Jangan Mudah Berprasangka Jelek kepada Orang Lain

Jangan Mudah Berprasangka Jelek kepada Orang Lain

Salah satu penyakit hati yang dapat merusak hubungan antara sesama manusia adalah prasangka jelek atau suudzan. Prasangka jelek adalah menyangka atau menduga-duga sesuatu yang buruk terhadap orang lain tanpa bukti atau dalil yang kuat. Prasangka jelek dapat menimbulkan kebencian, fitnah, dan permusuhan.

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hujurat ayat 12:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."

Dari ayat ini, kita dapat memahami bahwa Allah SWT melarang kita untuk berprasangka jelek kepada orang lain, karena hal itu termasuk dosa dan perbuatan yang tidak terpuji. Allah SWT juga membandingkan prasangka jelek dengan memakan daging saudara sendiri yang sudah mati, yang merupakan perbuatan yang sangat menjijikkan dan haram.

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim:

إِيَّاكُمْ والظّنّ، فإن الظّنّ أكذب الحديث

Artinya: "Jauhilah kamu dari prasangka, karena sesungguhnya prasangka itu adalah ucapan yang paling dusta." 

Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda:

لا يدخل الجنة قطات

Artinya: "Tidak akan masuk surga orang yang suka berprasangka/adu domba." 

Dari hadis-hadis ini, kita dapat mengetahui bahwa prasangka jelek adalah sifat yang dapat menghalangi kita untuk masuk surga dan mendapatkan ridha Allah SWT. Prasangka jelek juga dapat menyesatkan kita dari kebenaran dan membuat kita berbuat zalim kepada orang lain.

Oleh karena itu, sebagai orang yang beriman, kita harus selalu berusaha untuk bersikap positif dan berprasangka baik kepada orang lain. Prasangka baik adalah menyangka atau menduga-duga sesuatu yang baik terhadap orang lain dengan dasar atau alasan yang kuat. Prasangka baik dapat menimbulkan kasih sayang, persaudaraan, kerukunan, dan kekompakan.


Allah SWT berfirman dalam surat An-Nur ayat 12:

لَّوْلَا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بِأَنفُسِهِمْ خَيْرًا وَقَالُوا هَٰذَا إِفْكٌ مُبِينٌ

Artinya: "Mengapa ketika kamu mendengarnya, orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, tidak berprasangka baik terhadap diri mereka sendiri dan mengatakan: \"Ini adalah suatu kebohongan yang nyata\"?" 

Ayat ini berkaitan dengan peristiwa fitnah terhadap Aisyah RA, istri Rasulullah SAW, yang dituduh berzina oleh orang-orang munafik. Allah SWT menegur orang-orang yang beriman yang tidak berprasangka baik kepada Aisyah RA dan ikut menyebarkan fitnah tersebut. Allah SWT membebaskan Aisyah RA dari tuduhan tersebut dengan wahyu-Nya.

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

التَّحَيُّوا والتَّصَافُحُ والتَّوَادُّدُ والتَّرَاحُمُ والتَّعَاطُفُ والتَّعَاوُنُ على البِرِّ والتَّقْوى، ولا تعاونوا على الإثم والعدوان، وكونوا عباد الله إخوانًا، المسلم أخو المسلم، لا يظلمه ولا يخذله ولا يحقره، التقوى هاهنا، ثلاث مرات، بحسب ابن أخيه من الشر أن يحقره، كل المسلم على المسلم حرام دمه وماله وعرضه

Artinya: "Salamilah kamu, berjabat tangalah kamu, saling mencintailah kamu, saling mengasihilah kamu, saling berbelas kasihilah kamu, saling bersimpatilah kamu, tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa, dan janganlah tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan, dan jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak menganiayanya, tidak menelantarkannya, dan tidak merendahkannya. Takwa itu di sini (menunjuk ke dadanya tiga kali). Cukuplah seseorang itu jahat jika ia merendahkan saudaranya. Segala sesuatu dari seorang muslim adalah haram bagi muslim yang lain: darahnya, hartanya, dan kehormatannya." 

Dari hadis ini, kita dapat mempelajari bahwa sebagai saudara seiman, kita harus saling menghormati, menyayangi, membantu, dan melindungi satu sama lain. Kita tidak boleh saling menyakiti, menzalimi, menipu, atau memfitnah satu sama lain. Kita harus menjaga kehormatan dan martabat sesama muslim.

Namun, bagaimana jika kita melihat atau mendengar sesuatu yang negatif atau mencurigakan dari orang lain? Apakah kita langsung berprasangka jelek dan menuduhnya? Tentu saja tidak. Islam mengajarkan kita untuk melakukan tabayyun atau mencari kejelasan terlebih dahulu sebelum menyimpulkan sesuatu.

 Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kamu seorang fasik membawa suatu berita, maka bersungguh-sungguhlah mencari kejelasan agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa pengetahuan yang menyebabkan kamu atas perbuatan kamu menjadi orang-orang yang menyesal." 

Ayat ini menjelaskan bahwa jika kita mendapatkan suatu informasi atau kabar dari sumber yang tidak terpercaya atau tidak jelas, maka kita harus melakukan verifikasi dan konfirmasi terlebih dahulu sebelum menyebarkannya atau mengambil sikap. Hal ini untuk mencegah kesalahpahaman, fitnah, dan kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh informasi atau kabar yang tidak benar.

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

إِذَا جَاءَكُمُ الْمُنَافِقُونَ بِالْأَنْبَاءِ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِين

Artinya: "Jika datang kepada kalian orang-orang munafik dengan membawa berita-berita, maka carilah kebenarannya agar kalian tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa pengetahuan yang menyebabkan kalian atas perbuatan kalian menjadi orang-orang yang menyesal." 

Hadis ini menegaskan bahwa kita harus berhati-hati dalam menerima dan menyampaikan informasi atau kabar, terutama dari orang-orang yang dikenal sebagai pendusta, penipu, atau penghasut. Kita harus memastikan kebenaran dan kejelasan dari informasi atau kabar tersebut dengan cara bertanya kepada orang-orang yang kompeten, ahli, atau saksi.

Dengan demikian, kita dapat menghindari prasangka jelek dan menjaga persaudaraan, kerukunan, dan kekompakan umat. Kita juga dapat menjaga diri kita dari dosa dan kesalahan yang dapat merugikan kita di dunia dan akhirat.


Post a Comment

Previous Post Next Post