LDII Banten: Cetak Generasi Profesional Religius Lewat Pendidikan Karakter

Serang - Sinergi Ormas dan pemerintah penting untuk pembangunan nasional. Hal ini ditegaskan Abdul Aziz dalam Rakorwil III LDII Banten.

Rakorwil III LDII Banten Dorong Generasi Profesional Religius

Rakorwil III LDII Banten yang digelar secara hybrid di gedung LDII Banten, Minggu (21/9), dihadiri pengurus harian DPW Banten, wanhat, ketua dan sekretaris DPD, PC dan PAC. Peserta daring meliputi pengurus DPD Kota Cilegon, Kota Serang, Kab. Serang, Kota Tangerang, Kab. Tangerang, dan Kab. Pandeglang. Acara ini fokus pada pembentukan generasi profesional dan religius melalui pendidikan karakter.

“Program kerja LDII Banten harus selaras dengan arah pembangunan nasional sebagaimana tercermin dalam Asta Cita yang sejalan dengan delapan program LDII,”
ujar Abdul Aziz, pemateri dalam Rakorwil tersebut.

Tantangan Pembangunan Nasional dan Peran LDII

Abdul Aziz menyoroti prioritas pembangunan nasional di bidang sains, teknologi, engineering, dan matematika (STEM).

“Prioritas yang dijalankan Presiden Prabowo saat ini adalah di bidang sains, teknologi, engineering, dan matematika. Persoalan krusial yang sedang dihadapi bangsa adalah tenaga ahli yang belum memadai dibanding dengan lapangan pekerjaan yang semakin kritis,”
jelasnya.

Ia menekankan pentingnya pendidikan karakter untuk menghadapi tantangan tersebut.

“Dalam dunia kerja, akhlak mulia menjadi sangat penting untuk mendukung kesuksesan,”
tandas Abdul Aziz.

Program 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat

LDII mendorong program "7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat", meliputi bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur cepat. Program ini bertujuan mencetak generasi yang unggul dan berakhlak mulia.

“Pembinaan generasi ini harus dilakukan dengan teliti dan cermat, karena kesuksesan LDII ada pada terbentuknya karakter luhur generus sebagai bekal kontribusi LDII untuk masyarakat,”
pungkasnya. LDII melihat pentingnya pembinaan internal untuk membentuk generasi profesional religius, mengingat tantangan serupa dihadapi banyak sekolah negeri.

Lebih baru Lebih lama