Kendari (20/6) – Keprihatinan terhadap tumpukan sampah dan minimnya ruang hijau di kawasan padat penduduk mendorong warga LDII Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, menggagas gerakan urban farming dan bank sampah. Inisiatif ini dipelopori oleh Nurfajri, seorang ibu rumah tangga yang kini menjadi penggerak lingkungan di komunitasnya.
Dengan memanfaatkan lahan sempit di sekitar rumah warga, Nurfajri menyulapnya menjadi kebun produktif berisi sayuran organik, rempah, dan tanaman hias.
“Menjaga lingkungan itu bukan tugas pemerintah saja, tapi tanggung jawab kita semua,” ujarnya bersemangat.
Gerakan ini tak hanya mempercantik lingkungan, tetapi juga membantu pemenuhan kebutuhan pangan keluarga dan mengurangi biaya rumah tangga.
Selain berkebun, Nurfajri menginisiasi bank sampah yang melibatkan ibu-ibu dan pemuda sekitar. Sampah dipilah, ditabung, dan diolah: organik menjadi kompos untuk kebun, sementara sampah anorganik ditukar dengan uang atau kebutuhan pokok.
“Dengan langkah kecil ini, dimulai dari diri kita masing-masing, kita bisa ciptakan perubahan besar,” tandasnya.
Gerakan ini berkembang pesat, menarik perhatian sekolah-sekolah, komunitas lokal, bahkan pemerintah setempat yang mulai menerapkan pendekatan serupa. Lingkungan yang dulunya kumuh kini berubah menjadi hijau, bersih, dan produktif.
Nurfajri membuktikan bahwa perubahan bisa dimulai dari rumah. Aksi nyatanya menjadi contoh bahwa kepedulian, kesabaran, dan gotong-royong adalah kunci membangun lingkungan lestari.