La Ode Mane Mbeu Pimpin DPW LDII Sultra 2025–2030
Dewan Pimpinan Wilayah Lembaga Dakwah Islam Indonesia (DPW LDII) Sulawesi Tenggara (Sultra) menggelar Musyawarah Wilayah (Muswil) VII dengan tema “Penguatan SDM Berkarakter Luhur Menuju Terwujudnya Sultra Maju, Masyarakat Aman, Sejahtera, dan Religius”. Kegiatan tersebut berlangsung di Hotel Sahid Azizah Syariah Kendari, Jumat (19/12).
Muswil VII LDII Sultra menjadi momentum strategis untuk memperkuat konsolidasi organisasi sekaligus merumuskan arah kebijakan LDII di Sulawesi Tenggara dalam lima tahun ke depan.
Wagub Sultra Apresiasi Kontribusi LDII
Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara, Hugua, yang hadir dan membuka Muswil VII LDII Sultra, menyampaikan apresiasi atas berbagai program kerja LDII yang dinilai sejalan dengan visi pembangunan daerah maupun nasional.
“Program-program yang dijalankan LDII sungguh nyata dan benar-benar menjadi mitra strategis bagi pemerintah daerah maupun pemerintah Indonesia. Insya Allah ke depan kita akan semakin bersinergi,” ujar Hugua.
Dalam sambutannya, Hugua juga memaparkan struktur perekonomian Sulawesi Tenggara. Menurutnya, sekitar 23 persen perekonomian daerah ditopang sektor pertanian dalam arti luas, disusul sektor pertambangan sekitar 20 persen dan perdagangan umum sebesar 18 persen.
Meski sektor pertambangan berkontribusi besar, Hugua menegaskan bahwa sebagian besar pendapatannya tercatat sebagai pendapatan nasional sesuai amanat Pasal 33 UUD 1945. Karena itu, kehidupan masyarakat Sultra pada dasarnya sangat bertumpu pada sektor pertanian dan perdagangan.
Penguatan SDM Berkarakter Luhur
Hugua menilai tema Muswil VII LDII Sultra sangat selaras dengan visi pembangunan daerah, yakni Sulawesi Tenggara Maju, Aman, Sejahtera, dan Religius. Menurutnya, penguatan sumber daya manusia berkarakter luhur merupakan kunci utama mewujudkan visi tersebut.
Ia menjelaskan bahwa makna “aman” mencerminkan kehidupan sosial yang harmonis dan toleran, sementara “sejahtera” menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi dalam memperkuat peran 17 kabupaten/kota melalui sinergi lintas sektor.
Adapun nilai religius, lanjut Hugua, tidak hanya dimaknai sebatas ritual keagamaan, tetapi tercermin dalam disiplin, integritas, toleransi, serta nilai moral dalam kehidupan sehari-hari.
Dorong Indonesia Emas 2045
Dalam konteks nasional, Hugua juga menyinggung visi Indonesia Emas 2045 yang membutuhkan generasi unggul dengan tiga pilar utama, yakni kualitas, kompetensi, dan mental juara.
Ia menekankan bahwa pembentukan karakter luhur menjadi tantangan bersama seluruh elemen bangsa, termasuk pemerintah, organisasi keagamaan, dan masyarakat.
Ketum DPP LDII Tekankan Sinergi
Sementara itu, Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso menegaskan bahwa Muswil LDII Sultra tidak hanya bertujuan memilih ketua baru, tetapi juga merumuskan arah kebijakan dan program kerja LDII agar relevan dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan daerah.
Ia menekankan pentingnya pembangunan karakter berlandaskan nilai-nilai Pancasila sebagai bekal menuju Indonesia Emas 2045, serta memperkuat sinergi dengan pemerintah.
La Ode Mane Mbeu Terpilih Ketua DPW LDII Sultra
Dalam Muswil VII tersebut, La Ode Mane Mbeu resmi terpilih sebagai Ketua DPW LDII Sulawesi Tenggara periode 2025–2030.
Pasca terpilih, Mane menyampaikan komitmennya untuk segera melakukan konsolidasi organisasi agar distribusi tugas dapat berjalan optimal dan terimplementasi sesuai harapan.
“Delapan program pengabdian LDII untuk bangsa akan menjadi pilar utama pengembangan organisasi. Adapun kebutuhan daerah akan menjadi pelengkap,” ujar Mane.
Ia menegaskan bahwa delapan program strategis LDII meliputi bidang kebangsaan, dakwah, pendidikan, ekonomi syariah, kesehatan herbal, ketahanan pangan dan lingkungan, teknologi digital, serta energi baru terbarukan.
“Kami berharap kontribusi LDII benar-benar dirasakan masyarakat. Jargon LDII Untuk Bangsa harus menjadi kenyataan,” tandasnya.
Muswil VII LDII Sultra turut dihadiri Sekretaris Umum DPP LDII, unsur Forkopimda Sultra, pimpinan OPD Pemprov Sultra, Majelis Ulama Indonesia Sultra, tokoh NU dan Muhammadiyah, serta perwakilan organisasi kemasyarakatan lintas agama se-Sulawesi Tenggara.
