Alumni LDII di Jepang Berbagi Pengalaman Kerja kepada Siswa SMA IMBS

Yogyakarta - Alumni LDII yang bekerja di Jepang sebagai tenaga kerja terampil (Tokutei Ginou), Thohir Ajad Sudrajat, berbagi pengalaman kepada siswa SMA Insan Mulia Boarding School (IMBS) Yogyakarta.

Alumni LDII Bagikan Pengalaman Kerja di Jepang

Motivasi Siswa untuk Belajar Bahasa Jepang

Kegiatan yang berlangsung Jumat (12/9) lalu di Sleman, Yogyakarta ini, merupakan bagian dari pembelajaran bahasa Jepang dan pengenalan budaya kerja di Jepang. Thohir, yang sebelumnya menjalani program magang (Kenshusei), kini bekerja di industri pengolahan makanan. Ia membagikan kisah suksesnya kepada para siswa.

“Jika menjadi kenshusei, rata-rata tabungan hanya lima juta rupiah per bulan. Saat ini sebagai TG bisa mencapai sepuluh juta,”
ujar Thohir.

Ia menjelaskan proses keberangkatan ke Jepang, baik melalui jalur IM Japan yang bekerja sama dengan Kementerian Ketenagakerjaan RI, maupun jalur swasta. Prosesnya meliputi pendaftaran, tes fisik, wawancara, tes kesehatan, hingga pembekalan dan pelatihan.

Tantangan dan Peluang di Jepang

Siswa aktif bertanya seputar berbagai aspek kehidupan di Jepang. Febrian Angling Kusuma menanyakan bidang pekerjaan, dan Thohir menjawab saat ini ia bekerja di industri pengolahan makanan. M. Izza Excel Al Firdaus bertanya tentang biaya hidup, yang menurut Thohir, telah meningkat tajam.

“Sekarang harga beras 10 kilogram mencapai 8.500 yen atau sekitar 850 ribu rupiah. Dulu tahun 2015 masih 3.500 yen,”
ujarnya.

Ia menyarankan memasak sendiri untuk menghemat dan menjaga kehalalan makanan. Arkan Rasyid Aditya menanyakan soal perpanjangan visa, dan Thohir menjelaskan perbedaan antara kenshusei dan Tokutei Ginou.

Pendidikan dan Peluang Karir di Jepang

Thohir juga menjelaskan peluang melanjutkan pendidikan di Jepang, termasuk melalui sekolah bahasa Jepang (Nihon-go Gakkou) sebelum kuliah. Ia juga menyoroti profesi kaigo fukushi (perawat lansia) sebagai jalur menuju status penduduk tetap.

“Kesempatan syiar Islam di Jepang masih terbuka lebar, sehingga pengalaman kerja bisa sejalan dengan cita-cita menjadi mubaligh yang sukses,”
pungkasnya. Ia menekankan pentingnya penguasaan bahasa Jepang untuk membuka peluang lebih luas.

Lebih baru Lebih lama