Tertawa adalah salah satu cara manusia mengekspresikan kebahagiaan atau kelucuan. Dalam Islam, tertawa itu sendiri bukanlah sesuatu yang terlarang. Bahkan, ada banyak cerita dari kehidupan Nabi Muhammad SAW yang menunjukkan bahwa beliau pun pernah tertawa. Namun, yang perlu diingat adalah "jangan berlebihan dalam tertawa," karena seperti yang dijelaskan dalam banyak ajaran Islam, tawa yang berlebihan dapat mempengaruhi hati kita.
Tertawa dalam Ukuran yang Wajar
Dalam hadits riwayat Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda:
"Janganlah kamu banyak tertawa, karena banyak tertawa itu mematikan hati."
(HR. Tirmidzi)
Hadits ini menunjukkan bahwa tawa yang berlebihan dapat menyebabkan hati menjadi keras, bahkan kehilangan sensitivitas spiritualnya. Dalam hidup ini, kita dianjurkan untuk memiliki keseimbangan dalam segala hal. Tertawa adalah bagian dari kehidupan, namun jika kita terlalu banyak tertawa dan terlalu sering melupakan tujuan hidup kita, hati kita bisa menjadi lebih keras dan jauh dari Allah SWT.
Tawa yang Berlebihan Menyebabkan Lupa Diri
Ketika kita terlalu sering tertawa, apalagi jika disertai dengan gurauan atau candaan yang tidak bermanfaat, kita bisa lupa untuk merenung atau mengingat Allah. Padahal, kita sangat dianjurkan untuk memperbanyak zikir dan mengingat-Nya di setiap waktu.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surat Ar-Ra'du ayat 28:
"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."
(QS. Ar-Ra'du: 28)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa ketenangan hati akan tercapai dengan memperbanyak zikir, yaitu mengingat Allah dalam setiap langkah kehidupan. Dengan zikir, kita akan semakin dekat dengan Allah, hati kita akan semakin lembut, dan kita akan semakin mudah menerima petunjuk-Nya. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati terhadap tawa yang berlebihan, karena dapat mengalihkan perhatian kita dari kewajiban untuk mengingat Allah.
Khusyu' dalam Kehidupan Sehari-hari
Selain itu, kita juga perlu mengutamakan khusyuk dalam setiap aktivitas kita. Khusyuk dalam shalat, dalam beribadah, bahkan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Khusyuk bukan hanya tentang menundukkan pandangan dan mengarahkan hati kepada Allah, tetapi juga tentang menjaga hati agar tetap lembut dan tidak terpengaruh oleh hal-hal yang dapat membuatnya keras.
Rasulullah SAW dalam haditsnya mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga kualitas hati. Beliau bersabda:
"Sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Apabila ia baik, maka baiklah seluruh tubuh. Apabila ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, itulah hati."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan menjaga hati tetap bersih dan lembut, kita akan lebih mudah merasakan kehadiran Allah dalam hidup kita. Salah satu cara untuk menjaga kelembutan hati adalah dengan menahan tawa yang berlebihan dan lebih banyak berzikir serta merenung tentang tujuan hidup ini.
Menyelami Kehidupan dengan Hati yang Lembut
Hati yang lembut adalah hati yang mampu merasakan kedamaian, ketenangan, dan selalu terhubung dengan Allah. Sebaliknya, hati yang keras sering kali menjadi tertutup, mudah terjerumus dalam perbuatan dosa, dan sulit untuk merenung dan mengingat Allah. Oleh karena itu, kita harus menjaga hati kita agar tetap lembut, tidak terpengaruh oleh gurauan atau tawa yang berlebihan, dan selalu mengingat Allah dalam setiap waktu.
Mari kita biasakan diri untuk lebih sering berzikir, merenung, dan menjaga khusyuk dalam hidup ini. Dengan demikian, hati kita akan tetap lembut, penuh kasih sayang, dan penuh dengan keimanan yang semakin kuat. Tawa boleh, tetapi jangan sampai berlebihan. Karena dengan menahan tawa yang berlebihan, kita akan menjaga hati kita agar tetap lembut, sensitif terhadap kebaikan, dan selalu dekat dengan Allah SWT.