اللهُ أَكْبَرُ (۳x)،
لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
Allah Maha Besar, tidak
ada tuhan yang layak disembah kecuali Dia.
Allah Maha Besar, bagi-Nya segala puji.
Segala puji bagi
Allah, yang telah dan masih memberi kita umur dan kesempatan sehingga kita
masih bisa berjumpa dengan hari raya Idul Fitri tahun ini.
Bukan hanya nikmat berupa
umur, nikmat lainnya yang tidak bisa kita hitung satu-persatu juga telah
dikaruniakan kepada kita di antaranya adalah nikmat Islam, nikmat iman, kesehatan, kesempatan
dan kemampuan menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh di bulan
Ramadhan. Mudah-mudahan setelah kita menunaikan ibadah puasa, kita akan
mendapatkan predikat takwa yang menjadi orientasi utama rukun Islam yang ke-empat
ini.
Tujuan berpuasa ini telah ditegaskan oleh
Allah dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 183:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"Hai
orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah
diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa”.
Jamaah shalat Idul Fitri yang berbahagia, predikat
takwa yang diraih oleh seseorang dalam berpuasa, diperkuat lagi dengan menunaikan kewajiban zakat fitrah, jika
direnungkan lebih dalam, kedua ibadah ini, yakni puasa dan zakat, memiliki
tujuan yang mulia. Bukan hanya berdimensi vertikal sebagai penghambaan pada
Allah, namun juga berdimensi horizontal yakni hubungan dengan sesama manusia.
Kedua ibadah ini memiliki dimensi sosial dan mampu menjadikan kuatnya
persaudaraan antarsesama dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Dimensi
sosial dari ibadah puasa bisa kita lihat dari wujud kesadaran kita untuk ikut
merasakan kepedihan yang dirasakan banyak orang akibat tidak bisa makan dan
minum. Kita diajari melalui ibadah puasa, bagaimana rasanya haus dan lapar,
sehingga diharapkan akan tumbuh jiwa-jiwa yang saling tenggang rasa, kemudian
menumbuhkan pula kesadaran untuk saling membantu. Sejak munculnya Covid-19 atau virus
Corona tahun 2019 dua setengah tahun yang lalu di negeri kita, berbagai sendi
kehidupan manusia terdampak, di antaranya sektor ekonomi yang terus melemah.
Hal ini tentu berakibat pada semakin banyaknya orang yang menurun taraf
ekonominya. Akibatnya, sebagian dari mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan
sehari-hari, termasuk untuk sekedar makan dan minum.
Dalam ibadah puasa, kita juga diajari
bagaimana menahan nafsu dan keinginan kita. Ibarat sekolah karakter, maka Ramadhan
mengajarkan kepada kita untuk menjadi jiwa-jiwa yang luhur dan tidak mudah
menyakiti orang lain. Hal ini dilakukan dengan mempuasakan seluruh anggota
tubuh, pikiran dan hati kita.
Mata harus dipuasakan
dari pandangan yang tercela yang bisa melalaikan pada zikir kepada Allah
subhanahu wata'ala.
Lidah harus
dipuasakan dari berbicara yang tidak bermanfaat, bicara bohong, menggunjing,
mengumpat, berkata buruk, dan menebar permusuhan serta menzalimi orang lain.
Tangan harus dipuasakan dari berlaku zalim
pada orang lain, mengambil hak orang lain, dan tindakan yang merugikan orang
lain. Begitu juga dengan anggota tubuh lainnya.
Jika materi sekolah
karakter Ramadhan ini bisa terus kita pupuk dan terus kita aplikasikan dalam
kehidupan kita pasca-Ramadhan, maka diharapkan akan tumbuh kedamaian dan
persaudaran yang kokoh dengan orang lain.
Jika kita benar-benar lulus dari
latihan-latihan yang telah kita jalani selama Ramadhan, maka akan memberi efek
positif di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Semoga kita tidak menjadi orang
yang tidak mendapatkan apa-apa dari puasa sebagaimana sabda Rasulullah
shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan Imam Ahmad:
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ
اِلَّا الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ
Artinya: "Betapa banyak orang yang
berpuasa tapi tidak mendapat secuil apapun dari puasanya kecuali hanya lapar
dan haus".
