![]() |
foto pengurus dpp ldii dan dpw ldii saat rakornas 2025 |
Pernah merasa dunia ini terlalu sibuk, terlalu berisik, dan terlalu banyak hal yang bikin stres? Dari pekerjaan yang menumpuk, tagihan yang terus datang, hingga drama kehidupan yang tak ada habisnya—semua ini bisa membuat kita merasa kewalahan.
Tapi, bagaimana kalau ada cara untuk menghadapi hidup dengan lebih tenang, lebih damai, dan tidak mudah terbawa emosi? Inilah yang ditawarkan oleh Filosofi Teras, sebuah pendekatan hidup yang diadaptasi dari filsafat Stoisisme.
Konsep ini sebenarnya sudah ada sejak ribuan tahun lalu, tapi tetap relevan sampai hari ini. Kenapa? Karena sejak zaman Romawi Kuno hingga era digital yang serbacepat ini, masalah manusia sebenarnya tetap sama: bagaimana menghadapi tantangan hidup tanpa kehilangan ketenangan batin.
Mari kita telusuri lebih dalam tentang Filosofi Teras dan bagaimana kita bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Apa Itu Filosofi Teras?
Filosofi Teras adalah adaptasi dari Stoisisme, sebuah aliran filsafat yang berkembang di Yunani dan Romawi sekitar 300 tahun sebelum Masehi. Tokoh-tokoh utama Stoisisme seperti Marcus Aurelius, Epictetus, dan Seneca mengajarkan bahwa manusia tidak bisa mengontrol dunia luar, tetapi bisa mengontrol cara mereka meresponsnya.
Ibaratnya, hidup ini seperti laut yang penuh ombak. Kita tidak bisa menghentikan ombak, tetapi kita bisa belajar berselancar di atasnya.
Dengan memahami prinsip-prinsip Filosofi Teras, kita bisa lebih fokus pada hal-hal yang benar-benar penting, tidak mudah terombang-ambing oleh emosi, dan lebih bahagia dalam menjalani hidup.
Prinsip-Prinsip Utama Filosofi Teras
1. Dikotomi Kendali: Fokus pada Hal yang Bisa Dikendalikan
Salah satu ajaran paling fundamental dari Filosofi Teras adalah Dikotomi Kendali. Intinya sederhana:
- Ada hal-hal yang bisa kita kendalikan.
- Ada hal-hal yang di luar kendali kita.
Kita tidak bisa mengontrol cuaca, opini orang lain, atau masa lalu. Tapi kita bisa mengontrol sikap, respons, dan cara berpikir kita.
Banyak stres dan kecemasan muncul karena kita sibuk memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak bisa kita kendalikan. Filosofi Teras mengajarkan kita untuk berhenti mengkhawatirkan hal-hal itu dan fokus pada apa yang bisa kita lakukan.
Contoh nyata:
Kamu sedang dalam perjalanan ke kantor, tiba-tiba hujan deras turun. Kalau kamu marah dan mengeluh, apakah itu akan menghentikan hujan? Tidak. Tapi kalau kamu menerima kenyataan dan tetap tenang, setidaknya kamu bisa mencari solusi seperti memakai payung atau mencari tumpangan.
Dengan memahami prinsip ini, kita bisa mengurangi banyak stres dalam hidup.
2. Menghadapi Tantangan dengan Ketahanan dan Kesabaran
Marcus Aurelius, seorang kaisar Romawi yang juga seorang filsuf Stoik, pernah berkata:
“Hidup kita ditentukan oleh cara kita menanggapi kejadian yang terjadi pada kita.”
Hidup tidak selalu berjalan mulus. Kita akan mengalami kegagalan, kehilangan, dan berbagai rintangan. Filosofi Teras mengajarkan bahwa tantangan bukanlah sesuatu yang harus dihindari, tetapi sesuatu yang bisa membentuk kita menjadi pribadi yang lebih kuat.
Setiap kali kita menghadapi masalah, tanyakan pada diri sendiri:
- Apa pelajaran yang bisa saya ambil dari ini?
- Bagaimana saya bisa tetap tenang dan berpikir jernih?
Dengan sikap ini, kita bisa mengubah setiap tantangan menjadi kesempatan untuk berkembang.
Contoh nyata:
Bayangkan kamu gagal dalam wawancara kerja. Daripada terpuruk dalam kesedihan, gunakan kesempatan ini untuk mengevaluasi diri. Mungkin ada cara yang lebih baik untuk menjawab pertanyaan? Mungkin kamu perlu meningkatkan keterampilan tertentu?
Orang yang sukses bukanlah orang yang tidak pernah gagal, tetapi mereka yang bisa bangkit setiap kali jatuh.
3. Menghindari Emosi Negatif yang Tidak Perlu
Pernah merasa kesal karena seseorang berkata hal yang tidak menyenangkan? Atau marah karena sesuatu tidak berjalan sesuai rencana?
Filosofi Teras mengajarkan kita untuk lebih sadar terhadap emosi kita dan tidak bereaksi berlebihan.
Seneca, seorang filsuf Stoik, mengatakan bahwa marah itu seperti racun yang kita minum sendiri dengan harapan orang lain yang akan terkena dampaknya.
Sering kali, kemarahan, kecemasan, dan rasa sakit hati hanyalah reaksi impulsif terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu penting. Jika kita bisa mengendalikan reaksi kita, hidup akan terasa lebih ringan.
Latihan sederhana:
Setiap kali merasa marah atau kesal, tanyakan pada diri sendiri:
- Apakah ini masih akan penting dalam lima tahun ke depan?
- Apakah ini benar-benar layak untuk membuat saya kehilangan ketenangan?
Dengan latihan ini, kita bisa lebih tenang dalam menghadapi berbagai situasi.
Manfaat Menerapkan Filosofi Teras dalam Kehidupan Sehari-hari
Jika kita mulai menerapkan Filosofi Teras dalam hidup kita, kita bisa merasakan berbagai manfaat, antara lain:
✅ Mengurangi stres dan kecemasan – Kita tidak lagi sibuk memikirkan hal-hal di luar kendali kita.
✅ Lebih fokus pada yang penting – Waktu dan energi kita tidak lagi terbuang untuk hal-hal yang tidak berguna.
✅ Menghadapi kegagalan dengan lebih tenang – Kita tidak melihat kegagalan sebagai akhir, tetapi sebagai pelajaran.
✅ Menjadi lebih bahagia dan bersyukur – Kita lebih menikmati hidup dengan menerima kenyataan sebagaimana adanya.
Filosofi Teras adalah seni untuk menjalani hidup dengan lebih tenang, lebih bijaksana, dan lebih bahagia. Dengan memahami bahwa kita hanya bisa mengendalikan pikiran dan tindakan kita sendiri, kita bisa menghindari stres yang tidak perlu dan menghadapi hidup dengan lebih positif.
Hidup memang penuh ketidakpastian. Tapi dengan Filosofi Teras, kita bisa belajar untuk berselancar di atas ombak kehidupan dengan lebih tenang dan percaya diri.
Jadi, mulai sekarang, mari kita terapkan Filosofi Teras dalam hidup kita. Fokus pada yang bisa kita kendalikan, dan lepaskan yang tidak perlu.