
Yogyakarta. Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) LDII Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggencarkan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) sebagai bagian dari upaya menekan angka stunting di wilayah tersebut. Program ini merupakan tindak lanjut dari Rakornas LDII dan implementasi Asta Cita di bidang kesehatan.
CKG LDII DIY: Merangkul Masyarakat, Sinergi dengan Pemerintah
Ketua Biro Pengabdian Masyarakat DPW LDII DIY, Deby Zulkarnain, mengungkapkan bahwa program CKG telah dilaksanakan di seluruh wilayah DIY.
"Alhamdulillah LDII di seluruh DIY sudah melaksanakan kegiatan Cek Kesehatan Gratis (CKG). Hasil evaluasi menunjukkan DPW LDII DIY masuk kategori orange, artinya pelaksanaan pemerataan sudah baik," ujarnya saat memberikan materi dalam Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) LDII DIY.
Partisipasi Aktif Masyarakat dalam CKG
Deby melaporkan bahwa total peserta CKG yang dilaksanakan oleh DPD LDII se-DIY mencapai 895 orang. Kegiatan ini tersebar di berbagai lokasi, menunjukkan jangkauan program yang luas.
* DPD Kota Yogyakarta: 200 peserta di Griya Mahasiswa Kepuh.
* DPD Sleman: 125 peserta di Ponpes Mulyo Abadi, dihadiri Bupati Sleman.
* DPD Bantul: 120 peserta di Ponpes Al Barokah.
* DPD Kulon Progo: 100 peserta di SDIT Bina Mulia Insani.
* DPD Gunungkidul: 200 peserta di Ponpes Al Hadi dan Al Husna.
* DPW LDII DIY: 150 peserta di Grha Cendekia, Sleman.
Sinergi dengan Dinas Kesehatan Provinsi DIY
LDII DIY menjalin sinergi erat dengan Dinas Kesehatan Provinsi DIY dalam pelaksanaan CKG.
"Alhamdulillah kami diterima dengan baik. Bahkan kami mendapat kesempatan untuk mengikuti fun run yang diselenggarakan Dinas Kesehatan Provinsi DIY secara gratis. Ini wujud kolaborasi nyata antara LDII dan pemerintah daerah," kata Deby.
Fokus pada Pencegahan Stunting: Prioritas Nasional
Deby menyoroti pentingnya pencegahan dan percepatan penurunan stunting sebagai isu prioritas nasional. Ia menekankan bahwa kesehatan masyarakat, terutama remaja dan pasangan muda, menjadi kunci dalam upaya ini.
"Pencegahan dan percepatan penurunan stunting ini menjadi skala prioritas nasional. Negara dikatakan sehat dan mampu bersaing di ranah internasional jika tingkat nutrisinya baik. Sebaliknya, jika angka stunting tinggi, artinya kualitas gizi dan kesehatan masyarakat belum optimal," jelasnya.
Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan Rutin dan Edukasi Pra-Nikah
Deby menekankan bahwa masalah stunting tidak hanya terjadi pada bayi, tetapi dimulai sejak masa remaja. Pemeriksaan kesehatan rutin, terutama bagi remaja putri, sangat penting untuk mendeteksi potensi masalah kesehatan sejak dini.
"Faktor penyebabnya sudah ada sejak masa remaja. Banyak remaja putri yang secara fisik terlihat sehat, tapi saat dicek hemoglobinnya (Hb) di bawah standar, bahkan di bawah angka 10. Kondisi seperti ini berisiko jika mereka kelak menikah dan hamil," ungkapnya.
Edukasi kesehatan pra-nikah juga menjadi fokus utama, dengan tujuan mempersiapkan calon ibu dan ayah secara optimal.
"Ketika hamil, tiga bulan pertama harus dicek ke puskesmas secara rutin, dan tiga bulan berikutnya juga harus terus dipantau. Kami di Forum Komunikasi Kesehatan Islam (FKKI) bahkan pernah menerima laporan kasus kematian janin akibat pemeriksaan kehamilan yang tidak rutin," kata Deby.
Dukungan LDII terhadap Program Intervensi Pemerintah
LDII mendukung penuh 11 program intervensi pemerintah untuk mencapai target penurunan stunting, termasuk:
Screening anemia* bagi remaja putri
* Konsumsi tablet tambah darah
Pemeriksaan kehamilan rutin (antenatal care*)
* Edukasi kesehatan pra-nikah bekerja sama dengan KUA
* Pemberian makanan tambahan ibu hamil
* Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita
* Pemberian ASI eksklusif hingga enam bulan
* MPASI sehat hingga usia dua tahun
* Edukasi gizi keluarga
* Tata laksana balita dengan masalah gizi
* Pemberdayaan kader kesehatan masyarakat
"ASI eksklusif itu wajib enam bulan. Jangan dulu diberi makanan pendamping seperti ciki-cikian. Berikan makanan alami seperti buah dan sayur," pungkas Deby.