Sampit (7/6) - Idul Adha selalu menjadi momen istimewa dalam kehidupan umat Islam. Lebih dari sekadar perayaan, hari raya ini menyimpan pesan spiritual yang mendalam: tentang keikhlasan, pengorbanan, dan solidaritas. Tahun ini, para remaja Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di Sampit berhasil mewujudkan sesuatu yang luar biasa. Melalui inisiatif mandiri dan komitmen kolektif, mereka berhasil mengumpulkan dana dari uang saku pribadi untuk membeli seekor sapi kurban. Langkah ini bukan hanya mencerminkan semangat beribadah, tetapi juga menggambarkan kematangan karakter dan tanggung jawab sosial yang berkembang di kalangan mereka.
Pengumpulan dana dilakukan secara bertahap selama beberapa bulan. Mereka menyisihkan sebagian uang jajan sehari-hari, menunda kesenangan sesaat demi tujuan bersama yang lebih besar. Proses ini bukan hanya melatih pengelolaan keuangan pribadi, tetapi juga memperkuat kesadaran akan pentingnya kontribusi nyata dalam menjalankan ajaran agama.
Kemandirian yang mereka tunjukkan tidak lahir dalam ruang hampa. Pemahaman agama yang kuat telah tertanam dalam keseharian mereka melalui pembinaan rutin. Nilai-nilai seperti keikhlasan dalam beribadah, semangat untuk berbagi, dan pentingnya gotong royong tidak hanya diajarkan, tetapi juga dilatih melalui tindakan nyata. Dengan inisiatif ini, mereka membuktikan bahwa ibadah kurban bukan hanya milik orang dewasa atau yang sudah mapan secara ekonomi, tetapi juga bisa dijalankan oleh remaja dengan niat dan usaha tulus.
Lebih dari sekadar berkurban, kebersamaan dalam menghimpun dana kurban telah membangun solidaritas yang erat di antara mereka. Kebiasaan saling mengingatkan, mendorong satu sama lain, dan menjaga komitmen bersama tumbuh secara alami sepanjang proses. Momen ini menjadi ajang belajar untuk memahami arti kebersamaan dalam bingkai ibadah.
Idul Adha tahun ini menjadi saksi bahwa nilai-nilai Islam dapat membentuk karakter generasi muda yang tidak hanya religius, tetapi juga mandiri dan peduli. Dalam diam, mereka telah menunjukkan bahwa kontribusi tidak selalu lahir dari kelimpahan materi, melainkan dari ketulusan hati dan keteguhan niat.
Ini adalah gambaran nyata bahwa generasi muda bukan sekadar penerus, tetapi pelaku perubahan yang mampu membawa nilai-nilai luhur agama menjadi tindakan konkret. Di tengah arus modernisasi dan godaan gaya hidup konsumtif, mereka telah memilih jalan yang berbeda: jalan kemandirian, jalan berbagi, jalan yang penuh makna.
Momen ini layak menjadi refleksi bersama bahwa semangat Idul Adha bukan hanya tentang menyembelih hewan kurban, tetapi juga tentang menyemai semangat berkorban demi kebaikan yang lebih besar. Dari tangan remaja, satu ekor sapi kurban telah menjadi simbol harapan akan masa depan umat yang lebih kuat dan berkarakter.