Jember (10/9). Dalam rangka menghadapi tantangan pengelolaan sampah yang semakin meningkat, DPD LDII Kabupaten Jember mengambil langkah proaktif dengan menggelar pelatihan “Eco Enzym” di Pondok Pesantren Al Manshurin Patrang, Jember, Jawa Timur. Acara tersebut sekaligus merupakan salah satu rangkaian “Road to Rakernas LDII 2023”.
Pelatihan Eco Enzym ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta tentang cara mengubah sampah organik, khususnya kulit buah dan sayuran, menjadi produk yang bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat. Produk-produk tersebut antara lain adalah sabun, karbol, shampo, pupuk organik, dan lain-lain.
Ketua DPD LDII Jember, Akhmad Malik Afandi, mengatakan bahwa pelatihan ini merupakan bagian dari program “8 Bidang Pengabdian LDII untuk Bangsa”, salah satunya adalah lingkungan hidup. “Kami ingin memberikan kontribusi positif bagi lingkungan sekitar kami, khususnya di pondok pesantren yang dikelola oleh LDII,” ujarnya.
Menurut Malik, setiap harinya, tiga pondok pesantren yang dikelola oleh LDII menghasilkan lebih dari 50 kilogram sampah, termasuk di dalamnya adalah sampah organik seperti kulit buah dan sayuran. “Sampah-sampah ini jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan masalah seperti bau, penyakit, dan pencemaran,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Malik berharap bahwa pelatihan Eco Enzym ini dapat menjadi solusi yang efektif dan efisien dalam mengatasi permasalahan sampah. “Dengan Eco Enzym, kami dapat mengubah sampah menjadi sumber daya yang berkah dan bermanfaat bagi masyarakat,” tuturnya.
Malik menambahkan bahwa pelatihan ini juga sejalan dengan visi LDII sebagai organisasi keagamaan yang peduli terhadap lingkungan. “LDII memiliki komitmen untuk menjaga kelestarian ciptaan Allah SWT, termasuk lingkungan hidup. Kami percaya bahwa dengan menjaga lingkungan, kami juga menjaga iman kami,” katanya.
Pemateri dari relawan Ecoenzym Nusantara, Grosi, mengapresiasi kesadaran LDII dalam menciptakan lingkungan bersih di sekitar pondok pesantren. “Eco Enzym adalah konsep yang sangat sederhana tetapi memiliki dampak yang sangat besar,” katanya.
Grosi menjelaskan bahwa Eco Enzym dibuat dengan cara mencampurkan kulit buah dan sayuran dengan gula merah dan air dalam botol plastik. Setelah itu, botol tersebut disimpan selama tiga bulan hingga terjadi proses fermentasi. Hasilnya adalah cairan Eco Enzym yang memiliki banyak manfaat.
“Eco Enzym dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat produk-produk kebersihan, kesehatan, dan pertanian. Selain itu, Eco Enzym juga dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan kualitas tanah,” jelasnya.
Grosi berharap bahwa pelatihan ini dapat menjadi awal dari gerakan Eco Enzym di Jember dan sekitarnya. “Saya berharap peserta pelatihan dapat menerapkan ilmu yang mereka dapatkan di rumah masing-masing dan menyebarkan manfaat Eco Enzym kepada orang lain,” pungkasnya.
Pelatihan Eco Enzym ini diikuti oleh sekitar 100 peserta dari berbagai latar belakang, mulai dari pengurus LDII, santri, guru, ibu-ibu rumah tangga, hingga petani. Peserta pelatihan mendapatkan materi teori dan praktek tentang cara membuat dan menggunakan Eco Enzym. Selain itu, mereka juga mendapatkan sertifikat dan souvenir berupa botol Eco Enzym yang siap digunakan. (FWI/LINES)