Isi Libur Sekolah, SDIT Baitul Ilmi Tarakan dan LDII Kaltara Gelar Asrama 29 Karakter Luhur

Isi Libur Sekolah, SDIT Baitul Ilmi Tarakan dan LDII Kaltara Gelar Asrama 29 Karakter Luhur

TARAKAN – Mengisi masa libur sekolah, Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Baitul Ilmi Tarakan bekerja sama dengan LDII Kalimantan Utara (Kaltara) menggelar Asrama 29 Karakter Luhur sebagai pondasi pembentukan karakter siswa untuk masa depan.

Kegiatan ini diikuti oleh puluhan siswa SDIT Baitul Ilmi Tarakan dan dilaksanakan di Gedung Pertemuan Masjid Nurhasan, Perumnas Tarakan Barat, selama 15–20 Desember 2025. Program tersebut menjadi momentum penting pembinaan karakter sejak usia dini.

Asrama 29 Karakter Luhur SDIT Baitul Ilmi Tarakan

Pondasi Karakter Sejak Dini

Asrama 29 Karakter Luhur dirancang untuk menanamkan nilai-nilai dasar kepribadian mulia kepada siswa, meliputi pembiasaan sikap disiplin, tanggung jawab, kejujuran, kemandirian, serta akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.

Para siswa tampak antusias mengikuti seluruh rangkaian kegiatan, mulai dari pembinaan ibadah, pembelajaran karakter, hingga aktivitas kebersamaan yang mendukung pembentukan sikap sosial.

LDII Kaltara Tekankan Peran 29 Karakter Luhur

Ketua DPW LDII Kalimantan Utara, H. Jaet Ahmad Fatoni, S.H., M.H., turut hadir bersama Dewan Penasehat Daerah (Wanhatda) serta para guru SDIT Baitul Ilmi Tarakan untuk membuka kegiatan tersebut.

Dalam sambutannya, H. Jaet menegaskan bahwa 29 karakter luhur merupakan program strategis pembinaan generasi muda LDII yang harus dipahami dan diterapkan sebagai karakter utama dalam kehidupan.

“Karakter luhur ini harus menjadi nilai pondasi dasar dalam keseharian anak-anak, baik di sekolah maupun di rumah,” jelas H. Jaet.

Ia juga menekankan bahwa landasan utama dari seluruh karakter luhur tersebut adalah kepatuhan terhadap ajaran Islam.

“Melaksanakan 29 karakter luhur itu mulia, tetapi dasar dari semua itu adalah kepatuhan terhadap Al-Qur’an dan Al-Hadis sebagai bekal anak-anak kita sejak dini,” ujarnya.

Peran Orang Tua dalam Pembinaan Karakter

Di akhir keterangannya, H. Jaet menekankan pentingnya keterlibatan orang tua dalam pembinaan karakter anak, khususnya di lingkungan keluarga.

Menurutnya, orang tua memiliki peran sentral dalam mengawal implementasi 29 karakter luhur di rumah.

“Orangtua harus menerapkan fungsi kontrol. Pada usia 0–7 tahun, orang tua mengarahkan. Setelah usia 7 tahun ke atas, orang tua bisa menjadi teman diskusi anak,” tuturnya.

Ia menambahkan bahwa kunci keberhasilan pembinaan karakter adalah kedekatan dalam keluarga, di mana peran ayah dan ibu sangat memengaruhi tumbuh kembang anak.

Melalui kegiatan ini, SDIT Baitul Ilmi Tarakan dan LDII Kaltara berharap para siswa memiliki pondasi karakter yang kuat, sehingga mampu tumbuh menjadi generasi yang berakhlak mulia, mandiri, dan bertanggung jawab di masa depan.

Lebih baru Lebih lama