Mengembangkan Diri Anak sebagai Bentuk Kasih Sayang Orang Tua

Mengembangkan Diri Anak sebagai Bentuk Kasih Sayang Orang Tua


Bagian yang penting dalam mengasuh anak adalah mencurahkan kasih sayang dan mencurahkan waktu dan energi dalam mendukung anak. Kasih sayang merupakan syarat utama namun kasih sayang tidaklah cukup apabila orangtua tidak memahami bahwa anak adalah unik dan memiliki kebutuhan kebutuhan tertentu untuk mengembangkan potensinya. Untuk itu orangtua perlu memahami bagaimana cara mengembangkan diri anak sesuai dengan keunikannya sebagai sebuah anugerah dari Allah. Perlu pengetahuan tentang berbagai macam ilmu, misalnya bagaimana proses tumbuh kembang anak, strategi berkomunikasi, cara dan metode pengasuhan, dan berbagai perkembangan lingkungan lainnya. Tanpa memahami hal tersebut orangtua tidak dapat mendukung anak anaknya secara efektif.

Banyak orangtua mencoba untuk memenuhi hal tersebut dengan cara cara tertentu namun gagal, karena mungkin masih menggunakan cara lama atau tidak memiliki pengetahuan yang cukup. Perlu disadari bahwa menjadi orang tua juga memerlukan ilmu pengetahuan. Seperti layaknya masuk ke hutan belantara, memiliki anak adalah sesuatu hal yang sebagian besar orang tua belum tahu bagaimana menjalaninya, sampai akhirnya kita mengalaminya. Masuk hutan belantara memerlukan berbagai peralatan dan persiapan, halang rintang pasti ditemukan, namun dengan peralatan yang cukup makan akan menolong kita melewatinya. Mengasuh anak dengan kemarahan, bagaikan masuk hutan tanpa persiapan. Akhirnya bicara dengan teriakan, ancaman, hukuman untuk mengendalikan anak. Membesarkan anak dengan rasa takut. Tanpa disadari rasa takut itu akan masuk ke akan bawah sadar, menjadikan konsep diri anak menjadi negatif dan dampaknya akan membuat anak menjadi menentang dan memberontak kepada orangtua. Hal ini bukan semata-mata karena mereka nakal, namun ketidaknyamanan dan kekosongan emosi negatiflah yang membuat mereka seperti itu. Hal yang penting dan perlu dipahami pertama kali adalah kesadaran diri bahwa anak adalah anugerah sekaligus amanah yang dititipkan Allah kepada orangtua. Kesadaran ini penting sehingga orangtua akan mengasuh dan mendidik anak anaknya secara positif.

Keluarga adalah sekolah pertama bagi anak. Bila sekolah itu memiliki guru "orangtua" untuk mampu membesarkan anak anak yang kuat, percaya diri,sikap kooperatif dan mengerti perasaan orang lain. Mengasuh secara positif: Kehidupan bermoral tidak dipaksa dari luar diri anak, tapi timbul dalam diri anak dipelajari dan melalui kerjasama dengan orangtua. Percaya Diri dan memiliki arah tujuan hidupnya. Sadar siapa dirinya dan apa yang diinginkannya. Tidak mudah terpengaruh oleh tekanan teman sebaya. Mengerti perasaan orang lain, mampu membaca cara pandang orang lain. Dalam proses membantu anak mengembangkan diri seperti diatas ada hal-hal yang perlu dipahami orangtua :

1. Anak boleh berbeda dari anak yang lain 2. Anak boleh membuat kesalahan karena dari kesalahan anak belajar bertumbuh. 3. Anak boleh memiliki emosi negatif dengan hal itu anak mengenal rasa dan bagaimana mengendalikannya.

4. Anak boleh saja menginginkan lebih banyak, namun diberi pengertian bahwa merasa cukup itu lebih. 5. Anak boleh mengatakan "tidak" agar bisa mengungkapkan perasaannya. Tetapi orangtua tetap "bos" dalam keluarga bisa menentukan mana yang boleh dan tidak boleh. Menjadi orang tua harus berkorban, harus menyayangi semua anak tanpa syarat, senantiasa berlaku adil, tidak boleh buat kesalahan dalam menghadapi anak-anak. Padahal ciri khas manusia bisa buat kesalahan, punya kelemahan, keinginan memenuhi kebutuhan diri dsb. Orang tua tidak berani tampil apa adanya krn ingin selalu memperlihatkan pada anak-anaknya orang tua baik. Jadi, orang tua tidak bisa menjadi pribadi sejati? Dalam psikologi humanistik manusia di konseptualisasikan sebagai makhluk yang mempunyai kebebasan untuk mengembangkan potensi dirinya. Bagi orang dewasa dalam hal ini orang tua dapat senantiasa mengembangkan dirinya demikian pula bagi anak perlu juga diberi kebebasan untuk mengembangkan dirinya.

Berdasarkan rumusan di atas Prof Dr Saparinah Sadli menuangkan pengertian tsb sebagai berikut:

1. Orang tua manusia dan bukan malaikat. 2. Sebagai manusia orang tua juga memiliki perasaan, kebutuhan, kelemahan. 3. Karenanya adalah manusiawi bila orang tua tidak selalu konsisten. Kondisi psikologisnya tidak selalu dapat menerima semua tindakan anak anaknya, tidak selalu dapat menguasai perasaannya dan tidak selalu dapat meniadakan kebutuhannya sendiri.
4. Bahwa orang tua sebagai manusia perlu menjadi pribadi sejati. Pribadi Sejati menyatakan bahwa manusiawi bila orang tua salah kemudian menjelaskan pada anak bahwa ada kesalahan dan mengapa kesalahan itu terjadi, bisa tampil apa adanya dengan segala kekuatan dan kelemahan diri, bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan. Jadi bagaimana bisa jadi Pribadi Sejati tapi tetap berfungsi sebagai orang tua yang positif.
Salah satu kuncinya ada pada komunikasi. Komunikasi merupakan keterampilan yang penting dalam hidup. Kita menghabiskan sebagian besar hidup dari bangun sampai mau tidur melalui komunikasi. Meningkatkan ketrampilan komunikasi sebagai orang tua, karena anak belajar cara orang tua berkomunikasi. Bila orang tua berkomunikasi dengan anak secara positif maka anak bisa berhubungan dengan orang tua merasa aman dan nyaman. Juga anak bisa tumbuh jadi pribadi yang utuh. Dra. Hj. Nana Maznah, M,Psi. -Anggota Departemen Pendidikan Umum dan Pelatihan DPP LDII

Post a Comment

Previous Post Next Post