Jamaah shalat Idul
Fitri yang berbahagia, sementara dimensi sosial dari zakat bisa kita lihat dari
semangat kita berbagi melalui harta yang telah dititipkan Allah SWT kepada
kita.
Di setiap Ramadhan dan Idul Fitri kita bisa
lihat semangat masyarakat yang tinggi untuk berzakat, baik zakat fitrah maupun
zakat maal. Tradisi berbagi kebahagiaan dengan bersedekah berupa bingkisan,
makanan, dan uang juga menjadi hal positif yang sebaiknya kita terus
pertahankan, bukan hanya saat ini saja. Budaya senang berbagi rezeki ini akan
memperkuat ukhuwah insaniyah yang selanjutnya akan menumbuhkan kecintaan kepada
sesama.
Kita tidak boleh
berfikir bahwa memberikan harta kita kepada orang lain maka rezeki kita akan
berkurang. Kita harus sadar bahwa rezeki itu adalah rahasia Allah SWT yang
diberikan kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya. Mungkin banyak di
antara kita yang beranggapan bahwa hidup dan rezeki adalah matematika yakni
satu tambah satu sama dengan dua. Padahal rezeki dalam kehidupan ini tidak bisa
dihitung dengan ilmu matematika.
Dalam hidup, terkadang 1+1 memang 2. Namun,
bisa saja 1+1=11 atau 1+1 bisa jadi 0. Masing-masing rezeki manusia dan makhluk
di dunia ini sudah ditentukan oleh Allah. Rezeki tidak akan tertukar karena
Allah telah membagi-bagi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya. Allah
ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ
حِسَابٍ
“Sesungguhnya Allah memberi rizki kepada
siapa saja yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (Surah Ali ‘Imran ayat 37).
Allah juga sudah menegaskan dalam Al-Quran
bahwa siapa yang mau bersedekah, maka Allah akan melipatgandakan rezeki yang
diterimanya. Digambarkan bahwa siapa saja yang menginfakkan hartanya di jalan
Allah, maka Allah akan membalasnya dengan 700 kali lipat. Hal ini memiliki
arti, sekaligus membuka mata kita bahwa hakikat memberi adalah menerima,
semakin banyak kita memberi, maka akan semakin banyak kita menerima. Sebagaimana
difirmankan dalam surah Al-Baqarah ayat 261:
مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ
فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ، كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ، فِيْ
كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ
ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya
di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap
tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki,
dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui”.
Di akhir ayat ini kita juga diingatkan dengan
dua sifat Allah yakni Mahaluas dan Maha Mengetahui. Lagi-lagi ini menguatkan
agar kita tidak perlu khawatir terhadap rezeki, karena Allah Mahaluas
rahmat-Nya kepada hamba-Nya dan karunia-Nya tidak terhitung jumlahnya. Allah
juga Maha Mengetahui siapakah di antara hamba-hamba-Nya yang patut diberi
pahala yang berlipat-ganda, yaitu mereka yang suka menafkahkan harta bendanya
untuk kepentingan umum, untuk menegakkan kebenaran, dan untuk kepentingan
pendidikan bangsa dan agama.
Ajaran Islam mengenai infak ini sangat tinggi
nilainya. Selain mengikis sifat-sifat yang tidak baik seperti kikir dan
mementingkan diri sendiri, infak juga menimbulkan kesadaran sosial yang
mendalam, bahwa manusia senantiasa saling membutuhkan, dan seseorang tidak akan
dapat hidup seorang diri. Sebab itu harus ada sifat gotong-royong dan saling
memberi sehingga jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin dapat
ditiadakan, persaudaraan dapat dipupuk dengan hubungan yang lebih akrab.
Menafkahkan harta di jalan Allah, baik yang
wajib seperti zakat, maupun yang sunah seperti sedekah, yang dimanfaatkan untuk
kesejahteraan umat, untuk memberantas penyakit kemiskinan dan kebodohan, untuk
penyiaran agama Islam dan untuk pengembangan ilmu pengetahuan adalah sangat
dituntut oleh agama, dan sangat dianjurkan oleh syara'. Sebab itu, banyak
sekali ayat-ayat Al-Qur'an yang membicarakan masalah ini, serta memberikan
dorongan yang kuat dan memberikan perumpamaan yang menggambarkan bagaimana
beruntungnya orang yang suka berinfak dan betapa malangnya orang yang tidak mau
menafkahkan hartanya.
