Mandi Wajib atau Junub dan Tata Caranya


Mandi wajib menurut syara' adalah membasahi seluruh tubuh menggunakan air yang suci dengan cara-cara tertentu dan disertai dengan niat menghilangkan hadats besar. Contoh mandi wajib: mandi jinabat, mandi dari nifas, mandi dari haid, mandi awal masuk Islam. 

Mandi Wajib disyariatkan dalam al-Qur'an dan al-Hadits. Allah SWT berfirman:


وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا ... الآية. سورة المائدة : ٦ 

"Dan jika kalian keadaan junub maka bersucilah (mandilah)."


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُوْلُوْنَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّى تَغْتَسِلُوا... الآية. سورة النساء : ٤٣

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian shalat sedangkan kalian dalam keadaan mabuk, sehingga kalian mengerti apa yang kalian ucapkan, (jangan pula berdiam di masjid) sedang kalian dalam keadaan junub, kecuali sekedar berlalu/lewat saja, hingga kalian mandi."


A. Hal-hal yang mewajibkan mandi wajib

1. Keluarnya mani/sperma.

Keluarnya mani/sperma baik ketika dalam keadaan bangun/terjaga maupun tidur, baik laki-laki maupun perempuan, termasuk yang menyebabkan mandi wajib. Berdasarkan hadits di bawah ini:

عَنْ أُمَّ سَلَمَةَ أُمَ الْمُؤْمِنِينَ أَنَّهَا قَالَتْ: جَاءَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ امْرَأَةُ أَبِي طَلْحَةَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي مِنَ الْحَقِّ هَلْ عَلَى الْمَرْأَةِ مِنْ غُسْلٍ إِذَا هِيَ احْتَلَمَتْ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ : نَعَمْ إِذَا رَأَتِ الْمَاءَ. رواه البخاري

Dari Ummi Salamah Ummil Mukminin, sesungguhnya dia berkata, Umu Sulaim yaitu istrinya Abu Thalhah dia datang kepada Rasulullah SAW, lalu dia berkata: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu dari (membicarakan) kebenaran, apakah wanita wajib mandi ketika ia bermimpi basah/mimpi jimak? Maka Rasulullah SAW menjawab: "Ya, jika ia melihat mani (mengeluarkan mani)."


2. Jimak/bersetubuh.

Yaitu hubungan suami-istri dengan bertemunya dua alat kelamin walaupun tidak sampai keluar mani/sperma. Berdasarkan hadits-hadits di bawah ini:

عَنْ أَبِي مُوسَى قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: إِذَا جَلَسَ بَيْنَ شُعَبِهَا الْأَرْبَعِ وَمَسَّ الْخِتَانُ الْخِتَانَ فَقَدْ وَجَبَ الْغُسْلُ. رواه مسلم 

Dari Abi Musa dia berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Ketika seorang suami telah 'duduk' di antara empat anggota badan istri (antara dua tangan dan dua kaki), dan kelamin telah bertemu (masuk) dengan kelamin, maka wajiblah mandi (jinabat)."


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: إِذَا جَلَسَ بَيْنَ شُعَبِهَا الْأَرْبَعِ وَأَجْهَدَ نَفْسَهُ فَقَدْ وَجَبَ الْغُسْلُ، أَنْزَلَ أَوْ لَمْ يُنْزِلُ. رواه أحمد

Dari Abi Hurairah, dari Nabi SAW beliau bersabda: "Ketika seorang suami telah 'duduk' di antara empat anggota badan istri (antara dua tangan dan dua kaki), dan mempersungguh (untuk jimak), maka sungguh wajib mandi (jinabat), sudah keluar mani atau belum keluar mani.


3. Ketika berakhirnya masa haid atau nifas. 

Allah SWT berfirman:

وَيَسْأَلُوْنَكَ عَنِ الْمَحِيضِ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّى يَطْهُرْنَ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ.  سورة البقرة : ٢٢٢

"Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang haid, Katakanlah, Haid itu adalah suatu kotoran. Oleh sebab itu hendaklah kalian menjauhi (tidak menjimak) pada wanita di waktu haid; dan janganlah kalian mendekati mereka (menjimak) sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci (mandi setelah selesai dari haid), maka datangilah (jimaklah) mereka itu dari yang diperintahkan Allah kepada kalian (farji). Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang ahli bertaubat dan mencintai orang-orang yang senang bersuci." 

Dan hadits dari Aisyah:

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ أَبِي حُبَيْشٍ سَأَلَتِ النَّبِيَّ ﷺ قَالَتْ: إِنِّي أُسْتَحَاضُ فَلَا أَظْهُرُ ، أَفَأَدَعُ الصَّلَاةَ؟ فَقَالَ: لَا ، إِنَّ ذَلِكِ عِرْقُ، وَلَكِنْ دَعِي الصَّلَاةَ قَدْرَ الْأَيَّامِ الَّتِي كُنْتِ تَحِيْضِيْنَ فِيهَا ثُمَّ اغْتَسِلِي وَصَلَّيْ. رواه البخاري

Dari Aisyah, sesungguhnya Fatimah binta Abi Hubais bertanya kepada Nabi SAW: "Sesungguhnya aku mengalami istihadlah dan aku tidak suci (mengeluarkan darah terus- menerus), apakah aku meninggalkan shalat?" Rasulullah SAW bersabda: "Jangan! Sesungguhnya istihadlah itu adalah urat (yang luka), akan tetapi tinggalkanlah shalat pada hari-hari yang biasanya kamu haid, kemudian mandilah dan shalatlah."


4. Masuk Islam.

Bagi orang yang baru masuk islam maka dia wajib mandi. Sebagaimana Rasulullah SAW memerintahkan kepada seorang sahabat, ketika dia baru masuk Islam:


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ ثُمَامَةَ بْنَ أُثَالٍ أَوْ أُثَالَةَ أَسْلَمَ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ: اذْهَبُوا بِهِ إِلَى حَائِطِ بَنِي فُلَانٍ فَمُرُوْهُ أَنْ يَغْتَسِلَ.  رواه أحمد

Dari Abi Hurairah, sesungguhnya Tsumamah bin Utsal atau Utsalah telah masuk Islam, lalu Rasulullah SAW bersabda: "Pergilah kalian dengan Tsumamah ke kebun milik Bani Fulan, lalu perintahkanlah agar Tsumamah mandi."


عَنْ قَيْسِ بْنِ عَاصِمٍ قَالَ: أَتَيْتُ النَّبِيَّ ﷺ أُرِيدُ الْإِسْلَامَ  فَأَمَرَنِي أَنْ أَغْتَسِلَ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ. رواه أبو داود


Dari Qais bin Ashim dia berkata, aku datang kepada Nabi SAW untuk masuk Islam, maka beliau memerintahkanku agar mandi dengan menggunakan air dan daun bidara.


 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: بَعَثَ النَّبِيُّ ﷺ خَيْلًا قِبَلَ نَجْدٍ فَجَاءَتْ بِرَجُلٍ مِنْ بَنِي حَنِيفَةَ يُقَالُ لَهُ ثُمَامَةُ بْنُ أُثَالٍ، فَرَبَطُوهُ بِسَارِيَةٍ مِنْ سَوَارِي الْمَسْجِدِ فَخَرَجَ إِلَيْهِ النَّبِيُّ ﷺ فَقَالَ:  أَطْلِقُوْا ثُمَامَةَ، فَانْطَلَقَ إِلَى نَخْلٍ قَرِيبٍ مِنَ الْمَسْجِدِ فَاغْتَسَلَ ثُمَّ دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَقَالَ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ  مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ . رواه البخاري


Dari Abi Hurairah dia berkata, Nabi SAW mengirim pasukan berkuda ke arah Najd, maka pasukan tersebut datang dengan membawa seorang laki-laki dari Bani Hanifah yang bernama Tsumamah bin Utsal, mereka mengikatnya di sebuah tiang dari tiang-tiang masjid, lalu Nabi SAW keluar menghampirinya dan bersabda: "Lepaskanlah Tsumamah!". Kemudian Tsumamah pergi ke sebuah kebun kurma yang dekat dari masjid, lalu dia mandi dan kemudian masuk masjid lalu mengucapkan: "Asyhadu allaa ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadarrasulullah (Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah)."


