Dialog Terbuka Mengenal Pemikiran LDII di IAIN Manado Dorong Literasi Keagamaan dan Moderasi

Manado, 10 Desember 2025 – Al-Naqd Institute Manado bersama Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulawesi Utara menggelar dialog terbuka bertajuk “Mengenal Pemikiran LDII: Nilai, Prinsip, dan Kontribusi bagi Bangsa”. Acara ini diikuti oleh mahasiswa IAIN Manado yang tergabung dalam komunitas akademik, dengan tujuan memperkuat literasi keagamaan, membangun pemahaman objektif, serta membuka ruang diskusi akademik yang kritis dan inklusif.

Dialog menghadirkan narasumber utama Drs. H. Djafar Wonggo, M.T., Ketua DPW LDII Sulut, dan H. Soenarwan, S.T., Sekretaris DPW LDII Sulut. Sementara itu, Dr. Muhammad Tahir Alibe, M.Th.I., Direktur Al-Naqd Institute Manado, bertindak sebagai moderator. Jajaran pengurus DPW LDII Sulawesi Utara juga turut mengikuti jalannya diskusi.

Dr. Muhammad Tahir Alibe menegaskan pentingnya dialog ini sebagai tanggung jawab akademik dalam menyediakan ruang belajar yang objektif dan bebas dari bias. “Literasi keagamaan tidak boleh dibangun dari stigma atau informasi potongan. Mahasiswa harus mendengar langsung dari sumbernya agar dapat menilai secara ilmiah dan proporsional,” ujarnya.

Alibe menambahkan bahwa dialog lintas pemikiran seperti ini esensial untuk menjaga nalar kritis mahasiswa dan memperkuat peran kampus sebagai ruang terbuka pertukaran gagasan.

Ketua DPW LDII Sulut, Drs. H. Djafar Wonggo, memaparkan empat pilar kebangsaan—Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika—sebagai fondasi utama gerakan organisasi LDII. “LDII selalu meneguhkan kebangsaan sebagai landasan moral. Empat pilar negara menjadi pedoman penguatan karakter generasi muda,” katanya.

Wonggo juga menguraikan Delapan Program Pengabdian LDII yang meliputi penguatan pendidikan agama, kebangsaan, ekonomi, kesehatan, teknologi, lingkungan hidup, ketahanan pangan, serta pembangunan sumber daya manusia yang kompeten dan berakhlak. “LDII berkomitmen mendukung pemerintah dalam membangun masyarakat yang religius, moderat, dan cinta tanah air,” tambahnya.

Sementara itu, Sekretaris DPW LDII Sulut, H. Soenarwan, S.T., menjelaskan karakter pemikiran LDII yang mengacu pada Al-Qur’an dan Sunah dengan prinsip Profesional–Religius. “Profesional mencakup kompetensi dan kontribusi, sedangkan religius mencakup akhlaqul karimah dan moral dalam kehidupan sehari-hari,” paparnya.

Soenarwan menegaskan sikap LDII dalam menolak ekstremisme dan mengedepankan dakwah yang ramah serta solusi bagi masyarakat. “LDII menolak ekstremisme dan mengedepankan dakwah yang ramah serta solusi bagi masyarakat,” ujarnya.

Sesi tanya jawab berlangsung interaktif dengan antusiasme tinggi dari mahasiswa. Beragam pertanyaan tentang moderasi beragama, relasi LDII dengan ormas lain, dan kontribusi LDII dalam pembangunan nasional mengemuka. Sejumlah peserta mengaku mendapat wawasan baru dan menepis berbagai persepsi yang selama ini beredar.

Salah satu mahasiswa peserta menyatakan, “Kami mendapat gambaran yang lebih utuh setelah mendengar langsung. Dialog seperti ini sangat penting untuk memperkuat literasi keagamaan.”

Acara ditutup dengan komitmen kedua pihak, Al-Naqd Institute Manado dan LDII Sulawesi Utara, untuk terus mendorong program literasi keagamaan, dialog akademik, dan kolaborasi dalam membangun pemahaman publik terhadap keberagaman pemikiran Islam di Indonesia, khususnya di Sulawesi Utara.

---

Penulis:

Apt. Ridwan D. Kristanto, S.Farm.

Wakil Sekretaris DPW LDII Sulawesi Utara

KIM/Lines Sulut

Lebih baru Lebih lama