اللهُ أَكْبَرُ (۳x)، لاَ إِلهَ
إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
Jamaah
shalat Idul Fitri yang berbahagia, untuk lebih
menguatkan persaudaraan yang dihasilkan dari ibadah puasa dan zakat ini, mari
kita juga perkuat semangat persaudaraan dengan terus melakukan silaturahim.
Apalagi di hari lebaran ini, budaya silaturahim dengan saling memaafkan harus
senantiasa kita pertahankan. Di zaman modern saat ini, tidak ada alasan bagi
kita untuk tidak bersilaturahim. Perkembangan teknologi saat ini mampu menjadi
solusi dan sarana untuk memperkuat persaudaraan tanpa batas waktu dan tempat.
Media internet, khususnya media sosial, seharusnya dimanfaatkan untuk hal-hal
positif seperti menjalin silaturahim, memperkuat persaudaraan, tukar menukar informasi dan
hal-hal penting serta bermanfaat lainnya. Namun fenomena yang terjadi kadang
terbalik 180 derajat, di mana media sosial menjadi ajang perpecahan melalui
hoaks, fitnah, caci maki. Padahal tidak ada agama di dunia ini yang membenarkan
prilaku seperti itu. Mari kita perkuat silaturahim untuk menumbuhkan sikap
saling pengertian. Jika kita kehilangan sifat tasamuh atau saling pengertian
maka kita akan merasa paling benar sendiri dan menuduh orang lain salah. Inilah
yang kemudian memunculkan sifat intoleran yang jika dibiarkan akan memunculkan
sikap radikal, ekstrem, dan berujung kepada tega menyakiti orang lain seperti
sikap para teroris.
Silaturahim akan memunculkan jiwa musyawarah,
menyamakan dan menguatkan pemikiran, ide dan gagasan sehingga akan menemui
titik temu kesepakatan. Jiwa musyawarah kemudian akan memunculkan hubungan
spiritual antar sesama manusia yang akan semakin mengokohkan persatuan dan
kesatuan dalam masyarakat, yang dalam Al-Qur’an disebutkan dalam Surah
Al-Anbiya ayat 107:
وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً
لِّلْعٰلَمِيْنَ
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad)
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam”.
Jamaah shalat Idul
Fitri yang berbahagia, mari kita rayakan iedul-fitri ini dengan
cerdas.
Orang yang cerdas, melihat idul fitri ini sebagai
kesempatan untuk menambah ketaatan dan ibadah kepada Allah SWT dengan
silaturrahim, halal bihalal, saling bermaafan, memberi sedekah, dan menolong
orang lain.
Janganlah menjadikan Idul Fitri untuk
menambah maksiat dan melampiaskan hawa nafsunya, seperti mencela, menghina,
membuat ujaran kebencian, menebarkan hoaks, dan memecah belah umat.
Jangan pula kekanak-kanakan, yang menjadikan idul
fitri ini hanya sebagai kesempatan untuk bermain bersama teman-teman,
bersenang-senang, belanja baju baru dan mendapatkan banyak THR dari keluarga
dan sanak saudara.
Jamaah shalat Idul Fitri yang berbahagia, salah satu
cara beridul fitri orang cerdas adalah menghidupkan tradisi yang amat baik
selepas Idul Fitri, yaitu tradisi saling memaafkan, atau lebih dikenal di
Indonesia dengan tradisi halal bi halal. Yang memiliki kesalahan meminta maaf
pada yang disalahi; yang disalahi memberi maaf kepada yang bersalah. Tradisi
ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah Al-A’raf ayat 199:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ
وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang
makruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.”
