Pemalang (12/5) – Semangat kebersamaan dan kepedulian sosial warga Desa Nyamplungsari, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang, diwujudkan dalam pembangunan masjid baru yang dimulai dengan prosesi peletakan batu pertama pada Senin (28/4). Prosesi ini dipimpin oleh Kepala Desa Nyamplungsari, Abdul Wahid, dan dihadiri oleh tokoh masyarakat, aparat desa, serta perwakilan organisasi keagamaan setempat.
Turut hadir dalam acara tersebut Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Desa Nyamplungsari, KH Abdul Mutholib, bersama jajaran Pimpinan Anak Cabang (PAC) LDII Nyamplungsari dan Pimpinan Cabang (PC) LDII Kecamatan Petarukan. Hadir pula Dewan Penasihat DPD LDII Kabupaten Pemalang, Slamet Prayitno, yang menyampaikan apresiasinya atas sinergi warga dalam mewujudkan pembangunan ini.
“Alhamdulillah, semua dana berasal dari swadaya masyarakat dan donatur warga sekitar. Ini menunjukkan betapa kuatnya rasa kebersamaan dan tanggung jawab sosial di lingkungan kami,” ujar Slamet Prayitno.
Masjid yang dibangun berlokasi di RT 005 RW 004 dengan ukuran 12 x 6 meter. Lokasi strategis di tengah permukiman warga dipilih agar dapat memudahkan akses untuk ibadah dan kegiatan sosial keagamaan lainnya.
KH Abdul Mutholib menyambut baik pembangunan tersebut serta peran aktif LDII dalam mendorong partisipasi warga.
“Kami berharap masjid ini menjadi pusat dakwah yang sejuk dan mempererat silaturahmi antarwarga. Ini adalah langkah nyata dalam membangun masyarakat yang religius dan rukun,” katanya.
Kepala Desa Nyamplungsari, Abdul Wahid, menyatakan dukungan penuh pemerintah desa terhadap proyek pembangunan yang didanai secara swadaya ini.
“Pemerintah desa sangat mengapresiasi gerakan masyarakat, terlebih dari LDII, yang mampu memfasilitasi dan memotivasi warganya untuk membangun secara mandiri,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa rumah ibadah menjadi bagian penting dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat dan memperkuat nilai-nilai kebersamaan.
“LDII sebagai salah satu organisasi keagamaan di desa tersebut dinilai telah menunjukkan kontribusi aktif dalam pembangunan berbasis keumatan dan gotong royong,” tutup Abdul Wahid.
Pembangunan masjid ini diharapkan tidak hanya menjadi pusat ibadah, tetapi juga sebagai ruang pembinaan umat dan kegiatan sosial masyarakat yang memperkuat ukhuwah serta nilai religius di desa.