PPKK LDII: Kedaulatan Pangan dan Gizi untuk Generasi Emas 2045

PPKK LDII: Kedaulatan Pangan dan Gizi untuk Generasi Emas 2045


JAKARTA. Ketersedian pangan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia. Hal itu mendorong DPP LDII menggelar webinar pangan bertajuk, “Kedaulatan Pangan dan Gizi Guna Mewujudkan Generasi Penerus Bebas Stunting menuju Indonesia Emas 2045”.

Webinar tersebut berlangsung secara hybrid di Kantor DPP LDII, Senayan, Jakarta, Sabtu (23/9). Salah satu narasumber dalam kegiatan itu, Psikolog sekaligus anggota bidang Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga (PPKK) DPP LDII Dewi Ilma Antawati.

Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan peran keluarga sangat perlu dalam mewujudkan generasi penerus bebas stunting. “Dalam hal ini pendidikan berbasis nilai dan karakter sangat berperan, untuk membentuk individu dengan daya tahan pangan yang baik,” ujar Dewi.

“Bagaimana budaya hidup keluarga di rumah, seberapa besar tingkat pengetahuan dalam mengelola gizi dan makanan yang baik. Dan alternatif makanan pengganti seperti apa, yang baik untuk diri sendiri dan keluarga. Hal tersebut yang akan membentuk nilai serta kebiasaan kita di rumah,” lanjutnya.

Di era kemajuan teknologi saat ini, lanjutnya, banyak keinginan yang didorong dengan cara instan atau instant gratification, tanpa memikirkan efek jangka panjang. “Hal ini juga berdampak pada perilaku makan. Rasa dan kecepatan penyajian lebih diutamakan, daripada nilai gizinya,” tutur Ilma.

Perlu diketahui, mengkonsumsi fast food atau junk food ini juga dihubungkan dengan kasus stunting. Dan jika dibiarkan terus menerus, akan menjadi pola perilaku yang menetap, hingga menjadi sifat dan kepribadian,” ungkapnya.

Di sisi lain ada slow food. Makanan yang diproses dalam waktu yang lama, namun dimasak serta dikonsumsi dengan cara yang baik, seperti mengunyah makanan itu secara perlahan, agar tubuh kita dapat menyerap zat-zat gizi yang ada di dalam makanan tersebut. Untuk itu, pembiasaan konsumsi makan di dalam keluarga menjadi penting dengan memilah dan memilih makanan.

Pembiasaan keluarga sehat bebas stunting ini dapat dilakukan dengan menjaga kesehatan keluarga, seperti memperhatikan pola makanan yang dikonsumsi, menyadari penyakit apa yang muncul dari kesalahan konsumsi, serta kebersihan lingkungan.

“Kemudian menghindari masalah yang mengganggu pertumbuhan fisik, serta perkembangan otak dan produktivitas. Dan juga mengupayakan nutrisi dan pola asuh dalam keluarga. Hal ini yang membentuk perilaku sehat yang didasari adanya karakter positif dalam keluarga,” ujar Dewi.

Ia mengingatkan LDII memiliki 29 karakter luhur yang terprogram dalam pembinaan generasi penerus. “Dalam membangun pembiasaan perilaku sehat keluarga, kita juga berpedoman pada 29 karakter luhur, contohnya bersyukur,” imbuhnya.

Wujud dari bersyukur bukan hanya diucapkan, tetapi juga dilakukan dengan perbuatan, yakni menjaga kebersihan dan kesehatan dalam diri dan keluarga, serta menkonsumsi makanan secara baik.

Peran pendidikan dalam keluarga diharapkan dapat mewujudkan generasi penerus yang sehat dan bebas stunting, sehingga dapat mencapai generasi emas di tahun 2045. “Hadiah terindah yang bisa kita berikan dan dimiliki adalah keluarga yang sehat, Indonesia hebat,” tutupnya. (TY/LINES)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama