Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso, menegaskan pentingnya memperkuat nilai kebangsaan di tengah gempuran digital. Hal ini disampaikan saat membuka Sekolah Virtual Kebangsaan (SVK) II di Jakarta, Sabtu (23/8/2025).
SVK II diikuti puluhan ribu warga LDII se-Indonesia. KH Chriswanto mengungkap kekhawatirannya terhadap dampak algoritma media sosial yang memicu polarisasi dan perpecahan. “Di dunia digital, algoritma sangat berpengaruh. Apa yang kita pikirkan, itulah yang akan muncul kembali di layar kita. Input dari digital begitu banyak, tapi tidak ada filter. Inilah yang disebut proxy war, sebuah perang tanpa senjata,” ujarnya. Ia menyebut Indonesia menghadapi perang informasi dan disrupsi digital, dengan ujaran kebencian dan hoaks sebagai ancaman nyata persatuan nasional. “Keberagaman kita adalah kekuatan, tapi juga kerentanan. Di Arab, satu bahasa bisa jadi 24 negara. Indonesia jauh lebih beragam. Kalau tidak ada fondasi kebangsaan yang kuat, kita bisa terpecah belah,” tegasnya.
LDII memprioritaskan isu kebangsaan, menjadikan Pancasila sebagai pondasi utama. “Pancasila adalah titik temu dari berbagai kepentingan dan latar belakang. Kita wajib mensyukurinya. Menjaga tegaknya Pancasila adalah tanggung jawab seluruh elemen bangsa,” kata KH Chriswanto. Ia menambahkan, kebangkitan nasional di era digital membutuhkan ketahanan informasi, bukan hanya kekuatan ekonomi atau militer. “Kebangkitan nasional 2.0 hanya bisa dicapai jika kita benar-benar menghayati dan mengamalkan Pancasila. Tanpa itu, kita akan mudah terseret arus disintegrasi,” imbuhnya.
SVK II bertujuan menanamkan nilai kebangsaan pada generasi muda, meningkatkan pemahaman Pancasila, literasi digital, dan kesadaran geopolitik. “Melalui SVK II, kami ingin generasi muda LDII dan masyarakat umum tidak hanya cerdas secara teknologi, tapi juga kokoh dalam nilai. Pancasila harus menjadi benteng utama dalam menjaga persatuan di era globalisasi,” pungkas KH Chriswanto.
