Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso: Kebangsaan di Era Digital Harus Jadi Prioritas Utama
Jakarta (24/8) — Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso, mengingatkan bahaya polarisasi digital sekaligus menyerukan penguatan nilai kebangsaan dalam Sekolah Virtual Kebangsaan (SVK) II. Acara hybrid ini diikuti belasan ribu warga LDII dari berbagai daerah di Indonesia, menekankan pentingnya literasi digital dan pemahaman Pancasila sebagai benteng persatuan bangsa.
Bahaya Polarisasi Digital
KH Chriswanto menyoroti dampak algoritma media sosial yang kian memperkuat polarisasi masyarakat.
“Di dunia digital, algoritma sangat berpengaruh. Apa yang kita pikirkan, itulah yang akan muncul kembali di layar kita. Input dari digital begitu banyak, tapi tidak ada filter. Inilah yang disebut proxy war, sebuah perang tanpa senjata,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa Indonesia kini menghadapi perang digital yang kompleks, di mana arus informasi yang tak tersaring serta ujaran kebencian berpotensi mengancam persatuan bangsa.
Keberagaman sebagai Kekuatan dan Tantangan
“Keberagaman yang kita miliki seperti suku, pulau, bahasa, agama adalah kekuatan, tetapi sekaligus kerentanan. Jika kita amati, di Arab yang satu bahasa saja bisa terpecah jadi 24 negara. Indonesia jauh lebih beragam, sehingga kita lebih rentan bila tidak ada fondasi kebangsaan yang kuat,” katanya.
Ia menekankan bahwa fondasi kebangsaan yang kokoh adalah kunci menjaga Indonesia tetap bersatu di tengah tantangan digital dan globalisasi.
Pancasila sebagai Anugerah Persatuan
“Kita harus bersyukur karena lahirlah Pancasila di negara kita. Pancasila menjadi titik temu dari berbagai kepentingan, identitas, dan latar belakang. Tegaknya kebangsaan merupakan tanggung jawab kita bersama,” tegas KH Chriswanto.
Menurutnya, Pancasila adalah anugerah besar yang mampu mempersatukan perbedaan sekaligus menjadi pedoman dalam menjaga keutuhan bangsa.
Kebangkitan Nasional 2.0
KH Chriswanto mengingatkan bahwa kebangkitan nasional di era ini tak hanya soal kekuatan fisik maupun ekonomi, tetapi juga ketahanan informasi.
“Kebangkitan nasional 2.0 hanya bisa terwujud bila kita benar-benar memahami dan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa itu, Indonesia bisa terseret arus perpecahan,” ujarnya.
Peran SVK II dalam Membentengi Generasi Muda
Sekolah Virtual Kebangsaan II dirancang untuk memperkuat pemahaman Pancasila sekaligus membangun literasi digital di kalangan generasi muda. Program ini relevan untuk menghadapi tantangan arus informasi global.
“Melalui SVK II, kami berharap generasi muda LDII dan masyarakat luas bisa lebih memahami arti penting Pancasila, serta menjadikannya benteng persatuan di tengah derasnya arus globalisasi,” pungkas Chriswanto.
