
YOGYAKARTA – Di tengah ancaman perubahan iklim yang semakin nyata, pahlawan-pahlawan hijau di Yogyakarta muncul dari kampung-kampung dan pesantren-pesantren. Mereka bekerja tanpa pamrih, beramal saleh menjaga bumi, dan membuktikan bahwa aksi kecil dapat menyelamatkan masa depan.
ProKlim dan Semangat Gotong Royong Jaga Bumi
Program Kampung Iklim (ProKlim) yang diinisiasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah berakar kuat di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Inisiatif ini memicu berbagai gerakan akar rumput yang inspiratif.
Kampung Sangurejo, Sleman: Warga menciptakan "Jugangan Ing Omah (Jugangin Om)," sebuah sanggar ecoprint dan healing village* yang melibatkan berbagai pihak, termasuk DLHK, BRIN, LDII, gerakan pramuka, UGM, dan Universiti Putra Malaysia.
* Kampung Rejowinangun, Kotagede: Bank sampah menjadi penggerak ekonomi sirkular. Warga menabung sampah plastik dan menukarkannya dengan kebutuhan pokok.
* Dusun Pacarejo, Gunungkidul: Kelompok tani menanam ribuan pohon jati dan sengon dalam skema ikebun karboni, bertujuan menurunkan emisi gas rumah kaca, mengelola air hujan, membuat lubang biopori, dan menjaga sumur resapan.
Biochar dan Pertanian Lahan Kering
Para petani Desa Sumbergiri, Ponjong, mengubah limbah pertanian menjadi biochar, bahan padat kaya karbon yang menyuburkan tanah di lahan kering. Semangat ini menunjukkan inovasi lokal dalam menghadapi tantangan lingkungan.
Pesantren Zero Waste: Pendidikan Moral dan Spiritual
Gerakan cinta lingkungan juga menggema di lingkungan pesantren. Ponpes Krapyak Yayasan Ali Maksum dan Ponpes Kutubus Sittah Mulyo Abadi Sleman menjadi contoh bagaimana nilai-nilai agama diintegrasikan dalam upaya pelestarian lingkungan.
"Kebersihan dan kepedulian terhadap alam adalah bagian dari akhlak mulia."
Ponpes Krapyak meluncurkan program "Krapyak Peduli Sampah" yang menerapkan prinsip 3R (Reduce, reuse, recycle). Sementara itu, Ponpes Kutubus Sittah Mulyo Abadi Sleman menghadirkan taman indah nan hijau, menumbuhkan kesadaran bahwa menjaga bumi adalah bagian dari ibadah.
"Santri diajarkan ayat la tufsidu fi al-ard – janganlah berbuat kerusakan di muka bumi sebagai dasar tindakan ekologis. Mereka bukan hanya mengaji, tetapi mengamalkannya."
Sinergi untuk Masa Depan Yogyakarta yang Lebih Hijau
Kolaborasi antara ProKlim dan pesantren zero waste menjadi modal sosial yang kuat bagi Yogyakarta. Pemerintah daerah dapat memperkuat sinergi antara Dinas Lingkungan Hidup, Kantor Kementerian Agama, dan jaringan pesantren untuk membangun lebih banyak lagi ecopesantren dan kampung iklim.
Aksi Nyata, Bukan Sekadar Retorika
Pahlawan hijau sejati adalah mereka yang bertindak nyata, mulai dari hal kecil di lingkungan sekitar.
"Pahlawan hijau sejati bukan mereka yang berceramah di podium, tapi mereka yang menanam pohon di halaman dan memilah sampah di rumahnya. Mereka termasuk pembuat jugangan di Sangurejo, pengompos di Sorosutan, atau penghemat air wudhu."
Aksi-aksi kecil seperti mengurangi dan memilah sampah, mengurangi penggunaan plastik, dan menanam pohon adalah langkah konkret untuk melestarikan bumi.
"Jadikan kegiatan melestarikan bumi bagian dari iman dan amal saleh. Mari jadilah pahlawan hijau hari ini."
[Sumber] Tulisan ini pernah ditayangkan di Harian Kedaulatan Rakyat berjudul “Pahlawan Hijau dari Kampung Iklim dan Pesantren Zero Waste”, edisi Selasa 11-11-2025 halaman 7.
) Ir. Atus Syahbudin, S.Hut., M.Agr., Ph.D., IPU., adalah Dosen Fakultas Kehutanan UGM, Pegiat Kyai Peduli Sampah dan ProKlim LDII, sekaligus pengurus Departemen LISDAL DPP LDII.