Tabayyun, Agar Kamu Selamat: Sebelum Jari Menekan 'Share'


Di era digital, jari lebih cepat dari hati. Dalam hitungan detik, satu informasi bisa menyebar ke ribuan, bahkan jutaan orang. Sayangnya, tidak semua informasi yang kita baca layak dipercaya, apalagi disebarluaskan. Di sinilah letak pentingnya tabayyun—meneliti dan memastikan kebenaran sebelum menyampaikan sesuatu.

Allah SWT dengan tegas memperingatkan kita dalam firman-Nya:

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."
(QS. Al-Hujurat: 6)

Ayat ini bukan sekadar nasihat, tetapi perintah yang menyelamatkan kita dari dosa besar: menebar fitnah, membunuh karakter, dan menghancurkan kehormatan orang lain tanpa dasar yang jelas.


Tidak Semua yang Didengar Perlu Disampaikan

Salah satu penyakit zaman ini adalah “kebutuhan untuk selalu update” dan “keinginan menjadi yang pertama menyebarkan berita.” Padahal Rasulullah ﷺ bersabda:

"Cukuplah seseorang dianggap berdusta jika ia menceritakan segala sesuatu yang ia dengar."
(HR. Muslim)

Apa yang kita baca di media sosial, grup WhatsApp, atau kanal berita tak semuanya benar. Bisa jadi itu adalah hoaks, propaganda, atau bahkan informasi yang sudah dipelintir oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab demi popularitas atau sensasi.


Tabayyun adalah Benteng Kehormatan

Setiap informasi adalah ujian. Saat kita tergoda untuk langsung menyebarkannya, padahal belum tahu kebenarannya, sebenarnya kita sedang membuka pintu kesalahan. Dalam Islam, kehormatan seorang muslim sangat dijaga. Menyebarkan kabar palsu bisa berakibat fatal—fitnah yang membakar ukhuwah, membelah persatuan, bahkan mencelakakan orang lain.

Pernahkah kita merenung, berapa banyak orang yang menyesal karena menyebar informasi yang ternyata salah? Berapa banyak hubungan rusak, nama baik tercemar, dan komunitas terpecah karena berita yang belum tentu benar?


Diam Lebih Baik Daripada Salah Bicara

Kadang, diam itu ibadah. Rasulullah ﷺ mengajarkan:

"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Jika ragu akan kebenaran informasi, lebih baik tahan diri. Tidak menyebarkan lebih aman daripada harus menanggung penyesalan di kemudian hari.


Hikmah Tabayyun: Menjaga Diri, Menjaga Umat

Tabayyun bukan sekadar langkah teknis, tapi cermin dari iman dan akhlak. Ia melatih kita untuk tidak terburu-buru, untuk tidak mudah curiga, dan untuk berlaku adil terhadap sesama. Dengan tabayyun, kita menjaga kehormatan orang lain, dan pada saat yang sama menjaga diri dari dosa dan penyesalan.

Renungkanlah, seberapa sering kita menyebar informasi yang kita sendiri belum pastikan? Seberapa sering kita menjadi bagian dari rantai fitnah, walau tanpa niat buruk?


Sebelum jari kita menekan tombol "share", mari hadirkan sejenak hati dan akal. Tanyakan pada diri: "Sudahkah aku tabayyun?"

Karena bisa jadi satu klik kecil dari kita, adalah awal dari kehancuran besar bagi orang lain. Dan ketika itu terjadi, kita bukan hanya akan menyesal—kita bisa dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.


Lebih baru Lebih lama