
DPD LDII Kabupaten Gunungkidul menggelar pertemuan para dai muda untuk menyusun strategi pembinaan generasi muda yang efektif dan relevan dengan tantangan zaman. Pertemuan yang berlangsung di Masjid Al Husna pada 26 Juli 2025 ini menekankan pentingnya sinergi dan keteladanan dalam mendampingi anak muda.
Pengurus LDII Kabupaten Gunungkidul, Teguh Riyanto, mengajak para dai muda untuk bersungguh-sungguh dalam mendampingi anak-anak dan remaja. “Tugas ini bukan sekadar memberi nasihat, tetapi juga mengarahkan generasi muda agar sukses secara lahir dan batin,” ujarnya. Tiga dai muda, Edi Sumarwan, Vito, dan Rudi Hermawan, berbagi materi dengan pendekatan komunikatif dan relevan dengan kondisi generasi saat ini, mencakup pentingnya pondasi keimanan sejak dini, metode dakwah yang empatik, serta menghadapi tantangan teknologi dan budaya populer.
Edi Sumarwan menekankan pentingnya membangun fondasi keimanan sejak dini. “Kalau pondasi iman sudah tertanam kuat, maka anak-anak kita akan punya arah hidup yang jelas dan tidak mudah goyah oleh arus zaman. Akhlak itu bukan sekadar sopan santun, tapi cerminan dari pemahaman tauhid yang benar. Jadi keduanya tidak bisa dipisahkan,” jelas Edi. Ia juga menekankan peran orang tua dan lingkungan yang positif.
Vito menambahkan pentingnya pendekatan yang sesuai dengan psikologis anak dan remaja. “Dai itu jangan hanya sibuk mengutip dalil dan memberi nasihat, tapi juga harus mampu membangun kedekatan emosional. Anak-anak zaman sekarang itu butuh didengar, bukan cuma diceramahi. Kita harus jadi pendengar yang baik sebelum jadi penyampai yang didengar,” ucap Vito.
Rudi Hermawan membahas tantangan besar yang dihadapi generasi muda, seperti pengaruh teknologi dan budaya populer. “Sekarang ini, anak muda lebih banyak mendengarkan influencer ketimbang ustaz. Maka kita, para dai, harus menjadi figur yang hadir, dekat, dan relevan. Jangan cuma tampil di mimbar, tapi juga hadir di ruang-ruang digital mereka, menjadi tempat bertanya, bukan sekadar penyampai pesan satu arah,” tegas Rudi.