Selain itu, dalam sebuah hadits dijelaskan, orang yang
bersalah diperintahkan untuk segera meminta maaf atas kesalahannya tanpa
harus menunggu datangnya iedul-fitri. Sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari,
Nabi SAW bersabda:
مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ
عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ، فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ اليَوْمَ، قَبْلَ أَنْ لاَ
يَكُونَ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ، إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ
مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ، وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ
سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ
“Barangsiapa yang pernah menganiaya saudaranya, baik moril
maupun materil, segeralah minta kehalalannya hari itu juga, sebelum
sampai pada hari tiada dinar dan dirham. Jika hal tersebut terjadi, bila ia
memiliki amal baik, amal tersebut akan diambil sesuai kadar penganiayaannya.
Namun bila ia sudah tidak memiliki kebaikan, maka kepadanya akan ditimpakan
kesalahan dari saudaranya yang ia aniaya tadi”.
Menjadi jelas, mumpung hari ini semua orang sedang bahagia
dengan menyambut hari raya idul fitri, semua orang mudah memberi maaf, semua
orang dalam keadaan lapang, mari kita manfaatkan momentum berharga ini untuk
saling bermaafan.
Jamaah shalat Idul Fitri yang berbahagia, pada
momentum hari raya idul fitri ini, kita diperintahkan Allah SWT untuk peduli
terhadap sesama, yaitu kewajiban untuk mengeluarkan zakat fitrah sebanyak 1
sha’, kurang lebih 3 liter, yang dikeluarkan sebelum shalat Idul Fitri.
Sebagaimana riwayat hadits:
فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ زَكَاةَ الْفِطْرِ
طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ، وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِين مَنْ
أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلَاةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُولَةٌ وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ
الصَّلَاةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ
“Rasulullah mewajibkan zakat fitrah untuk menyucikan orang
yang puasa dari kejelekan dan untuk memberikan makan bagi orang miskin.
Siapa membayar zakat fitrah sebelum shalat ied, merupakan zakat fitrah yang
diterima. Siapa yang membayar zakat usai shalat ied, dianggap sebagai sedekah
biasa. (HR Ibnu Majah)
Tujuan zakat fitrah adalah untuk menyucikan diri orang yang
berpuasa dari segala bentuk kesalahan selama berpuasa. Bisa jadi, tanpa terasa,
orang berpuasa berkata kotor, melakukan ujaran kebencian, atau menebarkan hoax,
maka zakat fitrah ini berfungsi untuk menyucikan jiwa orang yang berpuasa agar
menjadi insan yang mulia. Selain itu zakat fitrah bertujuan untuk berbagi
terhadap sesama muslim yang membutuhkan, jangan sampai di hari raya yang mulia
ini mereka masih memikirkan kebutuhan pangan. Inilah kemuliaan agama Islam yang
tidak hanya memperhatikan ibadah secara vertikal kepada Allah SWT, namun juga
memperhatikan sesama muslim yang membutuhkan.
Jamaah shalat Idul Fitri yang berbahagia, ada
pelajaran penting yang dapat kita petik dari hari raya idul fitri ini, yaitu
sebagaimana diungkapkan dalam sebuah syair yang berbunyi:
لَيْسَ
الْعِيْد لِمَنْ لَبِسَ الْجدِيْد - وَلَكِنَّ اْلعِيْد لِمَنْ طَاعَاتُهُ تَزِيْد
لَيْسَ الْعِيْد لِمَنْ تَجَمَّلَ بِاللِّبَاسِ
وَالرُّكُوْبِ - إِنَّمَا العِيْد لِمَنْ غُفِرَتْ لَهُ الذُّنُوْب
"Hari raya tidak diperuntukkan bagi
orang yang memakai pakaian baru, tapi hari raya diperuntukkan bagi orang yang
semakin bertambah ketaatan atau ketakwaannya.
Hari raya tidak diperuntukkan bagi orang yang
bagus pakaian dan kendaraannya, tapi hari raya
diperuntukkan bagi orang yang diampuni dosa-dosanya”.
