Balikpapan (30/5) – Sampah plastik, terutama botol plastik, menjadi salah satu persoalan lingkungan yang semakin mengkhawatirkan di Indonesia. Menyikapi hal ini, pengurus DPD LDII Balikpapan, Yudo Prasongko, bersama timnya, berinovasi dengan mengembangkan mesin ‘PET to Filament’, yang mengubah limbah botol plastik jenis PET (Polyethylene Terephthalate) menjadi filamen, bahan baku penting untuk printer 3D.
“Persoalan sampah masih menjadi isu krusial di Indonesia, terlebih sampah plastik. Hampir tidak bisa dihindari dan juga tidak mudah terurai,” kata Yudo Prasongko. Ia menjelaskan bahwa sampah plastik seperti botol kemasan dan wadah makanan sekali pakai berbahan styrofoam, sulit terurai dan kerap berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) atau mencemari lautan.
Mengutip data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), proyeksi sampah plastik di Indonesia terus meningkat, dengan 13 juta ton sampah plastik pada 2023, naik dari 12,54 juta ton pada tahun 2022. Oleh karena itu, Yudo berharap bahwa dengan inovasi mesin ini, limbah plastik bisa diolah menjadi bahan yang berguna dan mengurangi tumpukan sampah.
Mesin PET to Filament juga mendukung industri percetakan 3D secara berkelanjutan. “Mesin ini tidak hanya membantu mendaur ulang plastik, tetapi juga memberi kontribusi pada penciptaan teknologi berkelanjutan, meningkatkan efisiensi sumber daya, menurunkan biaya produksi filamen, serta menciptakan peluang ekonomi baru,” tambah Yudo.
Inovasi ini berhasil menarik perhatian Pemerintah Kota Balikpapan. Yudo dan timnya meraih juara 2 dalam Lomba Krenova (Kreativitas dan Inovasi) 2025 yang diselenggarakan oleh Bappeda Litbang Kota Balikpapan dalam kategori masyarakat umum.
Dalam rangka edukasi dan penyebaran inovasi, Yudo juga memberikan pelatihan kepada para santri Ponpes Bairuha Balikpapan. Mereka diajarkan seluruh proses pembuatan filamen, mulai dari membersihkan botol, memotong pita plastik, hingga menggulungkannya menjadi filamen dengan berbagai warna sesuai warna botol asalnya.
“Dengan mesin ini, kami berharap bisa memberikan kontribusi nyata dalam mengatasi masalah sampah plastik dan menunjukkan bahwa limbah dapat diubah menjadi produk bernilai melalui teknologi dan inovasi,” tutup Yudo Prasongko.