
Semarang. Hujan deras tak menghalangi puluhan pemuda LDII memadati Masjid Barokah, Tengaran, untuk mengikuti pelatihan pambiworo (MC). PC LDII menggagas kegiatan ini untuk membina generasi muda berilmu, berakhlak, dan berbahasa santun.
LDII Tengaran Bekali Pemuda dengan Adab Berbahasa
Kegiatan yang diikuti 20 peserta dari berbagai masjid LDII se-Kecamatan Tengaran ini dimulai selepas Magrib. Pengurus LDII Tengaran, Siswo W, membuka acara dengan menekankan pentingnya adab berbahasa bagi generasi muda.
“Bahasa itu cerminan kepribadian. Pemuda LDII harus mampu berbicara dengan unggah-ungguh, terutama saat memandu acara pengajian, khaul, atau walimatul ‘ursy,” ujar Siswo.
Siswo menambahkan, program pambiworo adalah bagian dari upaya LDII Tengaran menjaga warisan budaya sekaligus memperkuat moral generasi muda. Tujuannya, agar pemuda LDII tumbuh menjadi sosok beriman, berilmu, dan berkarakter luhur.
“Kegiatan ini diharapkan melahirkan generasi yang tidak hanya mampu tampil percaya diri di depan publik, tetapi juga menjunjung tinggi nilai adab dan budaya lokal. Sejalan dengan visi LDII dalam membentuk masyarakat profesional religius,” tuturnya.
Menelusuri Akar Sejarah dan Filosofi Pambiworo
Pelatihan ini menghadirkan Winarno, seorang pemerhati budaya Jawa dan pengajar public speaking tradisional Jawa Tengah. Ia mengajak peserta menelusuri sejarah pendidikan bahasa Jawa, mulai dari Pawiyatan Sang Paworo Punjer Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (1745) hingga Permadani yang dirintis Ki Narto Sabdo.
Winarno menjelaskan bahwa seorang pambiworo harus memahami Pranata Adicara (tata acara) dan Pamedar Sabda (kemampuan berbicara dengan wibawa), selain pandai berbicara.
“Berbicara di depan umum itu bukan soal suara lantang, tapi tentang menjaga kehormatan bahasa dan niat yang tulus,” kata Winarno.
Peserta Antusias Gali Ilmu Kesantunan Berbahasa
Gatot Sehendro, peserta asal Lampung, mengaku mendapat wawasan baru dari pelatihan ini.
“Saya bukan orang Jawa, tapi penting belajar unggah-ungguh bahasa daerah. Ini melatih kesopanan dalam berbicara,” ujarnya.
Sekretaris LDII Sugihan, Vicky Wulandari, menilai gaya penyampaian Winarno mudah dipahami.
“Bahasanya lembut tapi tegas. Cara beliau mengajar membekas,” tuturnya.