
JAKARTA. Sorgum muncul sebagai solusi cerdas untuk ketahanan pangan Indonesia. Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) gencar mempromosikan sorgum sebagai alternatif pengganti beras yang menjanjikan, membuka peluang baru bagi petani dan masyarakat luas.
LDII Gelar Bimtek, Fokus pada Potensi Sorgum
Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso, menyampaikan langsung komitmen tersebut dalam acara “Bimbingan Teknis Ketahanan Pangan Nasional” yang diadakan oleh Departemen Pengabdian Masyarakat DPP LDII.
“Bimbingan teknis (Bimtek) merupakan sumbangsih LDII kepada masyarakat, bangsa, dan negara,” tegas KH Chriswanto.
Ia menambahkan, kegiatan ini merupakan wujud nyata dari “delapan program pengabdian LDII untuk bangsa”, yang sejalan dengan Asta Cita.
Sorgum: Komoditas Unggul dengan Banyak Kelebihan
KH Chriswanto merinci bagaimana program LDII berkontribusi pada Asta Cita, khususnya dalam memperkuat sistem pertahanan keamanan di bidang pertanian dan pangan, membangun pedesaan dan meningkatkan kesejahteraan petani, serta memperkuat SDM dan lapangan kerja.
“Saya mengapresiasi kehadiran para narsum yang berbicara mengenai sorgum dan pemanfaatannya ini. Sorgum dipilih dan relatif dalam penanaman, tidak perlu air banyak dan bisa memanfaatkan biji serta batang sorgum. Selain itu petani bisa dengan mudah menanam dengan masa tiga kali panen,” jelasnya.
Lebih lanjut, KH Chriswanto menyoroti nilai gizi sorgum yang tinggi dan indeks glikemiknya yang rendah, menjadikannya pilihan yang sangat baik untuk kesehatan.
“Grade gula pada batang sorgum hanya enam, artinya penyerapan glukosa yang lambat dalam darah. Hal itu bisa dimanfaatkan menjadi gula, etanol, dan bahan pakan sapi. Beragam kelebihan sorgum tersebut menjadikan sorgum komodita yang menguntungkan,” paparnya.
Dukungan Pemerintah dan Hasil Nyata di Lapangan
Upaya LDII dalam pengembangan sorgum mendapat dukungan penuh dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT). Keberhasilan ini telah terbukti dengan panen raya sorgum di Blora beberapa waktu lalu.
“Inilah diversifikasi pangan yang mudah didapat, ditanam, dan menjadi masa depan pengganti beras,” pungkas KH Chriswanto, menegaskan potensi besar sorgum dalam mewujudkan swasembada pangan.