Mengenal Rukun dan Wajib Haji, Sempurnakan Ibadahmu!

Mengenal Rukun dan Wajib Haji, Sempurnakan Ibadahmu!


Menunaikan ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam kelima yang wajib bagi umat Muslim yang mampu. Ibadah ini bukan hanya perjalanan fisik ke tanah suci Mekkah, tetapi juga perjalanan spiritual yang penuh makna dan berkah.

Bagi umat Muslim yang berkesempatan melaksanakannya, haji merupakan pengalaman yang tak terlupakan. Di tanah suci, mereka berkesempatan untuk mengunjungi berbagai tempat bersejarah dan suci, seperti Ka'bah, Masjidil Haram, dan Jabal Rahmah. Mereka juga berkesempatan untuk melakukan berbagai ritual ibadah haji, seperti tawaf, sai, dan wukuf.

Melaksanakan ibadah haji bukan hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi juga bagi keluarga dan orang lain. Doa-doa yang dipanjatkan di tanah suci diyakini lebih mudah dikabulkan oleh Allah SWT. Selain itu, haji juga dapat menjadi sarana untuk membersihkan diri dari dosa dan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Tiap muslim hendaknya tetap berusaha dan berdoa agar dapat mencapainya. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan diri, seperti menabung, mempelajari tata cara ibadah haji, dan meningkatkan keimanan.


Berikut beberapa berkah yang dapat diperoleh dengan menunaikan ibadah haji:

Pengampunan dosa: Diyakini bahwa dosa-dosa yang telah dilakukan diampuni oleh Allah SWT bagi yang telah menunaikan ibadah haji dengan sempurna.

Meningkatkan ketaqwaan: Ibadah haji dapat menjadi sarana untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Mendoakan keluarga dan orang lain: Di tanah suci, doa-doa yang dipanjatkan diyakini lebih mudah dikabulkan oleh Allah SWT.

Menjalin persaudaraan: Ibadah haji dapat menjadi sarana untuk menjalin persaudaraan dengan umat Muslim dari seluruh dunia.

Menunaikan ibadah haji merupakan sebuah perjalanan spiritual yang penuh makna dan berkah. Bagi umat Muslim yang berkesempatan melaksanakannya, hendaknya bersyukur dan memanfaatkan kesempatan tersebut sebaik-baiknya.


Rukun Haji

Rukun haji adalah amalan haji yang harus dikerjakan, tidak bisa diwakilkan dan tidak bisa diganti dengan dam. Barang siapa yang meninggalkan salah satu dari rukun haji maka hajinya tidak sah dengan alasan apapun.


Rukun haji ada empat, yaitu:

1. Niat ihrom haji

Berdasarkan dalil:

قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ ﷺ: إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنَّيَّةِ وَإِنَّمَا لِامْرِئٍ مَا نَوَى. رواه البخاري 

Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya (balasan) amalan itu tergantung dengan niat. Dan sesungguhnya bagi seseorang apa-apa yang dia niatkan."


2. Wukuf di Arafah

Berdasarkan dalil:

قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: الْحَجُّ عَرَفَةُ فَمَنْ أَدْرَكَ لَيْلَةَ عَرَفَةَ قَبْلَ طُلُوعِ الْفَجْرِ مِنْ لَيْلَةِ جَمْعٍ فَقَدْ تَمَّ حَجُّهُ

Rasulullah SAW bersabda: "Haji itu (wukuf) di Arafah, maka barang siapa yang menjumpai malam Arafah sebelum terbit fajar dari malam Jam'i (Muzdalifah, tanggal 10 Dzulhijjah) maka sungguh telah sempurna hajinya."


3. Thowaf Ifadhoh

Berdasarkan dalil-dalil:


قَالَ اللهُ تَعَالَى: ثُمَّ لْيَقْضُوا تَفَثَهُمْ وَلْيُوْفُوْا نُذُورَهُمْ وَلْيَطَّوَّفُوْا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ. سورة الحج : ٢٩

Allah yang Maha Tinggi berfirman: "Kemudian hendaklah mereka menghilangkan kotoran mereka (cukur gundul atau pendek) dan menetapi nadzarnya dan thowaf (Ifadlah) di rumah yang kuno (Ka'bah)."

قَالَ النَّوَوِيُّ: وَهُذَا الطَّوَافُ أَيْ طَوَافُ الْإِفَاضَةِ رُكْنُ مِنْ أَرْكَانِ الْحَجِّ لَا يَصِحُ الْحَبُّ إِلَّا بِهِ بِإِجْمَاعِ الْأُمَّةِ. في المجموع شرح المهذب

Nawawi berkata: "Thowaf ini, maksudnya thowaf ifadhoh adalah salah satu rukun haji. Haji tidak sah kecuali dengan mengerjakan thowaf ifadhoh, berdasarkan ijma umat."


4. Sa'i haji di antara Shofa-Marwah

Berdasarkan dalil:

قَالَتْ عَائِشَةُ: مَا أَتَمَّ اللَّهُ حَجَّ امْرِئٍ وَلَا عُمْرَتَهُ لَمْ يَطْفُ بَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ. رواه البخاري

Aisyah berkata: "Allah tidak akan menyempurnakan haji dan umroh seseorang yang tidak thowaf (sa'i) di antara Shofa dan Marwa."


Wajib Haji

Wajib haji adalah amalan haji yang wajib dikerjakan, barang siapa meninggalkan salah satu dari wajib haji maka wajib menyembelih dam, adapun hajinya tetap syah. Barang siapa yang tidak mampu menyembelih dam, maka berpuasa sepuluh hari.