Hari raya idul fitri adalah jembatan untuk meningkatkan
amal ibadah kita kepada Allah SWT. Sebagaimana tujuan diperintahkannya puasa,
yaitu menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Jika sebelum bulan
Ramadhan, ibadah kita belum baik, banyak melakukan kesalahan dan kejelekan,
setelah hari raya Idul Fitri ini, mari kita berkomitmen untuk memperbaiki diri,
memperbaiki kesalahan, dan meminimalisir kesalahan dan kejelekan. Mari
kita contoh puasanya ulat, sebelum berpuasa ia menjadi hewan yang menjijikkan,
namun setelah berpuasa selama beberapa waktu, ia menjadi kupu-kupu yang indah dan disukai oleh banyak orang. Jangan sampai kita berpuasa
sebagaimana ular, tiada perbedaan selama melakukan puasa, bahkan setelah puasa
ia lebih ganas dari sebelumnya. Na’ûdzu billâhi min dzâlik.
اللهُ أَكْبَرُ (۳x)،
لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
Jamaah Iedul Fitri yang
berbahagia, dalam kesempatan yang baik ini, mari kita meninjau ulang beberapa
ayat Allah dalam Al-Quran yang akan menjelaskan kepada kita suatu adegan drama
kenyataan yang akan terjadi kelak di akhirat. Ayatnya terdapat dalam surah Al-A’raf ayat 50 dan 51;
وَنَادَى أَصْحَابُ النَّارِ
أَصْحَابَ الْجَنَّةِ أَنْ أَفِيضُوا عَلَيْنَا مِنَ الْمَاءِ أَوْ مِمَّا
رَزَقَكُمُ اللَّهُ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَهُمَا عَلَى الْكَافِرِينَ (50) الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَهْوًا
وَلَعِبًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فَالْيَوْمَ نَنْسَاهُمْ كَمَا
نَسُوا لِقَاءَ يَوْمِهِمْ هَذَا وَمَا كَانُوا بِآيَاتِنَا يَجْحَدُونَ (51)
Dan penghuni neraka memanggil
atau menyeru kepada penghuni surga, "Wahai penghuni sorga, limpahkanlah
kepada kami sedikit air atau makanan yang telah direzekikan Allah kepada
kalian." Mereka (penghuni surga) menjawab, "Sesungguhnya Allah
telah mengharamkan keduanya bagi orang-orang
kafir, (yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai permainan
dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu
mereka." Maka pada hari ini, Kami melupakan mereka sebagaimana
mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini,
dan sebagaimana mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.
Hadirin, bisa jadi yang memanggil dari neraka
itu adalah seorang isteri, sedangkan yang dipanggil di sorga itu adalah
suaminya, seperti model isteri Nabi Nuh atau isteri Nabi Luth dengan suami
merka. “Wahai suamiku”, kata si isteri, “Bisakah kanda menolong aku hari ini
untuk mengentaskan aku dari neraka ini dan mengajak aku untuk tinggal bersamamu
di sorga?” Mungkin suami-suami mereka hanya bisa menarik nafas panjang tanpa
harapan.
Bisa juga sebaliknya, yang menyeru dari neraka itu adalah seorang suami,
sementara yang dipanggil di sorga itu adalah isterinya, seperti model Asiah
dengan Fir’aun.
Dan bisa jadi, yang memanggil dari neraka itu
adalah seorang bapak, sementara yang dipanggil di sorga itu adalah anaknya,
seperti model Azar, bapaknya Nabi Ibrahim dengan Ibrahim sebagai anaknya.
Dan tentu bisa juga yang menyeru dari neraka
itu adalah seorang anak, sementara yang dipanggil di sorga adalah ayah
bundanya.
Si anak menyeru: Ayah, ibu, apakah ayah dan ibu tega
melihat anakmu ini menderita tiada tara dalam neraka? Apakah ayah dan ibu tidak
bisa menolong aku? Tidakkah bisa ayah ibu memberikan kepadaku air surga meski
cuma seteguk? Maka ayah bundanya menjawab: Nak, kalau soal tega, mana ada
orangtua yang tega melihat anaknya menderita. Tapi, apa boleh buat, Allah sudah
menetapkan bahwa rejeki sorga adalah haram bagi penghuni neraka.
