik harus memiliki integritas, jujur, dan konsisten antara pikiran, ucapan, dan tindakan. Tanpa kepemimpinan nasional yang kuat, Indonesia akan menjadi sasaran penjarahan sumber daya alam. Tantangan nasional dan global yang tinggi pada masa depan, seperti Perang Dingin baru dan persaingan untuk mendapatkan sumber daya alam, membutuhkan pemimpin kreatif dan kuat yang mampu menjamin kemakmuran bangsa Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
KH Chriswanto mengajak untuk merefleksikan kembali model ekonomi berbasis utang dan menganggap kebijakan utang sebagai sebuah beban. Ia mencontohkan AS yang sedang mengalamai gagal bayar utang dan menderita kemiskinan dan kesenjangan sosial yang membesar. KH Chriswanto meyakini bahwa re-evaluasi model ekonomi tersebut serta pemilihan pemimpin nasional yang tepat, akan memastikan keberhasilan dalam membangun Indonesia ke masa depan yang lebih baik.
“Ekonomi yang menjelaskan utang adalah bagus untuk pembangunan harus dipertimbangkan kembali. Amerika Serikat yang memiliki doktrin utang adalah lumrah dalam pembangunan, kini mengalami gagal bayar dan ekonominya jatuh. Kemiskinan meningkat demikian halnya jurang kesejahteraan yang makin melebar antara si kaya dan si miskin,” pungkasnya.