
BANDUNG. Ketua DPP LDII, KH. Chriswanto Santoso, menegaskan identitas LDII sebagai organisasi kemasyarakatan berbasis keagamaan yang berakar kuat di Indonesia, setara dengan NU dan Muhammadiyah. Penegasan ini disampaikan menjelang Musyawarah Wilayah (Muswil) LDII Jawa Barat.
LDII: Ormas Dakwah dengan Tradisi Keislaman Indonesia
KH. Chriswanto menjelaskan bahwa LDII adalah ormas dakwah yang tumbuh dalam tradisi keislaman Indonesia. Menurutnya, LDII memiliki kesamaan dengan NU dan Muhammadiyah dalam hal basis keagamaan dan kontribusi terhadap bangsa.
"LDII lahir dari Pancasila. Sejak 1972 kami sudah mengusung Pancasila sebagai dasar organisasi, karena kelahiran LDII terjadi setelah Indonesia merdeka," ungkapnya.
Metode Pengajian Mirip NU, Manajemen Pendidikan Ala Muhammadiyah
Chriswanto menguraikan kemiripan metode pengajian LDII dengan tradisi NU, yakni model sorogan.
"Bedanya, kalau di NU biasanya dilakukan di pondok pesantren, kalau kami dilakukan di seluruh masjid dan musala. Cara mengajinya sama, semuanya memegang kitab," jelasnya.
Sementara itu, dalam pengelolaan lembaga pendidikan, LDII mengadopsi pola Muhammadiyah. Seluruh sekolah, pesantren, dan satuan pendidikan berada di bawah yayasan dan organisasi, bukan milik perorangan.
"Dalam manajemen pendidikan, kami mirip Muhammadiyah. Kalau di NU biasanya pondok milik kiai, sedangkan Muhammadiyah mengelola sekolah dan pesantren melalui yayasan. Di LDII pun demikian: seluruh satuan pendidikan, baik sekolah maupun pondok pesantren, adalah milik yayasan dan organisasi," terangnya.
LDII Terbuka dan Adaptif di Seluruh Indonesia
Chriswanto menegaskan bahwa LDII hadir hampir di seluruh Indonesia dan terbuka bagi siapa saja yang ingin belajar agama. Program-program LDII di daerah diselaraskan dengan kebutuhan wilayah masing-masing.
"Kami terbuka bagi siapa saja yang ingin mengaji bersama kami. Secara nasional LDII sudah hadir di 37 provinsi. Yang belum hanya Papua Pegunungan, sebenarnya ada orangnya, tetapi kami mempertimbangkan faktor keamanan yang membuat aktivitas belum optimal," ujarnya.
Kehadiran LDII di berbagai daerah memungkinkan program kerja dijalankan secara adaptif.
"Kami hadir di mana-mana. Programnya bisa disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan daerah masing-masing," tutupnya.