Dari ayat-ayatdi atas tadi bisa kita mengambil pelajaran
bahwa di hadapan Allah kelak kita tidak bisa mengandalkan diri kepada orang
lain. Isteri tidak bisa mengandalkan suaminya, suami tidak bisa mengandalkan
pada isterinya, orangtua tidak bisa mengandalkan pada anaknya, anak pun tidak
bisa mengandalkan pada orangtuanya. Masing-masing harus punya modal iman
sendiri-sendiri. Dan masing-masing harus bisa menyelamatkan dirinya sendiri
dari azab neraka.
Setelah masing-masing memiliki imannya sendiri-sendiri,
barulah di antara mereka bisa saling menolong. Doa orangtua akan bermanfaat
bagi anak-anaknya, jika kedua pihak memiliki modal iman masing-masing. Syafa’at
seorang teman akrab akan bermanfaat bagi temannya yang lain, jika kedua pihak
telah memiliki modal iman masing-masing.
اللهُ أَكْبَرُ (۳x)،
لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
Jamaah Iedul Fitri yang berbahagia.
Akhirnya semoga Allah SWT menjadikan kita sebagai orang-orang pemaaf,
orang-orang yang senang bersilaturahim, berbakti terhadap kedua orang tua
kita, dan semoga kita dipertemukan Allah di akhirat kelak bersama keluarga kita
memasuki surga-Nya Allah SWT, selamat dari neraka-Nya. Aamiin Yaa
Rabbal ‘Aalamin. Marilah
kita berdoa, memohon kepada Allah Yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang
untuk kebaikan kita semua:
اَللَّهُمَّ إِنَّا
نَحْمَدُكَ وَنَشْكُرُكَ وَنَسْتَعِيْنُكَ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْكَ.
Ya
Allah, kami memuji-Mu, kami bersyukur kepada-Mu, kami memohon pertolongan kepada-Mu, dan kami berpasrah
diri kepada-Mu.
اللَّهُمَّ إِيَّاكَ
نَعْبُدُ، وَلَكَ نُصَلِّيْ وَنَسْجُدُ، نَرْجُو رَحْمَتَكَ وَنَخْشَى عَذَابَكَ.
Ya
Allah, hanya kepada-Mu kami
menyembah, hanya untuk-Mu kami shalat dan bersujud, kami sangat mengharapkan rahmat-Mu dan dan kami takut akan adzab-Mu.
اَللَّهُمَّ لَكَ
الْحَمْدُ بِالإِسْلاَمِ، وَلَكَ الْحَمْدُ بِالإِيْمِانِ، وَلَكَ الْحَمْدُ
بِالْقُرْآنِ، وَلَكَ الْحَمْدُ بِشَهْرِ رَمَضَانَ، وَلَكَ الْحَمْدُ بِكُلِّ
نِعْمَةٍ أَنْعَمْتَ بِهَا عَلَيْنَا.
Ya
Allah, segala puji bagi-Mu atas nikmat Islam, nikmat Iman,
nikmat Al-Qur’an,
nikmat bulan Ramadhan. Segala puji bagi-Mu atas semua
nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepada kami.
اَللَّهُمَّ إِنَّا
نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْعَمَلٍ
وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ
سَخَطِكَ وَالنَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْعَمَلٍ.
Ya
Allah, kami memohon kepada-Mu ridha dan surga-Mu serta semua
ucapan maupun perbuatan yang dapat mendekatkan kami
kepadanya, dan kami berlindung kepada-Mu dari murka dan
neraka-Mu serta semua ucapan maupun perbuatan yang dapat mendekatkan kami kepadanya.
اَللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى
ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
Ya
Allah, tolonglah kami agar bisa selalu berdzikir
dan bersyukur serta beribadah kepada-Mu dengan baik,
wahai Pemilik segala keagungan dan kemuliaan.
اَللَّهُمَّ إِنَّا
نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى.
Ya
Allah, kami memohon kepada-Mu petunjuk,
ketakwaan, kesucian diri dan kekayaan.
اَللَّهُمَّ إِنَّا
نَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا سَأَلَكَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ
شَرِّ مَا اسْتَعَاذَكَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ ﷺ
Ya
Allah, kami memohon kepadamu segala kebaikan yang
telah diminta nabi-Mu Muhammad
SAW dan kami berlindung kepadamu dari segala
keburukan yang beliau telah
berlindung darinya kepada-Mu.
