Turbulensi, yang kadang disebut pilot sebagai “udara kasar”, adalah udara yang bergerak dengan cara yang aneh, tak terduga, atau kacau. Ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, dari badai petir sampai perubahan tekanan udara sampai udara yang naik dan mengelilingi gunung - dan ini bisa terjadi saat kondisi tampak cerah.
Turbulensi biasanya dibagi menjadi empat tingkat keparahan, menurut National Weather Service: ringan, sedang, parah, dan ekstrem. Turbulensi ringan adalah yang paling umum, dan di pesawat komersial, cuma dirasakan sebagai guncangan atau goyangan ringan. Turbulensi sedang jauh lebih jarang, dan jenis turbulensi ini bisa lebih tajam, sampai minuman kamu bisa tumpah.
Turbulensi parah sangat jarang, tapi kalau terjadi, bisa melukai penumpang atau awak yang nggak pakai sabuk pengaman - ini jenis turbulensi yang sering viral di media sosial. Turbulensi ekstrem hampir nggak pernah dialami, tapi kalau terjadi, bikin gerakan hebat di kabin dan hilangnya kendali pesawat. Tapi, turbulensi parah paling sering terjadi di sekitar badai petir yang parah, yang sekarang dihindari pesawat berkat teknologi ramalan cuaca canggih.
Meski turbulensi bisa terjadi tiba-tiba, pilot saling berkomunikasi di udara. Kalau ada yang mengalami turbulensi, pesannya disampaikan ke yang terbang di belakangnya, biar pesawat lain bisa ubah jalur buat cari udara yang lebih halus, biasanya di ketinggian yang sedikit beda. Kalau turbulensi nggak bisa dihindari, kapten akan minta penumpang dan pramugari buat pakai sabuk pengaman.
Tentu aja, metode ini nggak selalu ampuh, makanya pilot (dan pengendali lalu lintas udara) juga menganalisis laporan cuaca dan data radar selama penerbangan. Ditambah lagi, sistem deteksi yang lebih canggih lagi sedang dikembangkan. NASA, National Center for Atmospheric Research (NCAR), dan University of Wisconsin, misalnya, lagi bikin program yang pake data satelit, model cuaca komputer, dan kecerdasan buatan buat lebih baik ngira-ngira daerah turbulensi.
Turbulensi dan Keselamatan
Turbulensi nggak pernah jadi faktor utama kecelakaan pesawat, meski di masa-masa awal penerbangan, turbulensi jadi ancaman yang lebih besar daripada sekarang. Pesawat dirancang buat tahan turbulensi ringan bahkan sedang dengan mudah, kayak mobil yang dirancang buat tahan jalan berlubang atau perahu yang dirancang buat tahan laut bergelombang.
Meski kamu nggak perlu khawatir tentang komponen struktural pesawat, kamu harus khawatir tentang keselamatan kamu sendiri di dalam pesawat saat turbulensi. Menurut Federal Aviation Administration (FAA), 163 orang terluka parah karena turbulensi antara tahun 2009 dan 2022, dengan 129 di antaranya adalah awak. “Luka-luka paling banyak dan parah saat terbang dialami oleh pramugari karena mereka menghabiskan waktu paling sedikit duduk dan pakai sabuk pengaman,” kata Rimmer. Dia menyarankan penumpang “tetap duduk sebanyak mungkin, selalu pakai sabuk pengaman, dan jangan berdiri saat lampu sabuk pengaman nyala” buat mencegah luka-luka akibat turbulensi.
Strategi Buat Atasi Kecemasan Turbulensi
Kalau pikiran tentang turbulensi bikin kamu cemas, ini beberapa langkah yang bisa kamu ambil sebelum dan selama penerbangan buat tenangin diri kamu. Pilih tempat duduk yang tepat.
Hindari duduk di belakang pesawat. “Turbulensi bakal lebih ekstrem di belakang - termasuk guncangan dan gerakan ke samping, atau yaw,” kata Rimmer. Dengarkan pilot kamu.
Kebanyakan pilot bakal kasih penumpang gambaran cuaca sebelum lepas landas, jadi dengerin aja pengumuman yang dibuat lewat PA saat naik pesawat. Begitu kamu udah terbang, selalu ikutin peringatan awak pesawat soal turbulensi - tetap duduk dan pakai sabuk pengaman kalau disuruh. Praktikin teknik grounding.
“Teknik grounding adalah taktik paling bermanfaat buat ngurangin kecemasan,” kata Rimmer. “Ini bisa berupa menghitung mundur dari 100, bernapas dalam-dalam, atau mengamati lingkungan sekitar kamu.” Teknik ini bisa membantu kamu buat fokus pada hal-hal yang nyata dan nggak terlalu memikirkan turbulensi.