Surabaya, LDII Jatim. Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) menggelar halal bihalal atau silaturahim Syawal di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Rabu (11/5) siang. Gubernur Khofifah Indar Parawansa didampingi Wakil Gubernur Emil Elestianto Dardak dan Sekretaris Daerah Provinsi Wahid Wahyudi menerima tamu undangan dari tokoh agama, pimpinan Ormas, pimpinan BUMD, hingga akademisi.
Khofifah mengatakan halalbihalal tersebut sekaligus menjadi ajang silaturahim. Dua tahun terakhir Pemprov Jatim meniadakan halal bihalal karena pandemi Covid-19. Selain itu halalbihalal juga menjadi sarana menguatkan sinergi antar anak bangsa, khususnya di Jawa Timur.
Ketua DPW LDII Jawa Timur KH Moch Amrodji Konawi berkesempatan menghadiri halal bihalal tersebut. Menurutnya, selama dua tahun penuh, berbagai elemen masyarakat dan Pemprov Jatim seakan dipisahkan karena adanya pandemi Covid-19, sehingga tidak bisa bersilaturahim satu sama lainnya.
Ia juga mengapresiasi Gubernur Khofifah dan Pemprov Jatim karena setiap kegiatannya selalu melibatkan semua komponen termasuk kegiatan halalbihalal tersebut.
“Seperti dalam pelaksanaan kegiatan tadi (halal bi halal) ada dari Ormas Islam dan Ormas non Islam, ada juga dari organisasi pemudaan, hingga rektor perguruan tinggi, dalam meramu untuk kemaslahatan dan sinergitas antar komponen anak bangsa yang ada di Jawa Timur,” tutur Amrodji.
Ia berharap hubungan antar ormas agama ini terus dijaga. Menurutnya, harmoni yang selama ini ada di Jawa Timur sudah terbangun dengan baik, satu sama lain bisa saling menjaga toleransi, saling menghargai perbedaan. Namun perbedaan itu tidak sampai menjadikan perpecahan satu sama lain.
“Justru semangat dari dari pemuka lintas agama maupun lintas ormas yang ada di Jawa Timur ini sangat dibutuhkan, untuk bersinergi satu sama lain, untuk merajut keharmonisan dalam hidup berbangsa dan bernegara, tanpa harus mempertajam urusan perbedaan,” imbuhnya.
Amrodji mengatakan, lebih memilih mencari kesamaan daripada mencari urusan perbedaan. “Kami mengerti ada perbedaan satu sama lain. Jangankan lintas agama, di internal agama sendiri seperti Islam itu pasti ada perbedaannnya,” tambahnya.
Pasalnya bila menonjolkan perbedaan dan ego sektoral maka rawan terjadi konflik atau perpecahan. Menurutnya, masyarakat harus menyadari bahwa perbedaan ini bukan hal yang harus ditonjolkan, melainkan yang harus dicari adalah kesamaannya.
“Oleh karenanya merajut hubungan ini adalah sangat penting karena tujuannya untuk keutuhan NKRI,” ujarnya.
Amrodji yakin dengan keharmonisan dari semua komponen masyarakat dapat membentuk kekuatan untuk membangkitkan ekonomi dan pembangunan di Jawa Timur. Ini sesuai dengan ikhtiar dan harapan bersama dalam slogan Pemprov Jatim, “Optimis Jatim Bangkit”. (Sofyan/FS/LINES)