اَللَّهُمَّ إِنَّا
نَعُوْذُ بِكَ مِنْ جَهْدِ الْبَلاَءِ وَدَرْكِ الشَّقَاءِ وَسُوْءِ الْقَضَاءِ
وَشَمَاتَةِ الأَعْدَاءِ.
Ya
Allah, kami berlindung kepada-Mu dari beratnya cobaan,
beratnya penderitaan, buruknya takdir,
dan dari kegembiraan musuh.
اَللَّهُمَّ طَهِّرْ
قُلُوْبَنَا مِنَ النِّفَاقِ وَأَعْمَالَنَا مِنَ الرِّيَاءِ وَأَلْسِنَتَنَا مِنَ
الْكَذِبِ وَأَعْيُنَنَا مِنَ الْخِيَانَةِ
إِنَّكَ تَعْلَمُ
خَائِنَةَ الأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُوْرُ.
Ya
Allah, bersihkanlah hati kami dari kemunafikan, bersihkanlah amal kami
dari riya, bersihkanlah lisan kami
dari dusta, dan bersihkan mata kami dari
khianat. Sesungguhnya
Engkau mengetahui pengkhianatan
mata dan apa yang disembunyikan dalam dada.
اَللَّهُمَّ اكْفِنَا
بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَبِطَاعَتِكَ عَنْ مَعْصِيَتِكَ وَبِفَضْلِكَ عَمَّنْ
سِوَاكَ.
Ya
Allah, cukupilah
kami dengan yang halal sehingga terhindar dari
yang haram, cukupilah kami dengan ketaatan
kepada-Mu sehingga terjauh dari
maksiat kepada-Mu, dan cukupilah
kami dengan karunia-Mu sehingga
tidak memerlukan selain-Mu.
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ أَوْلَادَنَا أَوْلَادًا صَالِـحِيْنَ حَافِظِيْنَ لِلْقُرْآنِ وَالسُّنَّةِ فُـقَهَاءَ فِي الدِّيْنِ مُبَارَكًا حَيَاتُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ. اللَّهمَّ حَـبِّبْ اِلَيْهِمُ
الْاِيْـمَانَ وَزَيِّـنْهُ فِي قُلُوْبِهِمْ وكَرِّهْ
اِلَيْهِمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ،
وَاجْعَلْهُمْ مِنَ الرَّاشِدِيْنَ.
Ya
Allah, jadikanlah anak-anak kami sebagai anak-anak yg sholih,
penghapal-penghapal Quran dan Sunnah, fakih urusan agama, dan diberkahi hidup mereka di dunia maupun
di akhirat. Ya Allah, cintakanlah mereka pada
keimanan dan hiaskanlah keimanan itu dalam hati mereka,
bencikanlah mereka terhadap kekafiran, kefasikan dan kemaksiatan, dan jadikanlah
mereka orang-orang yang benar.
رَبَّنَا لاَتُزِغْ
قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ
أَنْتَ الْوَهَّابُ.
Ya
Tuhan, janganlah Engkau simpangkan
hati kami sesudah Engkau
beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau lah Maha Pemberi.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا
أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ
الْخَاسِرِيْنَ.
Ya
Tuhan, kami telah menzhalimi diri sendiri, jika Engkau tidak mengampuni dan
merahmati kami pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.
رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Ya
Tuhan, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan
di akhirat, dan jagalah kami
dari azab neraka.
رَبَّنَا تَقَبَّلْ
مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ
التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.
Ya
Tuhan, terimalah amal dan doa kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui, dan terimalah
tobat kami, karena
Engkau Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
اَللَّهُمَّ صَلِّ
وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
Ya
Allah, curahkanlah
shalawat, keselamatan dan
keberkahan kepada Nabi Muhammad beserta seluruh keluarga dan sahabatnya.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ
الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ. وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ
لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
والسلام عليكم ورحمة الله
وبركاته.
Semoga bermanfaat dan ALLAH SWT Meridhoi amal ibadah kita semua nya
BalasHapusAAMIIN