
TANGERANG SELATAN. Konsistensi dalam berdzikir, meski sedikit, lebih dicintai Allah SWT daripada amalan besar yang hanya dilakukan sesekali. Hal ini disampaikan Faidzunal A. Abdillah, seorang pemerhati sosial dan lingkungan sekaligus warga LDII Serpong, Tangerang Selatan, dalam tulisannya.
Mengapa Konsistensi Dzikir Lebih Utama?
Faidzunal membuka tulisannya dengan pertanyaan reflektif:
> “Mengapa hari ini kita tidak membaca istighfar dan kalimah thayyibah lebih banyak dari kemarin?”
Ia menjelaskan bahwa meningkatkan amal bukan hanya soal niat, tetapi juga perjuangan melawan rasa malas dan kesibukan. Bahkan, tetap konsisten dengan bacaan yang sama setiap hari saja sudah merupakan pencapaian besar.
Amal Sedikit tapi Rutin Lebih Disukai Allah
Rasulullah SAW mengajarkan bahwa Allah lebih menyukai amal yang sedikit tetapi rutin, langgeng, dan konsisten, dibanding amal yang besar tapi hanya dilakukan sesekali.
"Rasulullah ﷺ ditanya: ‘ Amalan apakah yang paling dicintai Allah?’ Beliau menjawab: Yang paling rutin (kontinu), meskipun sedikit.” (HR. al-Bukhari no. 6465, Muslim no. 783)
Keutamaan Istighfar dan Kalimah Thayyibah
Istighfar adalah pengakuan atas kelemahan dan kebutuhan akan kasih sayang Allah. Nabi Muhammad SAW sendiri beristighfar lebih dari 70 atau bahkan 100 kali dalam sehari.
“ Demi Allah, sesungguhnya aku beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.” (HR. al-Bukhari no. 6307)
Kalimah thayyibah (subhānallāh, alhamdulillāh, lā ilāha illallāh, Allāhu akbar) adalah makanan ruhani yang membersihkan hati dan menjadi simpanan pahala tak ternilai.
“ Sungguh ucapanku: Subḥānallāh (Maha Suci Allah), wal-ḥamdulillāh (Segala puji bagi Allah), wa lā ilāha illallāh (Tidak ada Tuhan selain Allah), wallāhu akbar (Allah Maha Besar) lebih aku cintai daripada apa saja yang matahari terbit di atasnya (yakni dunia seisinya).” (HR. Muslim no. 2695)
Surga dan Kalimah Thayyibah
Nabi Ibrahim AS berpesan kepada Nabi Muhammad SAW untuk menyampaikan kepada umatnya bahwa surga itu tanahnya subur, airnya tawar, dan tanahnya masih kosong. Tanamannya adalah Subḥānallāh, wal-ḥamdulillāh, wa lā ilāha illallāh, wallāhu akbar.
“Aku bertemu dengan Ibrahim pada malam Isra’. Ia berkata: ‘Wahai Muhammad, sampaikan salamku kepada umatmu dan kabarkan kepada mereka bahwa surga itu tanahnya subur, airnya tawar, dan tanahnya masih kosong. Tanamannya adalah Subḥānallāh, wal-ḥamdulillāh, wa lā ilāha illallāh, wallāhu akbar.” (HR. at-Tirmidzī no. 3462, hasan)
Istiqamah: Kunci Meraih Keberkahan
Faidzunal menekankan bahwa istiqamah adalah kunci untuk meraih keberkahan. Tanpa istiqamah, amal sebesar apapun akan kehilangan nilai keberlanjutan. Dengan istiqamah, amal sekecil apapun bisa menjadi tangga menuju surga.
Ia mengajak pembaca untuk tidak meremehkan amal kecil dan terus menjaga rutinitas dzikir.
Memulai dari yang Kecil
Jangan menunggu semangat besar untuk memulai amal. Mulailah dengan yang kecil, jaga agar terus berlangsung, dan biarkan Allah yang menumbuhkan keberkahan darinya.
Istighfar hari ini, meski hanya seratus kali, lebih berharga daripada seribu istighfar yang hanya menjadi angan-angan. Kalimah thayyibah hari ini, meski hanya segenggam, lebih bernilai daripada lautan dzikir yang tak pernah terlaksana.