Sabela Rosyada: Husnudzon kepada Allah, Kunci Hidup Tenang dan Penuh Berkah


Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan nikmat-Nya, baik yang lahir maupun yang batin. Salah satu nikmat terbesar yang Allah anugerahkan kepada manusia adalah hidayah untuk menetapi agama yang benar, yaitu Islam. Nikmat ini adalah bentuk kesempurnaan yang diberikan Allah kepada hamba-Nya yang dipilih.


Tujuan Hidup: Beribadah kepada Allah

Allah menciptakan manusia dan jin semata-mata untuk beribadah kepada-Nya. Ketika seorang hamba mampu menjalankan ibadah dengan benar sesuai Al-Qur’an dan Hadis, maka itu pertanda bahwa Allah telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada orang tersebut. Nikmat lahir seperti kesehatan dan kecukupan, serta nikmat batin berupa keimanan dan ketenangan hati.


Keajaiban Sikap Orang Beriman

Rasulullah ﷺ bersabda bahwa perkara seorang mukmin itu sangat menakjubkan:

“Segala urusannya adalah kebaikan. Jika mendapatkan nikmat, ia bersyukur. Jika ditimpa musibah, ia bersabar.”

Dua sikap ini—syukur dan sabar—adalah pilar utama dalam menjalani hidup yang penuh tantangan. Keduanya hanya mungkin tumbuh dari satu hal: husnudzon billah, berbaik sangka kepada Allah.


Husnudzon: Menggenggam Hikmah di Balik Takdir

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 216)

Takdir Allah terkadang tampak berat di mata manusia, namun selalu mengandung hikmah. Ketika kita menyandarkan diri pada prasangka baik kepada Allah, maka segala hal akan terasa lebih ringan, lebih bermakna.


Kisah Inspiratif: Raja dan Patihnya

Ceramah ini juga menyampaikan sebuah kisah sarat makna: seorang raja yang jari tangannya terluka oleh patihnya saat berburu. Akibat luka itu, raja tidak jadi dijadikan korban oleh suku pedalaman karena dianggap “cacat”. Ia selamat. Ketika kembali, raja membebaskan patihnya dan baru menyadari: luka itu adalah penyelamat.

Patihnya berkata, “Seandainya saya ikut berburu, mungkin saya yang akan dijadikan korban.” Kisah ini mengajarkan bahwa apa yang tampak sebagai musibah kadang adalah bentuk kasih sayang Allah.

Dengan husnudzon, kita tidak hanya lebih tenang, tapi juga terhindar dari prasangka buruk terhadap takdir Allah. Hidup menjadi lebih ringan, penuh syukur, dan terasa barokah. Apapun yang terjadi, kita yakini bahwa Allah Maha Mengetahui, dan takdir-Nya adalah yang terbaik.

Lebih baru Lebih lama