Berdasarkan dalil:

قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ : مَنْ نَسِيَ مِنْ نُسُكِهِ شَيْئًا أَوْ تَرَكَهُ فَلْيُهْرِقُ دَمًا. رواه مالك في الموطأ

Ibn Abbas berkata: "Barang siapa yang lupa sesuatu dari manasiknya (rangkaian ibadah haji atau umrohnya) atau meninggalkannya maka supaya mengalirkan darah (menyembelih dam)."


Wajib haji ada tujuh, yaitu:

1. Niat ihrom haji di miqot. Berdasarkan dalil:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: إِنَّ النَّبِيَّ ﷺ وَقَتَ لِأَهْلِ الْمَدِينَةِ ذَا الْحُلَيْفَةِ وَلِأَهْلِ الشَّامِ الْجُحْفَةَ وَلِأَهْلِ نَجْدٍ قَرْنَ الْمَنَازِلِ وَلِأَهْلِ الْيَمَنِ يَلَمْلَمَ هُنَّ لَهُنَّ وَلِمَنْ أَتَى عَلَيْهِنَّ مِنْ غَيْرِهِنَّ مِمَّنْ أَرَادَ الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ وَمَنْ كَانَ دُوْنَ ذَلِكَ فَمِنْ حَيْثُ أَنْشَأَ حَتَّى أَهْلُ مَكَّةَ مِنْ مَكَّةَ. رواه البخاري

Dari Ibni Abbas RA, dia berkata: "Sesungguhnya Nabi SAW telah menentukan miqot bagi penduduk madinah di Dzal Hulaifah, bagi penduduk Syam di Juhfah, bagi penduduk Najd di Qorn al-Manazil, bagi penduduk Yaman di Yalamlam. Miqat-miqat itu untuk penduduk kota-kota tersebut dan untuk selain penduduk kota tersebut yang melewati miqot dari orang-orang yang menghendaki haji dan umroh. Barang siapa yang berada diantara miqot dengan Makkah maka dia ber-ihram dari tempat dia memulai, sehingga penduduk Makkah (ber-ihram) dari Makkah."


2. Tidak meninggalkan Arafah sampai matahari terbenam (bagi yang wukuf di siang hari). Berdasarkan dalil:

قَالَ جَابِرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: فَلَمْ يَزَلِ النَّبِيُّ ﷺ وَاقِفًا حَتَّى غَرَبَتِ الشَّمْسُ وَذَهَبَتِ الصُّفْرَةُ قَلِيلًا. رواه مسلم

Jabir RA berkata: "Nabi SAW tidak henti-hentinya wukuf sampai matahari terbenam dan sinar kuning hilang sedikit."


3. Mabit di Muzdalifah.

Berdasarkan firman Alloh:

فَإِذَا أَفَضْتُمْ مِنْ عَرَفَاتٍ فَاذْكُرُوا اللهَ عِنْدَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ. سورة البقرة : ١٩٨

Allah yang maha Tinggi berfirman: "Maka ketika kalian telah bubar dari Arafah maka ingatlah kepada Allah di dekat Masy'ar al-Haram (Mabit di Muzdalifah)."


4. Melempar jumroh Aqobah pada tanggal 10 Dzulhijjah dan melempar tiga jumroh (Ula, Wustho dan Aqobah) pada hari-hari Tasyriq.


Berdasarkan dalil:

قَالَ جَابِرٌ رَضَ اللَّهُ عَنْهُ : رَأَيْتُ النَّبِيَّ ﷺ يَرْمِي عَلَى رَاحِلَتِهِ يَوْمَ النَّحْرِ وَيَقُوْلُ: لِتَأْخُذُوْا مَنَاسِكَكُمْ. رواه مسلم

Jabir RA berkata: "Aku melihat Nabi SAW melempar (jumroh) dari atas kendaraannya pada hari menyembelih (10 Dzulhijjah) dan beliau bersabda: "Ambillah (pelajari dan amalkan) manasik kalian (dariku)."


5. Cukur gundul atau cukur pendek. Berdasarkan firman Alloh:

لَتَدْخُلُنَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ إِنْ شَاءَ اللهُ آمِنِينَ مُخَلِّقِيْنَ رُءُوسَكُمْ وَمُقَصَّرِينَ ... الآية. سورة الفتح : ٢٧

Allah yang Maha Tinggi berfirman: "Niscaya sungguh kalian akan masuk ke dalam Masjid al-Haram insya-Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur gundul rambut kepala kalian dan mencukur pendek".


6. Mabit di Mina pada malam hari-hari Tasyriq. Berdasarkan dalil:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ لَمْ يُرَخّصِ النَّبِيُّ ﷺ لِأَحَدٍ يَبِيْتُ بِمَكَّةَ إِلَّا لِلْعَبَّاسِ مِنْ أَجْلِ السَّقَايَةِ. رواه البخاري

Dari Ibni Abbas, dia berkata: "Nabi SAW tidak memberi kemurahan kepada seorangpun untuk mabit di Makkah kecuali kepada Abbas, karena dia bertugas memberi minum (pada orang-orang haji)."


7. Thowaf wada', kecuali perempuan yang haid atau nifas dan orang yang bermukim di Makkah. 

Berdasarkan dalil:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: أُمِرَ النَّاسُ أَنْ يَكُوْنَ آخِرُ عَهْدِهِمْ بِالْبَيْتِ إِلَّا أَنَّهُ خُفِّفَ عَنِ الْحَائِضِ. رواه البخاري

 Dari Ibni Abbas RA, dia berkata: "Orang-orang (yang melaksanakan ibadah haji) diperintah agar akhir janji (kewajiban) mereka di Baitullah (thowaf wada'), hanya saja wanita haid diberi kemurahan (tidak mengerjakan thowaf wada')."

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama