Membentuk Generasi Emas: LDII dan Sakonas SPN Bekali Santri dengan Life Skill

LDII dan Satuan Komunitas Nasional Pramuka Sekawan Persada Nusantara (Sakonas SPN) berkolaborasi dalam pelatihan "Life Skill" untuk guru dan pembina pondok pesantren, membangun karakter dan kecakapan hidup santri untuk menghadapi masa depan.

Acara yang berlangsung di Pondok Pesantren Minhajurrosyidin, Jakarta, pada Sabtu (17/5), merupakan wujud nyata komitmen LDII dalam mencetak generasi emas Indonesia 2045. Lebih dari sekadar pelatihan teknis, kegiatan ini dirancang untuk membekali para tenaga pendidik agar mampu mengimplementasikan keterampilan dasar dalam keseharian santri, baik selama masa belajar maupun ketika memasuki dunia kerja.

Ketua Umum DPP LDII, Edwin Sumiroza, menjelaskan tujuan pelatihan ini. “Pelatihan ini diikuti para pembina atau pamong, guru, bahkan pimpinan pondok pesantren, dimana nantinya kecakapan dasar menjadi praktek kehidupan sehari-hari para santri saat ini maupun di dunia kerja,” ujarnya. Program yang sebelumnya telah dijalankan oleh Sako Pramuka lokal ini kini ditingkatkan ke level nasional untuk memperluas dampaknya. “Sebelumnya sudah dilakukan oleh Sako Pramuka setempat, namun konsentrasinya kami tambahkan ke tingkat nasional, sebab masih terdapat para santri yang masuk di dunia kerja skillnya perlu ditingkatkan lagi,” ungkap Edwin. Harapannya, “Selain memiliki pribadi yang fakih-alim, santri LDII juga memiliki kemandirian berkarakter untuk Indonesia Emas di tahun mendatang,” ujarnya.

KH Choirul Baihaqi, Ketua Pondok Pesantren Minhajurrosyidin, menyambut baik inisiatif tersebut. “Pelatihan Life Skill yang dilakukan oleh Sakonas SPN dan DPP LDII sangatlah penting bagi lembaga pendidikan seperti ponpes untuk membentuk karakter dan value santri,” ujarnya. Ia juga menekankan peran krusial para pendidik. “Dengan diikutsertakannya para guru dan pembina pondok diharapkan mereka dapat menjadi ‘agent of change’ bagi santri, sehingga seluruh santri memiliki life skill yang cukup tinggi agar menjadi Generasi Emas Indonesia di tahun 2045,” kata Baihaqi.

Antusiasme peserta pun terlihat dari testimoni Aji Pangestu, salah satu peserta pelatihan. “Tentu sangat baik, banyak ilmu serta wawasan yang kami serap guna untuk mengajar kepada para santri,” ungkap Aji. Ia juga mengapresiasi metode pelatihan yang inovatif. “Variasi ice breaking dikemas dalam kepramukaan yang berisikan teori, pos ke pos untuk membuat program ajar kepada para santri dan juga yang menjadi favorit saya,” kata Aji.

Dengan memadukan nilai-nilai kepramukaan dan pembinaan spiritual, pelatihan ini menjadi langkah nyata dalam mencetak santri yang tidak hanya unggul dalam ilmu agama, namun juga siap bersaing di era global. Inisiatif ini mencerminkan komitmen LDII dalam membangun generasi muda Indonesia yang berkarakter, mandiri, dan berdaya saing tinggi.

Lebih baru Lebih lama