Kurban dan Masa Depan Generasi: LDII Dorong Peran Ayah dalam Mendidik Anak Berkarakter


Jakarta, 6 Juni 2025 — Ketika peradaban terus bergerak menuju era digital dan liberalisasi nilai, umat Islam kembali diingatkan akan pentingnya momen spiritual yang mengakar kuat pada pembentukan karakter manusia. Hari Raya Idul Adha, yang diperingati setiap 10 Zulhijah, bukan sekadar seremoni ibadah tahunan, tapi juga sarana introspeksi kolektif atas peran keluarga, terutama sosok ayah, dalam membentuk generasi masa depan.

Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso menegaskan nilai luhur di balik ibadah kurban. Bukan hanya tentang menyembelih hewan, tetapi menyerap keteladanan dari dua sosok agung—Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail—yang mewariskan nilai ketakwaan dan kesalehan sosial kepada umat.

“Nabi Ibrahim dalam mendidik anaknya diarahkan kepada rasa takwa kepada Allah, dan mengedepankan perintah Allah dibanding kepentingan duniawi atau pribadi kepada Nabi Ismail dan anaknya yang lain,” papar KH Chriswanto.

Dalam narasi sejarah Islam, kisah Ibrahim dan Ismail adalah fondasi spiritual yang tetap relevan lintas zaman. Pendidikan tauhid yang kuat dan akhlak yang kokoh membuat Ismail menjadi pribadi bertakwa sejak usia dini. KH Chriswanto menggarisbawahi pentingnya teladan ini untuk masa kini dan ke depan.

“Puncaknya saat Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih Ismail sebagai pengorbanan. Peristiwa itu yang saat ini menjadi ibadah kurban, yang dilaksanakan umat Nabi Muhammad,” tuturnya.

Meski terpisah jarak dan waktu, komunikasi antara Ibrahim dan Ismail tetap menyentuh dan strategis. Dalam ketidakhadiran fisik, Ibrahim tetap hadir lewat pesan, metafora, dan keteladanan yang nyata.

“Ketaatan dan ketakwaan Nabi Ismail terhadap kedua orangtuanya, menjadikannya ringan dalam menjalani perintah Allah,” kata KH Chriswanto.

Bagi KH Chriswanto, pola pendidikan yang berakar pada agama adalah jawaban bagi kekosongan karakter yang kini menjangkiti sebagian generasi muda. Ia menyerukan agar umat Islam kembali menjadikan pola Nabi Ibrahim sebagai rujukan dalam mendidik anak.

“Pola mendidik anak yang dilandaskan kepada agama, haruslah menjadi acuan umat Islam. Terbukti, pola pendidikan tersebut mampu membentuk akhlakul karimah dan etos kerja, yang menjadikan individu sebagai profesional yang berintegritas.”

Mengutip sejarah, ia menyebut sejumlah tokoh nasional yang lahir dari nilai-nilai Islam kuat dan kemudian menjadi penggerak bangsa: Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, KH Hasyim Asy’ari, KH Ahmad Dahlan, Bung Hatta, hingga Buya Hamka.

“Mereka memiliki kontribusi yang besar pada zamannya dan pengabdian mereka pada Ibu Pertiwi menggema hingga kini, sebagai teladan bangsa Indonesia,” tegas KH Chriswanto.


Namun, ia juga memberikan peringatan bahwa jika pendidikan anak menjauh dari nilai agama, akan muncul generasi yang tidak lagi peka terhadap norma sosial, apalagi ketentuan ilahi.

“Anak-anak yang dididik tanpa aturan, berakibat kepada anak yang semaunya sendiri dan tidak memahami norma yang berlaku dalam masyarakat, apalagi norma agama,” ungkapnya.

“Pemimpin yang tak memiliki ketakwaan, tidak akan memiliki rasa takut terhadap hisaban amal di hari semua amalan harus dipertanggungjawabkan,” tegas KH Chriswanto.

Sebagai bagian dari manifestasi ketakwaan, LDII terus menggerakkan anggotanya untuk berkurban secara masif. Dari tahun ke tahun jumlahnya meningkat signifikan: tahun 2022 sebanyak 42.646 ekor, tahun 2023 mencapai 47.341 ekor, dan tahun 2024 melonjak menjadi 50.460 ekor.


kurban


Untuk Idul Adha 2025 ini, LDII telah menyiapkan lebih dari 3.000 lokasi salat di seluruh Indonesia. Data sementara per 6 Juni 2025 pukul 15.00 WIB menunjukkan total 34.302 hewan kurban yang siap disalurkan.

“Untuk tahun 2025 ini LDII menyiapkan lebih dari 3.000 lokasi salat Idul Adha di seluruh Indonesia. Data sementara hewan kurban per hari ini 6 Juni 2025 pukul 15.00 WIB, total sementara 34.302 ekor. Dengan rincian 18.215 ekor sapi, 20 ekor kerbau dan 16.067 ekor kambing,” pungkas Chriswanto.

Lebih baru Lebih lama