Menegakkan Persatuan dan Keadilan untuk Kejayaan

Menegakkan Persatuan dan Keadilan untuk Kejayaan


Bicara tentang keaneragaman suku, agama atau adat istiadat yang ada di bumi pertiwi tak lepas dari semboyan  "Bhinneka Tunggal Ika", meski berbeda-beda tetapi tetap satu juga. Tiga baris kata sakrat dalam pita yang dicengkeram oleh Burung Garuda - simbol pemersatu rakyat Indonesia.

Saat ini, jumlah rakyat Indonesia telah lebih dari 270 juta dan bertempat tinggal di ribuan pulau yang tersebar di wilayah negara kesatuan Republik Indonesia. Tak mungkin dipungkiri bahwa pada masing-masing kumpulan masyarakat memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Dalam rangka tetap menjaga keutuhan bangsa, maka sangatlah perlu ditanamkan sifat arif dan bijaksana. Memahami sepenuhnya kalimat "Perbedaan adalah rahmat dari Tuhan".  

Hal demikian dapat dilihat dari teladan para pejuang bangsa di masa lalu. Mereka mengalami masa penindasan dari penjajah puluhan hingga ratusan tahun. Perasaan senasib sebagai raykat terjajah menjadikan mereka memiliki tekad pada satu tujuan yang sama, kemerdekaan untuk Indonesia. Mereka mengesampingkan segala perbedaan yang ada, asal-usul, kasta keturunan, dan lain-lain. Hanya satu kata, bersatu untuk merdeka. Para pejuang bangsa memberikan warisan budaya luhur tentang merajut persatuan dan kesatuan bangsa dalam bingkai NKRI. 

Pada selanjutnya Indonesia dikenal sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai budi pekerti/tata krama. Hal demikian nampak dari sifat masyarakat yang tepo seliro, menghormati terhadap perbuatan orang lain, tidak mudah menyakiti sesamanya, bahu membahu dalam menyelesaikan permasalahan bangsa. Holobis kuntul baris, saiyeg saekapraya !

Menegakkan Persatuan dan Keadilan untuk Kejayaan


Keadilan Membuat Bangsa Berjaya

Bangsa besar adalah yang mau menghargai dan menghormati jasa para pahlawan dan menjadikan sebagai dasar untuk berbuat kebaikan. Menempatkan kebenaran dan keadilan guna meraih cita-cita mulia secara konsisten dan konsekuen.  

Dalam Islam, tuntunan berbuat adil dan menegakkan kebenaran dalam perikehidupan bermasyarakat dan berbangsa menjadi pondasi utama. "Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar menegakkan keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu ." (An-Nisa': 135)

"Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa, bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al Maidah: 8).

Selain memerintahkan berlaku adil dan mendorong ke arah sana, Islam juga mengharamkan kezhaliman dengan keras dan memberantasnya dengan kuat, baik kedhaliman terhadap diri sendiri apalagi terhadap orang lain. Terutama kezhaliman orang-orang yang kuat terhadap orang yang lemah, kezhaliman orang-orang kaya terhadap yang miskin dan kezhaliman pemerintah terhadap rakyatnya. Semakin manusia itu lemah, maka menzhaliminya semakin besar pula dosanya. Rasulullah SAW pernah memberikan wasiat kepada Mu'adz:

Dari Mu’adz r.a. berkata: Rasulullah saw mengutus saya sebagai gubernur di negeri Yaman maka Rasulullah saw berpesa kepadaku, “Engkau akan menghadapi kaum ahli kitab maka ajaklah mereka kembali kepada kalimat Syahadat bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan aku adalah Rasulullah. Jika mereka telah menurut kepada ajakan itu, beritahukanlah bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka mengerjakan shalat lima kali sehari semalam dalam lima waktu. Jika mereka telah taat, beritahukanlah bahwa Allah mewajibkan mereka mengeluarkan zakat (sedekah) yang diambil dari orang-orang kaya dan diberikan kepada fakir miskin. Jika mereka telah menaati itu maka berhati-hatilah kamu dari kekayaan mereka terutama yang benar-benar mereka sayangi dan takutlah kamu dari doa orang yang teraniaya karena tidak ada dinding antara doa itu dengan Allah.”

Lebih spesifik dalam bangsa dan negara, sifat adil, rofiq (belas kasih), muhsin (berbuat baik), dan aris (bijaksana) semestinya dimiliki oleh para pemimpin. Sementara bagi rakyat, mereka agar taat, tunduk dan patuh kepada peraturan-peraturan pemerintah dan negara.


Post a Comment

Previous Post Next Post