5. Kematian.

Jika seorang muslim meninggal dunia, maka ia wajib dimandikan

Berdasarkan hadits di bawah ini:

عَنْ أُمَّ عَطِيَّةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ حَيْثُ أَمَرَهَا أَنْ تَغْسِلَ ابْنَتَهُ قَالَ لَهَا: ابْدَأْنَ بِمَيَامِنِهَا وَمَوَاضِعِ الْوُضُوْءِ مِنْهَا. رواه مسلم 

Dari Ummi Athiyah, sesungguhnya Rasulullah SAW ketika menyuruh Ummi Athiyah memandikan putrinya (yang telah wafat), beliau bersabda kepada Ummi Athiyah: "Memulailah (ketika memandikan) pada bagian kanan tubuhnya dan tempat-tempat wudlunya."


Cara mandi wajib

1. Niat (untuk menghilangkan hadats besar).

2. Membersihkan/membasuh kemaluan.

3. Membasuh kedua tangan.

4. Berwudlu' seperti wudlu untuk shalat dan boleh menangguhkan membasuh kedua kaki sampai selesai mandi.

5. Memasukkan jari-jari kedua tangan ke dalam air diteruskan dengan menyela-nyelai pangkal rambut hingga terasa basah.

6. Menyiram kepala dengan tiga kali siraman/cawukan.

7. Menuangkan air hingga rata membasahi seluruh tubuh.

8. Membasuh kedua kaki, (ketika saat wudlu belum membasuh kaki).


Berdasarkan hadits di bawah ini:

عَنْ مَيْمُوْنَةَ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ اغْتَسَلَ مِنَ الْجِنَابَةِ فَغَسَلَ فَرْجَهُ بِيَدِهِ ثُمَّ دَلَكَ بِهَا الْحَائِط ثُمَّ غَسَلَهَا ثُمَّ تَوَضَّأَ وُضُوءَهُ لِلصَّلَاةِ فَلَمَّا فَرَغَ مِنْ غُسْلِهِ غَسَلَ رِجْلَيْهِ . رواه البخاري


Dari Maimunah, sesungguhnya Nabi SAW mandi jinabat, maka beliau membasuh farjinya dengan tangannya kemudian meng gosok-gosokkan tangannya di tembok, kemudian membasuhnya, lalu beliau berwudlu sebagaimana berwudlu untuk shalat, setelah selesai mandi beliau membasuh kedua kakinya.


C. Hal-hal yang berkaitan dengan mandi wajib

Berikut ini mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan Mandi Wajib:

1. Seseorang boleh melakukan satu kali mandi wajib sekaligus untuk dua niat, misalnya untuk mandi hari Jum'at sekaligus untuk mandi jinabat.

Berdasarkan hadits di bawah ini:

قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنَّيَّةِ وَإِنَّمَا لِامْرِئٍ مَا نَوَى .  الحديث . رواه البخاري

Umar bin Khatthab RA dia berkata, aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Wahai manusia sesungguhnya semua amalan itu (tergantung) pada niatnya dan sesungguh- nya bagi seseorang apa yang dia niatkan".


2. Setelah mandi wajib, kalau akan mengerjakan shalat maka boleh tidak berwudlu lagi. Berdasarkan hadits:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: كَانَ رَسُوْلُ اللَّهِ وَاللَّهِ يَغْتَسِلُ وَيُصَلِّي الرَّكْعَتَيْنِ وَصَلَاةَ الْغَدَاةِ وَلَا أُرَاهُ يُحْدِثُ وُضُوءًا بَعْدَ الْغُسْلِ . رواه أبو داود 

Dari Aisyah dia berkata, Rasulullah SAW mandi (jinabat) dan mengerjakan shalat sunah dua raka'at dan shalat Shubuh, dan aku tidak melihat beliau memperbarui wudlu setelah mandi.


3. Boleh mandi bersama jika masing-masing tidak melihat aurat yang lain dan orang-orang yang di luar tidak melihat aurat mereka.

