Jakarta (23/2) – Ketua DPP LDII, Rulli Kuswahyudi, menekankan pentingnya peran humas yang berada di bawah Departemen Komunikasi, Informasi, dan Media (KIM) dalam menyebarluaskan kontribusi LDII kepada masyarakat. Menurutnya, humas memegang tanggung jawab besar dalam mengedepankan informasi yang akurat untuk mencegah kesalahpahaman dan persepsi negatif terhadap organisasi.
Hal tersebut ia sampaikan dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) DPP LDII yang bertema “Peningkatan Kapasitas Organisasi untuk Memperkuat Kolaborasi Menyukseskan Asta Cita”, yang digelar di Grand Ballroom Minhajurrosyidin, Jakarta, pada Sabtu (22/2).
Rulli menjelaskan bahwa media sosial kini telah menjadi sarana penyebaran informasi tanpa batas, yang berpotensi menyebarkan informasi tidak terverifikasi. Hal ini, lanjutnya, membuat literasi digital masyarakat menjadi sangat penting. Ia menyoroti fenomena post-truth, yaitu bagaimana informasi yang terus disebarkan bisa membentuk stereotip dan prasangka dalam benak publik, yang mudah diprovokasi. “Media massa atau media sosial adalah alat yang ampuh dalam mempengaruhi persepsi publik. Jika sebuah informasi terus-menerus diulang, maka akan menciptakan stereotip dan prasangka yang mengendap dalam kognitif publik, yang suatu saat dapat dengan mudah diprovokasi,” ujar Rulli.
Ia juga mengingatkan pentingnya pengelolaan media massa dan media sosial yang efektif bagi organisasi. Rulli menyampaikan bahwa 37 dari 38 provinsi di Indonesia sudah memiliki media massa di bawah DPW LDII, dan ia mendorong setiap DPW untuk mengaktifkan website organisasi di setiap daerah untuk menjadi sumber informasi yang kredibel.
Tidak hanya itu, Rulli juga menekankan pemanfaatan media sosial seperti Instagram, TikTok, Twitter, dan Facebook sebagai saluran informasi yang lebih efektif. “Saat ini, masyarakat, terutama generasi muda, tidak lagi mencari informasi melalui website, tetapi lebih banyak mengandalkan TikTok dan media sosial lainnya,” lanjutnya.
Untuk itu, ia mendorong pengurus LDII di seluruh Indonesia untuk memaksimalkan peran Kelompok Kerja (Pokja) LDII News Network (LINES) dalam memberdayakan generasi muda untuk mengelola media massa dan media sosial. “Kami di DPP rutin membuka pelatihan jurnalistik yang menyasar generasi muda mengajak mereka untuk berkreasi dan menggunakan media sosial dengan bijak,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Departemen Komunikasi, Informasi, dan Media (KIM) DPP LDII, Ludhy Cahyana, mengungkapkan bahwa informasi yang terus beredar di media sosial dapat membentuk pola pikir dan perilaku publik terhadap objek berita. Oleh karena itu, perubahan persepsi publik yang telah terbentuk memerlukan upaya besar. “Fenomena post-truth dan false flag membuat kebenaran sering kali didasarkan pada persepsi, bukan fakta. Dalam kondisi seperti ini, seorang komunikator harus memiliki strategi yang tepat dalam menyampaikan informasi agar tidak mudah diputarbalikkan,” ujar Ludhy.
Ludhy juga menekankan pentingnya organisasi memiliki narasi yang konsisten dan berbasis data dalam setiap publikasi. “Setiap konten yang kita produksi harus berdasarkan fakta dan dapat dipertanggungjawabkan. Jika kita lengah, maka pihak lain yang akan membentuk opini publik terhadap kita,” katanya.
Selain itu, ia mengimbau agar pengurus DPW dapat menjalin hubungan baik dengan media massa yang kredibel, serta memastikan bahwa informasi yang disampaikan dapat terindeks dengan baik di mesin pencari seperti Google. “Membangun hubungan dengan media massa yang kredibel akan membantu meningkatkan citra positif organisasi dan memastikan informasi yang benar tersampaikan kepada publik,” pungkasnya.