Murup lan Muni: Rahasia Kepemimpinan di Era Digital

Kepemimpinan di era digital membutuhkan lebih dari sekadar penguasaan teknologi. Seni memimpin kini menuntut pemimpin untuk "murup lan muni," menyala dan bersuara, menyebarkan informasi dan menyampaikan visi dengan efektif.

Komunikasi telah bergeser dari tatap muka ke platform digital. "‘Murup’ – menyala. Mengapa api? Karena api itu terang, terlihat, dan menyebar," jelas Budi Muhaeni, Dewan Penasehat DPD LDII Balikpapan. "Lalu ada ‘muni’ – bersuara. Ini bukan sekadar berteriak, melainkan menyampaikan." Media sosial seperti TikTok, YouTube, WhatsApp, dan Telegram menjadi kanvas baru untuk "murup lan muni."

Contohnya, seorang gubernur yang rutin membagikan video progres pembangunan dan menjelaskan kebijakan melalui siaran langsung, serta CEO yang aktif membagikan pemikirannya di LinkedIn dan mengadakan sesi tanya jawab online. Namun, penguasaan media saja tidak cukup.

Studi dari Center for Creative Leadership (2014) menekankan empat keterampilan inti: kesadaran diri (Self-Awareness), komunikasi (Communication), mempengaruhi (Influence), dan kemampuan belajar (Learning Agility). "Bagaimana mungkin kita memimpin orang lain jika kita belum mampu memimpin diri sendiri?" tanya Muhaeni. Komunikasi bukan hanya mengirim pesan, tetapi membangun pemahaman. Mempengaruhi berarti menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Kemampuan belajar memastikan adaptasi pemimpin terhadap perubahan.

"‘Murup lan muni’ bukan lagi hanya tentang kata dan api, tetapi tentang bagaimana kita menyalakan inspirasi dan menyuarakan dampak di tengah pusaran gelombang digital," simpul Muhaeni. Kepemimpinan di era digital membutuhkan transformasi, bukan hanya adaptasi, dengan menguasai empat keterampilan inti dan memanfaatkan peluang digital.

Lebih baru Lebih lama