Sambil leyeh - leyeh diatas pembaringan, sore itu si Mbah mengajak anak-anak dan cucu-cucunya berkumpul untuk mendengarkan nasehat yang memang merupakan acara rutin mingguan di keluarga si Mbah.
" Apabila kalian ingin menjadi orang luhur, maka ucapan dan tingkah lagi kalian juga harus mencerminkan sikap dan tingkah lakunya orang luhur, " kata si Mbah membuka nasehatnya.
Minggu lalu saat perjalanan keluar kota, si Mbah sempat menyinggung hal itu. Oleh sebab kegusaran beliau melihat pergaulan anak - anak di era milenium saat ini. Prihatin menyaksikan lunturnya nilai - nilai budi pekerti yang seharusnya sebagai bangsa timur menempatkannya di urutan tertinggi.
" Emang Mbah tahu dari mana ? ," iseng saat itu saya mencoba mencari tahu mengapa si Mbah mempunyai pandangan seperti itu.
Sambil melihat keluar jendela mobil si Mbah berkata, " Tuh liat diluar, di seberang, dibawah pohon taman itu, berpasang - pasang anak muda berasyik masyuk memadu kasih. Eh lha kok merusak pemandangan. Andai mereka menghargai diri mereka sendiri, dan paham bahwa itu adalah tempat umum. Tapi tak tahulah, atau jangan - jangan memang mereka telah termakan oleh usangnya zaman".
Nampak saya lihat si Mbah menghela nafas sedikit panjang, tak lama kemudian si Mbah tertidur, bersandar di bantal kepala warna hitam. Saya melihat beliau dari kaca spion tengah mobil sambil tersenyum, dan ikut menghela nafas.
" Kalian, anak-anak dan cucu-cucu Mbah, harus bisa memilah dan memilih dalam menerima dan menyebarkan informasi. Di zaman yang telah dipenuhi dengan teknologi serba wah ini, tangan pada akhirnya juga menjadi lisan dan jasad kalian, melalui pencetan jari diatas papan huruf smarphone. Setidaknya watak atau tabiat kalian akan tercermin dari situ , " lanjut si Mbah dengan sambil tetap leyeh-leyeh. Kami semua mengangguk-angguk.
Saya bangga dengan si Mbah, perhatian beliau terhadap adab, budi pekerti di pergaulan sangat besar. Meski kemudian kami bertempat tinggal di daerah yang tidak mengenal bahasa krama inggil ( bahasa halus, jawa ), si Mbah mengajarkan dengan membedakan intonasi berbicara dan pemilihan kata dalam berbicara. Semisal, supaya mengawali dengan kata 'permisi' atau "amal sholih" di setiap kalimat permintaan, dengan intonasi rendah.
" Kalian juga tahu, dari smartphone yang ada di genggaman, dunia menjadi seakan-akan kecil. Tiap detik kejadian dibelahan dunia manapun, kalian bisa tahu. Dan bukan tidak mungkin, orang-orang yang hatinya ada kotoran, akan memanfaatkannya untuk melakukan perbuatan tak terpuji. Setahu mbah, itu namanya hoax. Pesan mbah, kalian ojo kagetan lan ojo gumunan ( jangan mudah kaget dan cepat takjub )," lanjut si Mbah sembari mengambil guling, dan merubah posisi duduknya menjadi agak lebih tegak.
Kemudian si Mbah minta tolong kepada saya untuk mengambilkan selembar kertas di atas meja sebelah pintu masuk kamar, dan meminta saya membaca tulisan di atas kertas itu.
Perlahan saya membaca tulisan tangan si Mbah di atas kertas itu,
عَنْ حَفْصِ بْنِ عَاصِمٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حَفْصٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ خُبَيْبِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ حَفْصِ بْنِ عَاصِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِ ذَلِكَ
Dari [Hafsh bin Ashim] dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Cukuplah seseorang (dianggap) berbohong apabila dia menceritakan semua yang dia dengarkan." HR Muslim
" Bila ingin selamat, cobalah untuk menahan tangan kalian agar tidak mudah mengetik sembarang kalimat di media sosial ataupun membagikan tiap informasi tanpa kalian tahu pasti kejadian sesungguhnya. Tabayun dulu, semudah itu kalian menerima informasi, dan seharusnya tak sulit juga kalian mencari kebenaran informasi tersebut."
Lalu si Mbah membaca hadist yang diriwayatkan At Tirmidzi,
نْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ { يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا } قَالَ أَتَدْرُونَ مَا أَخْبَارُهَا قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّ أَخْبَارَهَا أَنْ تَشْهَدَ عَلَى كُلِّ عَبْدٍ أَوْ أَمَةٍ بِمَا عَمِلَ عَلَى ظَهْرِهَا أَنْ تَقُولَ عَمِلَ كَذَا وَكَذَا يَوْمَ كَذَا وَكَذَا قَالَ فَهَذِهِ أَخْبَارُهَا
Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Shallallahu 'alahi wa Salam membaca: "Pada hari itu bumi menceritakan beritanya." (Al-Zalzalah: 4), beliau bertanya: "Tahukah kalian apa berita-beritanya?" mereka menjawab: Allah dan rasulNya lebih tahu.
Beliau bersabda: "Berita-beritanya adalah perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh hamba lelaki atau perempuan di atas bumi berkata: Ia melakukan ini dan ini, pada hari ini dan ini." beliau bersabda: "Itulah berita-beritanya."
Nampak si mbah kembali leyeh-leyeh, dan tak lama kemudian si Mbah tertidur.