Sorgum: Solusi Pangan Masa Depan? BRIN dan LDII Dorong Diversifikasi Pangan Nasional

Jakarta. Sorgum digadang-gadang menjadi jawaban atas tantangan ketahanan pangan nasional, menawarkan alternatif bernutrisi di tengah ketergantungan pada beras. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) gencar mempromosikan sorgum sebagai komoditas unggulan yang adaptif terhadap perubahan iklim dan bernilai gizi tinggi.

Sorgum, Alternatif Pangan Adaptif dan Bernutrisi Tinggi

Peneliti Ahli Utama BRIN, Soeranto Human, dalam Webinar Ketahanan Pangan Nasional yang diselenggarakan DPP LDII, menegaskan pentingnya diversifikasi pangan. Menurutnya, ketergantungan pada satu komoditas seperti beras membuat Indonesia rentan terhadap guncangan produksi akibat musim kering atau perubahan iklim.

“Ketahanan pangan membutuhkan diversifikasi. Kita tidak bisa hanya mengandalkan padi. Indonesia perlu menyiapkan solusi pangan yang adaptif dan beragam,” ujar Soeranto.

Soeranto menjelaskan bahwa sorgum, dengan kemampuannya tumbuh di lahan kering dan serbaguna, menjadi solusi menjanjikan. Pengalamannya di berbagai negara Afrika saat bertugas untuk PBB menunjukkan bahwa sorgum adalah makanan pokok yang dapat diandalkan di daerah kering.

“Sorgum mampu tumbuh di lahan kering dan membutuhkan air jauh lebih sedikit dibanding padi. Indonesia memiliki banyak lahan seperti ini yang justru sesuai untuk tanaman ini,” kata Soeranto.

BRIN Kembangkan Varietas Unggul Sorgum

BRIN telah menghasilkan enam varietas sorgum unggul melalui teknik pemuliaan mutasi radiasi, termasuk varietas untuk pangan, pakan ternak, dan sorgum manis untuk produksi gula dan bioenergi. Potensi sorgum manis bahkan meluas hingga difermentasi menjadi bioetanol sebagai bahan bakar alternatif.

“Sorgum adalah sumber pangan potensial bagi Indonesia. Selain membuat kenyang, sorgum juga menyehatkan. Varietas unggul sudah banyak dihasilkan, dan sudah waktunya dikembangkan secara luas di masyarakat,” jelasnya.

LDII Prioritaskan Pengembangan Sorgum Berbasis Komunitas

Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso, menegaskan bahwa pengembangan sorgum adalah program prioritas LDII, selaras dengan agenda ketahanan pangan nasional dan gerakan pangan sehat berbasis komunitas.

“Sorgum menjadi alternatif di luar nasi dengan nilai gizi yang tidak kalah dibandingkan beras. Bahkan sorgum sangat baik bila diuntuk penderita diabetes,” ujar KH Chriswanto.

LDII melihat sorgum sebagai komoditas yang mudah dibudidayakan, memberikan manfaat luas dari biji hingga batang, serta memiliki siklus panen yang cepat. Meski menyadari perlunya adaptasi masyarakat terhadap cita rasa sorgum, KH Chriswanto menekankan nilai nutrisi dan potensi ketahanan pangan yang ditawarkan.

“Karena itu, LDII terus mendorong pemanfaatan sorgum dalam berbagai lini, baik di tingkat komunitas maupun lembaga pendidikan,” paparnya.

LDII telah memulai implementasi budidaya sorgum di beberapa wilayah seperti Kalimantan dan Tanjung Selor. KH Chriswanto berharap pengembangan sorgum terus diperluas, sejalan dengan upaya menjaga keseimbangan lingkungan hidup.

“Kami berharap ada tindak lanjut nyata. Di daerah-daerah LDII, pengembangan sorgum bisa terus berjalan dan diperluas. Ini juga sejalan dengan upaya menjaga keseimbangan lingkungan hidup agar tetap lestari,” pungkasnya.

Lebih baru Lebih lama