Quarter-Life Crisis, Saat Bertambahnya Usia Bikin Gundah Gulana

Quarter-Life Crisis, Saat Bertambahnya Usia Bikin Gundah Gulana


Secara kodrati, tiap diri manusia mengalami fase kehidupan berurutan dari bayi, dewasa hingga tua. Dari lembah, kuat hingga kembali lemah. Hal ini seperti telah disebut dalam Alquran Surat Ar-Rum (30) ayat 54 :

۞ ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن ضَعْفٍۢ ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعْدِ ضَعْفٍۢ قُوَّةًۭ ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعْدِ قُوَّةٍۢ ضَعْفًۭا وَشَيْبَةًۭ ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ ۖ وَهُوَ ٱلْعَلِيمُ ٱلْقَدِيرُ

Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.

"Takut tambah dewasa, takut aku kecewa, takut tak seindah yang kukira”. Penggalan lirik lagu “Takut”, yang dipopulerkan oleh penyanyi kondang Idgitaf rasanya sangat relate dengan permasalahan anak muda yang berusia kisaran 20-30 tahun. Di usia ini, hidup memang terasa sulit.

Ketidaksesuaian antara ekpektasi dengan realita sering kali menampar remaja yang mulai beranjak dewasa di usia 20 tahunan. Di fase ini, sering kali terjadi krisis emosional yang melibatkan perasaan sedih, bimbang, tak termotivasi, keraguan pada diri, hingga ketakutan akan masa depan. Fenomena ini kerap disebut krisis seperempat abad atau “Quarter-Life Crisis”.

Dalam ilmu psikologi, quarter-life crisis adalah suatu masa ketika seseorang merasa cemas, ragu, gelisah, dan bingung akan tujuan hidupnya. Kekhawatiran atau kecemasan berlebih ini bisa meliputi hal-hal seperti pekerjaan, pencapaian, asmara, hubungan dengan orang lain, hingga finansial.

Menurut peneliti dan pengajar Psikologi University of Greenwich, London, Dr. Oliver Robinson, ada empat fase dalam quarter-life crisis. Pertama, perasaan terjebak dalam sebuah situasi entah itu pekerjaan, hubungan atau hal lainnya. Kedua, harapan bahwa akan muncul sebuah perubahan dalam hidup. Ketiga, mulai membangun kembali hidup yang baru. Keempat, mengukuhkan komitmen seputar aspirasi, motivasi dan tujuan.


Penyebab Quarter-Life Crisis

Menurut Robbins dan Wilner (2001), krisis ini disebabkan oleh beberapa sumber stres yakni:

  • Kebingungan identitas
  • Posisi pekerjaan dan pilihan karier
  • Frustasi dalam menjalani hubungan
  • Tidak percaya diri dan cemas terhadap masa depan
  • Kekecewaan atas sesuatu
  • Tekanan berupa ekspektasi dari orang lain
  • Mengatasi Quarter-Life Crisis


Meski terasa sulit, namun ingatlah bahwa ini adalah fase yang normal. Berikut beberapa cara untuk mengatasi quarter-life crisis:

  • Kenali diri sendiri lebih dalam, lakukan self-love
  • Carilah dukungan dari lingkungan yang tepat
  • Berhenti membandingkan diri dengan orang lain
  • Kembangkan minat dan bakat yang dimiliki
  • Buat perencanaan jangka pendek dan jangka panjang
  • Mencoba hal-hal baru

Meskipun terasa sangat berat, quarter-life crisis merupakan waktu yang tepat untuk mengevaluasi kembali hidup yang dijalani dan mulai membuat keputusan yang lebih baik.

Hal ini selaras dengan tulisan yang bertajuk “Why Millenials Need Quarter Life Crisis” di Psychology Today, Caroline Beaton menyatakan quarter-life crisis bisa menjadi pengingat bagi seseorang untuk terus berjuang maju dalam hidupnya. Quarter-life crisis adalah tentang ketidakpastian, dan dari situ pula, seseorang dapat menangkap bahwa tidak ada hal yang permanen di dunia ini, termasuk krisis yang dialaminya sendiri.

Dengan begitu, perasaan hilang arah atau tak punya pegangan, bahkan tujuan hidup, bisa menjadi titik awal seseorang untuk melakukan pencarian jati diri.

Post a Comment

Previous Post Next Post