4. Boleh mengeringkan tubuh dengan handuk atau yang lain.

5. Bolehnya laki-laki memakai sisa air yang digunakan mandi perempuan, begitu pula sebaliknya.

6. Haram hukumnya mandi telanjang di tempat keramaian, sebab membuka aurat adalah perbuatan yang terlarang.


D. Mandi yang disunahkan

Maksud dari mandi sunah adalah mandi yang apabila orang melakukannya mendapatkan pahala dan apabila tidak me lakukannya tidak mendapatkan siksa dan cela. Ada enam mandi yang disunahkan:


1. Mandi hari Jum'at.

Karena hari Jum'at adalah hari berkumpulnya kaum muslimin untuk melaksanakan shalat dan ibadah, maka Allah memberikan perintah untuk mandi, agar kaum muslimin berada dalam keadaan yang paling baik, bersih dan suci.


Berdasarkan hadits di bawah ini:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: غُسْلُ يَوْمِ الْجُمُعَةِ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُحْتَلِم. رواه البخاري

Dari Abi Sa'id RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: "Mandi pada hari Jum'at adalah wajib bagi setiap orang yang sudah bermimpi basah (baligh)."

Kata "wajib" di dalam hadits di atas, bermakna sangat dianjurkan (sunnah muakkad).


Berdasarkan hadits-hadits di bawah ini:

عَنِ الْقَاسِمِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ أَنَّهُمْ ذَكَرُوْا غُسْلَ يَوْمٍ الْجُمُعَةِ عِنْدَ عَائِشَةَ، فَقَالَتْ: إِنَّمَا كَانَ النَّاسُ يَسْكُنُوْنَ الْعَالِيَةَ فَيَحْضُرُوْنَ الْجُمُعَةَ وَبِهِمْ وَسَخُ فَإِذَا أَصَابَهُمُ الرَّوْحُ سَطَعَتْ أَرْوَاحُهُمْ فَيَتَأَذَى بِهَا النَّاسُ فَذُكِرَ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ فَقَالَ: أَوَ لَا يَغْتَسِلُوْنَ . رواه النسائي

Dari Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr, sesungguhnya mereka menyebutkan tentang mandi hari Jum'at di sisi Aisyah, lalu Aisyah berkata, sesungguhnya manusia bertempat di tanah awali (dataran tinggi pinggiran Madinah), mereka mendatangi shalat Jum'at keadaan kotor dan bau, ketika angin menerpa mereka, maka bau mereka menyengat, sehingga orang-orang merasa terganggu. Kemudian hal ini dilaporkan kepada Rasulullah SAW, maka beliau bersabda: "Apakah mereka tidak mandi..?"


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ : مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ أَتَى الْجُمُعَةَ فَاسْتَمَعَ وَأَنْصَتَ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ وَزِيَادَةُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ، وَمَنْ مَسَّ الْحَصَى فَقَدْ لغا. رواه مسلم

Dari Abi Hurairah dia berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang berwudlu, lalu ia menyempurnakan wudlunya, kemudian pergi melaksanakan shalat Jum'at, mendengarkan (khotbah) dan bersikap tenang, maka dosanya antara Jum'at dan Jum'at berikutnya diampuni, ditambah lagi dengan tiga hari berikutnya dan barang siapa yang menyentuh (bermain) kerikil, maka sungguh lahan."

Rentang waktu dianjurkannya mandi Jum'at mulai dari terbitnya fajar hingga shalat Jum'at tiba, meskipun waktu yang paling dianjurkan adalah saat seseorang sudah mau berangkat ke masjid.

Jika seseorang berhadats kecil setelah ia mandi, maka cukup baginya berwudlu, berdasarkan riwayat di bawah ini:


وَقَالَ الْأَثْرَمُ: سَمِعْتُ أَحْمَدَ سُئِلَ عَمَّنِ اغْتَسَلَ ثُمَّ أَحْدَثَ هَلْ  يَكْفِيهِ الْوُضُوْءُ؟ فَقَالَ: نَعَمْ، وَلَمْ أَسْمَعْ فِيْهِ أَعْلَى مِنْ حَدِيْثِ ابْنِ أَبْزَى يُشِيرُ إِلَى مَا أَخْرَجَهُ ابْنُ أَبِي شَيْبَةَ بِإِسْنَادٍ صَحِيحٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبْرَى عَنْ أَبِيْهِ وَلَهُ صُحْبَةٌ، أَنَّهُ كَانَ يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ ثُمَّ يُحْدِثُ فَيَتَوَضَّأُ وَلَا يُعِيدُ الْغُسْلَ. في فتح الباري


