Mengontrol Kesadaran Diri Saat Hadapi Masalah


Kesehatan mental, meski sering diabaikan, merupakan isu yang semakin mendesak di Indonesia. Video ini memperkenalkan kita pada diskusi mendalam mengenai gangguan mental, dengan fokus pada depresi dan kecemasan, melalui sudut pandang Dika Saputra bersama psikolog Kak Kisti. Apa yang terungkap dalam percakapan ini lebih dari sekadar informasi medis—ini adalah panggilan untuk kesadaran dan pemahaman yang lebih baik terhadap kesehatan mental di tengah masyarakat Indonesia.

Tantangan Kesehatan Mental di Indonesia

Sekitar 9,8% dari populasi Indonesia mengalami masalah kesehatan mental pada tahun 2021, dengan depresi menjadi masalah utama yang memengaruhi hingga 6,6% penduduk. Ini bukan angka kecil, dan tren peningkatan jumlah penderita gangguan mental menunjukkan bahwa masalah ini harus segera mendapatkan perhatian serius. Depresi, misalnya, tidak hanya soal perasaan sedih. Gejalanya meliputi ketidakstabilan emosi, gangguan tidur, perubahan nafsu makan, dan hilangnya minat pada aktivitas sehari-hari—suatu kondisi yang sangat memengaruhi kualitas hidup seseorang.

Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental

Apa yang menyebabkan gangguan mental? Kak Kisti menjelaskan bahwa gangguan mental seperti depresi muncul dari gabungan faktor biologis, emosional, dan sosial. Peran amigdala dan hippocampus dalam mengatur suasana hati menunjukkan bahwa kesehatan mental tidak semata-mata soal perasaan, tetapi juga dipengaruhi oleh proses biologis dalam otak. Masalah sosial, seperti tekanan teman sebaya dan dinamika keluarga, juga berpengaruh besar—terutama bagi remaja yang tengah membangun identitas mereka.

Mengapa Harus Mendapatkan Bantuan Profesional?

Salah satu pesan utama yang disampaikan adalah pentingnya mencari bantuan profesional alih-alih mencoba untuk mendiagnosis diri sendiri. Meskipun mungkin terdengar menggoda untuk mencari tahu sendiri apakah kita sedang depresi atau cemas, hanya psikolog atau psikiater yang dapat memberikan penilaian yang akurat. Hal ini juga menghindarkan kita dari kesalahan diagnosis yang bisa memperburuk keadaan. Kak Kisti mengingatkan bahwa psikolog lebih berfokus pada terapi dan memberikan dukungan emosional, sementara psikiater diperlukan untuk masalah yang membutuhkan pengobatan.

Stigma dan Kesadaran Mental di Indonesia

Namun, masalah terbesar yang sering dihadapi oleh mereka yang berjuang dengan kesehatan mental adalah stigma yang masih melekat dalam masyarakat. Mental illness sering kali dianggap sebagai tanda kelemahan atau bahkan "gila", yang membuat banyak orang enggan mencari bantuan. Diskusi dalam video ini mengajak kita untuk membuka percakapan tentang kesehatan mental, khususnya di kalangan generasi muda yang lebih terbuka. Semakin banyak orang yang sadar dan berbicara tentang kesehatan mental, semakin kecil kemungkinan stigma ini berkembang.

Kesehatan Mental dalam Komunitas: Dukungan Itu Penting

Selain bantuan profesional, lingkungan sosial dan keluarga juga memainkan peran besar dalam proses pemulihan. Video ini menekankan pentingnya membangun sistem dukungan yang sehat, baik itu melalui komunikasi yang lebih baik antar anggota keluarga atau mendukung teman yang sedang berjuang dengan kesehatan mental. Kekuatan dari hubungan yang saling mendukung dapat mempercepat proses pemulihan dan membantu seseorang mengelola stres serta tantangan emosional.

Keseimbangan antara Terapi dan Obat-obatan

Ketika berbicara soal pengobatan, penting untuk diingat bahwa tidak semua gangguan mental membutuhkan obat-obatan. Banyak kasus depresi atau kecemasan dapat diatasi dengan terapi psikologis yang tepat. Namun, untuk beberapa kasus yang lebih serius, kolaborasi antara psikolog dan psikiater menjadi krusial. Keseimbangan antara terapi dan pengobatan medis bisa menjadi kunci untuk pemulihan jangka panjang.

Mendorong Pemahaman dan Empati

Sebagai penutup, video ini mengajak kita untuk melihat kesehatan mental secara lebih holistik. Duka, stres, dan kesulitan emosional adalah bagian dari kehidupan yang perlu dipahami dengan lebih mendalam, bukan disalahpahami atau disingkirkan. Ketika kita merangkul pendekatan yang lebih penuh empati terhadap sesama, kita menciptakan ruang bagi mereka yang membutuhkan dukungan, tanpa rasa takut dihakimi.

Kesadaran akan pentingnya kesehatan mental ini harus terus digalakkan, mengingat angka yang terus meningkat dan dampak yang bisa dirasakan oleh banyak orang. Kesehatan mental bukanlah masalah individu semata—ini adalah isu sosial yang memerlukan perhatian kita semua. Mari kita jadikan pemahaman ini sebagai langkah pertama untuk menciptakan lingkungan yang lebih suportif dan inklusif, di mana setiap orang merasa aman untuk berbicara dan mendapatkan bantuan tanpa takut dicap negatif.

 

Lebih baru Lebih lama