Telur untuk Sarapan: Teman Setia atau Ancaman Tersembunyi?

Telur untuk Sarapan: Teman Setia atau Ancaman Tersembunyi?


Telur. Teman akrab pagi hari yang wujudnya bisa berupa panekuk, McMuffin, omelet, atau bahkan burrito sarapan. Telur, sang sumber protein andalan, menemani kita dengan kenyang dan energi untuk menyambut hari. Tapi, di antara keseriusan kita menyantapnya, bisikan-bisikan tentang risiko kesehatannya pun bermunculan.

Jadi, mana yang benar? Makan telur tiap hari berbahaya? Adakah alternatif lain yang lebih bernutrisi? Mari kita kupas mitos dan fakta seputar telur bersama Dr. Kellyann Petrucci, ahli gizi.

Telur itu kecil, tapi jangan main-main soal kandungannya. Satu telur ukuran besar memuat 6 gram protein lengkap. Dibandingkan daging dan ikan, ia juara ekonomi dalam urusan protein. Tak hanya itu, telur juga kaya akan senyawa penting untuk diet sehat.

Choline, si bintang telur yang bersemayam di kuningnya, punya peran krusial. "Choline membangun membran sel yang kuat dan elastis, serta berperan penting dalam proses metilasi, yaitu menyalakan dan mematikan gen," jelas Dr. Petrucci.

Sebagai komponen neurotransmitter asetilkolin, choline juga berperan dalam mengatur mood dan fungsi memori. "Asupan choline yang tinggi bisa mencegah depresi, pikun, dan kecemasan," tambahnya.

Tapi tentu saja, telur bukan malaikat tanpa sayap. Kolesterol yang bermukim di kuning telurnya kerap jadi momok menakutkan. Benarkah telur jadi biang keladi kolesterol tinggi? Dr. Petrucci meluruskan mitos ini. "Memang benar satu telur mengandung sekitar 212 miligram kolesterol, tapi penelitian terbaru menunjukkan kolesterol makanan tak serta merta mempengaruhi kadar kolesterol darah," jelasnya. "Faktor genetik, asupan lemak jenuh dan trans, serta gaya hidup jauh lebih berperan."

Kabar baiknya, kandungan lemak tak jenuh menyehatkan dalam telur juga berkontribusi menyeimbangkan kolesterol. Meski begitu, Dr. Petrucci menyarankan batasan konsumsi telur. "Bagi orang sehat, 4-7 butir telur per minggu terbilang aman. Yang punya kondisi medis tertentu, konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk menentukan takaran ideal."

Telur untuk Sarapan: Teman Setia atau Ancaman Tersembunyi?


Tak cuma protein dan choline, telur juga gudang vitamin dan mineral. Vitamin A, D, E, B12, riboflavin, folat, zat besi, selenium, dan fosfor, semuanya berpesta pora di dalam cangkang mungil ini. "Vitamin A dan D berperan penting untuk kesehatan mata dan tulang, sementara vitamin B12 dan folat menjaga kesehatan saraf dan pembentukan sel darah merah," papar Dr. Petrucci.

Tapi telur tak sendirian di panggung sarapan kaya protein. Bagi yang bosan atau memiliki batasan konsumsi, ada alternatif lain yang tak kalah jempolan. Greek yogurt, kacang-kacangan, ikan tuna atau salmon, dada ayam tanpa kulit, dan tempe bisa jadi pilihan. Kombinasikan dengan sayuran berserat dan buah-buahan untuk sarapan yang lengkap dan seimbang.

Pada akhirnya, telur adalah teman sarapan yang setia dan kaya manfaat. Tapi ingat, segala sesuatu yang berlebihan tak baik. Nikmati telur dalam porsi wajar, kombinasikan dengan asupan sehat lainnya, dan jangan lupa konsultasi dengan dokter atau ahli gizi bila memiliki kondisi medis tertentu. Jadi, selamat berpesta telur dengan bijak!

Post a Comment

Previous Post Next Post