Atsram berkata, aku mendengar bahwa Ahmad pernah ditanya tentang seseorang yang mandi lalu berhadats, apakah cukup baginya berwudlu saja? Ahmad menjawab: "Ya, dalam hal ini aku tidak mendengar hadits yang lebih bagus daripada haditsnya Ibnu Abza". Ahmad kemudian menceritakan apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dengan sanad yang shahih dari Sa'id bin Abdirrahman bin Abza dari bapaknya yang termasuk seorang sahabat, sesungguhnya Ibnu Abza pernah mandi pada hari Jum'at, kemudian berhadats, lalu dia berwudlu dan dia tidak mengulangi mandi.


2. Mandi Idul Fitri dan Idul Adha.

Mandi pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha adalah sunah, meskipun tidak ada satupun hadits shahih yang menjelaskan hal tersebut. Di dalam kitab al-Badr al-Munir disebutkan bahwa hadits-hadits tentang mandi pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha adalah dhaif.


Meskipun demikian, ada beberapa pendapat dari para sahabat Rasulullah SAW, sebagai berikut:

عَنْ زَاذَانَ قَالَ: سَأَلَ رَجُلٌ عَلِيًّا رَضَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ الْغُسْلِ، قَالَ: اغْتَسِلُ كُلَّ يَوْمٍ إِنْ شِئْتَ، فَقَالَ: لَا ، الْغُسْلُ الَّذِي هُوَ الْغُسْلُ، قَالَ: يَوْمَ الْجُمْعَةِ وَيَوْمَ عَرَفَةَ وَيَوْمَ النَّحْرِ وَيَوْمَ الْفِطْرِ. رواه البيهقي 

Dari Zadzan dia berkata, ada seorang laki-laki bertanya kepada Ali RA tentang mandi, Ali menjawab: "Mandilah setiap hari bila kamu menghendaki". Laki-laki itu berkata: "Bukan mandi itu, yang saya maksud adalah mandi yang benar-benar mandi (mandi yang disyariatkan)", Ali menjawab: "Yaitu mandi pada hari Jum'at, hari Arafah, hari raya Kurban dan hari raya Idul Fitri."


عَنِ ابْنِ الْمُسَيَّبِ أَنَّهُ قَالَ: الغُسْلُ فِي الْعِيدَيْنِ سُنَّةُ. رواه البيهقي 

Dari Ibni al-Musayyab, sesungguhnya dia berkata: "Mandi pada dua hari raya itu sunah."


3. Mandi setelah memandikan mayat. Menurut sebagian besar ulama', orang yang memandikan mayat disunahkan untuk mandi.


Berdasarkan hadits di bawah ini:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ قَالَ: مَنْ غَسَّلَ الْمَيِّتَ فَلْيَغْتَسِلْ وَمَنْ حَمَلَهُ فَلْيَتَوَضَّأُ . رواه أبو داود

Dari Abi Hurairah, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa memandikan mayat, maka hendaklah dia mandi, dan barang siapa membawa jenazah, maka hendak- lah dia berwudlu."


Perintah di dalam hadits tersebut bersifat anjuran. Berdasarkan riwayat di bawah ini:

أَنَّ أَسْمَاءَ بِنْتَ عُمَيْسٍ غَسَلَتْ أَبَا بَكْرِ الصِّدِّيقَ حِينَ تُوُفِّيَ، ثُمَّ خَرَجَتْ فَسَأَلَتْ مَنْ حَضَرَهَا مِنَ الْمُهَاجِرِينَ، فَقَالَتْ: إِنِّي صَائِمَةٌ، وَإِنَّ هَذَا يَوْمٌ شَدِيدُ الْبَرْدِ، فَهَلْ عَلَيَّ مِنْ غُسْلٍ؟ فَقَالُوا : لَا . رواه مالك في الموطأ

Sesungguhnya Asma binti Umais memandikan jenazah Abu Bakar al-Shiddiq RA (suaminya), kemudian Asma keluar dan bertanya kepada kaum Muhajirin yang hadir pada saat itu, dia berkata: "Sesungguhnya aku sedang berpuasa dan hari ini sangat dingin, apakah aku harus mandi?", para sahabat Muhajirin berkata: "Tidak".


عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: كُنَّا نُغَسِّلُ الْمَيِّتَ فَمِنَّا مَنْ يَغْتَسِلُ وَمِنَّا مَنْ لَا يَغْتَسِلُ. رواه البيهقي 

Dari Ibni Umar RA, dia berkata: "Kami memandikan jenazah, di antara kami ada yang kemudian mandi dan ada juga yang tidak mandi.


4. Mandi ketika akan mengenakan kain ihram.

Menurut sebagian besar ulama', orang yang akan melaksanakan ihram, baik untuk ibadah haji ataupun umrah, disunahkan untuk mandi terlebih dahulu. Zaid bin Tsabit bercerita bahwa Rasulullah SAW mengerjakannya ketika akan berpakaian ihram.


عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ أَنَّهُ رَأَى النَّبِيَّ ﷺ تَجَرَّدَ لِإِهْلَالِهِ وَاغْتَسَلَ. قَالَ أَبُو عِيسَى: هَذَا حَدِيْثُ حَسَنٌ غَرِيبٌ وَقَدِ اسْتَحَبَّ قَوْمٌ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ الْاِغْتِسَالَ عِنْدَ الْإِحْرَامِ، وَبِهِ يَقُوْلُ الشَّافِعِيُّ. رواه الترمذي


Dari Zaid bin Tsabit, sesungguhnya dia melihat Nabi SAW, beliau melepas pakaian (pakaian berjahit) untuk ihramnya dan beliau mandi.

Abu Isa berkata: Ini hadits hasan gharib, sebagian dari ahli ilmu menganggap sunah mandi ketika akan berihram. Dan Imam Syafi'i sependapat dengan hal itu.


5. Mandi ketika akan masuk kota Makkah. Disunahkan bagi orang yang akan memasuki kota Makkah untuk mandi terlebih dahulu.

Berdasarkan hadits di bawah ini:

عَنْ نَافِعٍ أَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ لَا يَقْدَمُ مَكَّةَ إِلَّا بَاتَ بِذِي طُوًى حَتَّى يُصْبِحَ وَيَغْتَسِلَ ثُمَّ يَدْخُلُ مَكَّةَ نَهَارًا وَيَذْكُرُ عَنِ النَّبِيِّ اللهِ أَنَّهُ فَعَلَهُ. رواه مسلم

Dari Nafi', sesungguhnya Ibna Umar RA. tidak datang di kota Makkah kecuali menginap di Dzi Thuwa, sampai keesokan harinya dan lalu dia mandi kemudian memasuki kota Makkah. Dan dia menyebutkan bahwa Rasulullah SAW melakukan hal itu.

Ibnu Mundzir mengatakan, sebagian besar ulama' menyepakati mandi pada saat akan memasuki kota Makkah adalah sunah. Orang yang tidak melakukannya tidak perlu membayar denda dan hanya cukup berwudlu saja.


6. Mandi ketika akan wukuf di Arafah.

Orang yang akan melaksanakan wukuf di Arafah disunahkan untuk mandi.

Berdasarkan riwayat di bawah ini:

عَنْ نَافِعٍ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَغْتَسِلُ لِإِحْرَامِهِ قَبْلَ أَنْ يُحْرِمَ وَلِدُخُوْلِهِ مَكَّةَ وَلِوُقُوْفِهِ عَشِيَّةَ عَرَفَةَ. رواه مالك في الموطأ

Dari Nafi' sesungguhnya Abdullah bin Umar mandi untuk ihramnya sebelum melaksanakan ihram, mandi ketika akan memasuki kota Makkah dan mandi untuk wukuf di sore hari Arafah.

sumber : BPIJ Jilid I

Post a Comment

Previous Post Next Post