Umrah Mandiri: Solusi Hemat dan Fleksibel

Umrah Mandiri: Solusi Hemat dan Fleksibel


 

Salah satu alasan Joko memilih umrah backpacker adalah karena biaya yang lebih murah dan waktu yang relatif lebih fleksibel. Terlebih, Pemerintah Kerajaan Arab Saudi mengizinkan umrah mandiri dengan visa turis.

Umrah mandiri, atau umrah ala backpacker, menjadi solusi bagi mereka yang ingin menunaikan ibadah umrah dengan biaya yang lebih hemat dan waktu yang lebih fleksibel. Dengan melakukan umrah secara mandiri, jamaah memiliki kebebasan untuk mengatur jadwal dan kegiatan mereka selama di tanah suci, sehingga mereka dapat memaksimalkan waktu mereka untuk beribadah dan merasakan pengalaman spiritual yang lebih mendalam.

Selain itu, dengan adanya kebijakan baru dari Kerajaan Arab Saudi yang mengizinkan umrah mandiri, peluang untuk melakukan umrah dengan biaya yang lebih terjangkau menjadi semakin besar. Ini tentunya menjadi kabar baik bagi umat Islam di seluruh dunia, terutama bagi mereka yang memiliki keterbatasan dana.

Namun, perlu diingat bahwa meski umrah mandiri menawarkan banyak keuntungan, tetap saja dibutuhkan persiapan yang matang dan pengetahuan yang cukup tentang tata cara umrah dan kondisi di tanah suci. Oleh karena itu, bagi mereka yang berencana untuk melakukan umrah mandiri, disarankan untuk melakukan penelitian dan persiapan yang matang sebelum berangkat.


Joko Hariyanto, ke Mekkah ala Backpacker

Bertandang ke Mekkah dan Madinah menjadi impian bagi setiap umat Islam. Namun, tidak semua orang bisa menunaikannya. Bisa jadi terhalang waktu, dana, maupun kesehatan. Tak mengherankan bila jutaan umat Islam mengunjungi dua Kota Suci itu setiap tahun, saat umrah maupun haji.

Biaya umrah dan haji memang tak sedikit. Umumnya, orang berangkat bersama rombongan lewat biro travel. Harganya pun bervariasi, dengan kisaran 30 juta-40 juta. Tergantung kapasitas jamaah dalam satu kamar dan pemilihan hotel.

Dengan biaya sebesar itu, sejatinya terdapat jalur alternatif yag lebih hemat: umrah mandiri yang populer dengan sebutan umrah backpacker – yang ini tentu saja tidak memanggul rangsel besar, hanya sebatas istilah wisata hemat.

Hematnya bisa sampai 50 persen. Begitu kata traveller Joko Hariyanto yang juga pengurus Departemen Komunikasi, Informasi dan Media (KIM) DPP LDII. Ia membulatkan tekadnya untuk beribadah umrah lewat jalur mandiri bersama istrinya, Erni. Layaknya backpacker, mereka melakukan perjalanan umrah tanpa menggunakan jasa Penyelenggara Perjalananan Ibadah Umrah (PPUI). Dengan demikian, mereka harus mengatur sendiri segala keperluannya.

Dengan perkembangan teknologi dan akses informasi, umrah mandiri ala backpacker menjadi semakin mudah. Sebelum berangkat, Joko mengaku kerap berselancar di internet untuk menggali informasi destinasi, “Semua kami riset mulai dari tiket pesawat, akomodasi hotel, hingga transportasi di sana bagaimana, hingga mengurus visa,” ungkap Joko.

Salah satu alasan Joko memilih umrah backpacker adalah bisa menekan biaya. Ia bisa mencari momentum untuk memesan tiket jauh-jauh hari agar mendapat harga miring. Setidaknya tiga bulan sebelum rencana keberangkatan, tiket pulang pergi sudah dipesan. Joko mengaku rajin membandingkan harga tiket yang ditawarkan aplikasi-aplikasi perjalanan.

“Waktu itu dapat tiket cuma Rp 3 juta, untuk satu orang. Pesannya jangan saat peak season karena akan lebih mahal,” ungkapnya.

Dalam perjalanannya, meraka sengaja mengawali penerbangan dari Malaysia karena pemerintah Indonesia tidak mengizinkan warganya untuk beribadah secara mandiri. “Paling mudah lewat Malaysia, tinggal pesan tiket dan sedia paspor saja, tidak usah urus visa kalau ke Malaysia,” ucapnya.

Sementara untuk visa menuju Saudi Arabia, keduanya memilih untuk mengurusnya lewat biro perjalanan wisata. Ia mengaku visa umrah untuk dua orang dipatok sekitar Rp6 juta. Biaya itu menurutnya jauh lebih mahal jika dibanding mengurus visa di Negeri Jiran yang hanya menghabiskan Rp. 1,5 juta per orang.

Dari Malaysia, keduanya terbang ke Jeddah dengan Maskapai Saudia Airlines. “Dari Malaysia transit hanya sekitar 4 jam, tidak keluar bandara lalu langsung ke Jeddah,” lanjutnya.

Sesampai di Jeddah, keduanya menumpang Uber untuk menuju hotel di Makkah, dengan tarif hanya sekitar 50 riyal atau sekitar Rp200 ribuan. “Selanjutnya saya ke Hotel Al-Kiswah yang saya pesan lewat Traveloka, harganya murah cuma sekitar Rp450 ribu permalam, sekamar berdua. Jaraknya dekat dengan Masjidil Haram,” ucapnya.

Tertatanya transportasi publik di Makkah juga memudahkan keduanya untuk melakukan umrah mandiri. Ia menyebut banyak bus khusus yang melayani pengunjung kota suci dengan sistem yang sudah terintegrasi. “Naik bus dari hotel ke Miqat untuk awal niat umrah hanya sekitar 4 Riyal atau Rp. 16 ribuan,” jelasnya.

Selain biaya yang cenderung lebih murah, salah satu alasan Joko memilih umrah backpacker adalah bisa mengatur waktu dengan lebih fleksibel, tanpa harus mengikuti jadwal itenary yang biasanya ketat dengan waktu. “Kalau umrah regular itu kan tergantung dari penyelenggara. Kalau mandiri ya bisa suka-suka kita mau kemana, tinggal atur sendiri aja,” lanjutnya.

Joko menekankan bahwa umrah mandiri memungkinkan seseorang untuk fokus pada ibadahnya. “Yang terlintas di benak saya ketika mau berangkat umrah adalah ibadahnya. Saya tidak begitu memikirkan fasilitas, perjalanan, apalagi hanya sekadar jalan-jalannya saja,” ucapnya.

Pengalamannya yang sudah pernah haji cukup membekalinya tentang informasi medan di tanah suci. “Yang penting kita harus khatam mengkaji ilmunya. Di sana tinggal kita praktikkan saja apa yang sudah dikaji,” lanjutnya.

Secara keseluruhan, ia dan istrinya hanya menghabiskan biaya Rp30 juta selama 15 hari di tanah suci. Biaya tersebut menurutnya tergantung pada preferensi kebutuhan masing-masing individu. “Per orang paling cuma Rp15 juta, itu sudah makan,” ungkap Joko.

Dengan begitu, biaya umrah mandiri relatif jauh lebih murah daripada paket umrah regular resmi yang mematok biaya sekitar Rp30 juta. Dengan umrah mandiri, keduanya bisa menghemat hingga puluhan juta.

Baru-baru ini, Kerajaan Arab Saudi mengeluarkan kebijakan baru yang menarik perhatian publik. Mereka kini mengizinkan jamaah untuk melaksanakan umrah secara mandiri dengan menggunakan visa turis bagi sejumlah negara, termasuk Indonesia. “Dengan dibukanya visa turis itu lebih mudah dan murah. Kita tinggal ngurus sendiri ke kedutaan,” tanggapnya.

Pendaftaran umrah tersebut dapat dilakukan secara mandiri melalui aplikasi Nusuk yang diluncurkan Pemerintahan Arab Saudi. Lewat aplikasi tersebut, jamaah bisa memesan waktu untuk ke Raudhah dan mendapat akses informasi tentang haji, umrah, wisata, penginapan, hingga kebutuhan lainnya di Makkah dan Madinah.

Dengan kemudahan tersebut, Joko mengaku semakin ketagihan dan tergiur kembali ke tanah suci untuk melaksanakan umrah secara mandiri. “InsyaAllah akan kembali berangkat umrah mandiri pertengahan tahun ini,” tutupnya.

Menurut Joko, umrah jalur mandiri sangat cocok untuk kawula muda. Sebab fisiknya memang bagus, mau repot, dan berani mengurus segala keperluannya secara mandiri. Sementara umrah reguler atau melalui jalur biro perjalanan sangat pas bagi mereka yang enggan repot atau sudah usia lanjut, karena lebih aman dan nyaman.


Post a Comment

Previous Post Next Post