Jika Bukan Sekarang, Kapan Lagi? Jika Bukan Kita, Siapa Lagi?

ldii


Dalam sebuah rapat konsolidasi LDII Indonesia bagian timur di Kediri, KH Lukman Hakim, pengasuh pondok pesantren Nurul Hakim - Kaliawen pernah menyampaikan kalimat yang sangat filosofis: "Jika bukan sekarang, kapan lagi? Jika bukan kita, siapa lagi?" Kalimat ini memiliki nilai yang sangat dalam dan relevan dengan keadaan umat Islam saat ini.

Sebagai umat Islam, kita memiliki tanggung jawab untuk memastikan keberlanjutan estafet kepemimpinan dan penyebaran ajaran Islam. Pembinaan generasi penerus adalah kunci utama untuk mencapai tujuan ini. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur'an:

"Dan sesungguhnya Kami telah memerintahkan kepada orang-orang sebelum kamu, yaitu kepada Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa, bahwa mereka harus berpegang pada agama yang lurus dan tidak berpecah-belah." (QS. Asy-Syura: 13)

Namun, sejarah telah menunjukkan bahwa kejayaan Islam dapat punah jika tidak ada pembinaan yang baik kepada generasi penerus. Contoh kejayaan Islam yang punah dapat dilihat di Spanyol dan Filipina. Oleh karena itu, kita harus belajar dari sejarah dan memastikan bahwa kita membina generasi penerus dengan baik.

Islam adalah agama rahmatan lil'alamin, yang menjadi keteduhan dan kedamaian bagi para pemeluknya. Untuk menjaga kejayaan Islam di muka bumi, prasyarat yang mesti dilakukan adalah dengan membina generasi muda sebagai penerus siar Islam di muka bumi. 

"Generasi muda adalah tulang punggung umat, dan mereka adalah yang akan meneruskan estafet kepemimpinan."

Sesekali kita harus bertanya kepada diri kita sendiri: "Jika bukan sekarang, kapan lagi? Jika bukan kita, siapa lagi?" Kita harus memastikan bahwa kita membina generasi penerus dengan baik dan mempersiapkan mereka untuk menjadi pemimpin yang baik di masa depan.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Rasulullah SAW bersabda:

"Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya." (HR. Abu Dawud)

Meyakinkan, kita harus memastikan bahwa kita mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya kepada generasi penerus. Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa kejayaan Islam di muka bumi dapat dipertahankan dan diperkuat.


Ikhlas dan Niat yang Benar

Dalam proses pembinaan generasi penerus, peran para pengajar dan pendidik sangatlah penting. Mereka harus memiliki beberapa hal penting yang dapat membantu mereka menjadi pengajar dan pendidik yang efektif.

Pertama, keikhlasan dan niat yang benar. Para pengajar dan pendidik harus memiliki niat yang benar dan ikhlas dalam mengajar dan mendidik. Mereka harus memiliki tujuan yang jelas, yaitu untuk membantu generasi penerus menjadi orang-orang yang baik dan berguna.

Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman: "Dan tidaklah aku mengatakan kepada kamu sekalian bahwa aku memiliki perbendaharaan Allah dan tidak pula aku mengetahui yang gaib, dan tidak pula aku mengatakan kepada kamu sekalian bahwa aku adalah malaikat. Aku tidak menuruti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku." (QS. Al-An'am: 50)

Ayat ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki niat yang benar dan ikhlas dalam menyampaikan risalah Allah SWT. Oleh karena itu, para pengajar dan pendidik harus memiliki niat yang benar dan ikhlas dalam mengajar dan mendidik.

Kedua, pengetahuan yang luas dan mendalam. Para pengajar dan pendidik harus memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang materi yang mereka ajarkan. Mereka harus memiliki kemampuan untuk menjelaskan materi dengan jelas dan efektif.

Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda: "Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya." (HR. Abu Dawud)

Hadits ini menunjukkan bahwa mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya kepada orang lain adalah salah satu cara untuk menjadi orang yang baik. Oleh karena itu, para pengajar dan pendidik harus memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang Al-Qur'an dan hadits.

Ketiga, kemampuan untuk berkomunikasi efektif. Para pengajar dan pendidik harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi efektif dengan siswa mereka. Mereka harus memiliki kemampuan untuk menjelaskan materi dengan jelas dan efektif, serta memiliki kemampuan untuk mendengarkan dan memahami kebutuhan siswa mereka.


ldii


Sekilas Tentang Kejayaan Islam di Spanyol dan Filipina

Islam memiliki sejarah yang panjang dan gemilang di berbagai belahan dunia, termasuk di Spanyol dan Filipina. Pada abad ke-8, Islam mulai menyebar di Spanyol, yang pada saat itu dikenal sebagai Al-Andalus. Dalam waktu singkat, Islam menjadi agama dominan di Spanyol, dan Al-Andalus menjadi salah satu pusat peradaban Islam yang paling maju di dunia.

Pada masa kejayaan Islam di Spanyol, Al-Andalus menjadi pusat ilmu pengetahuan, seni, dan budaya. Kota-kota seperti Cordoba, Granada, dan Sevilla menjadi pusat peradaban yang maju, dengan masjid-masjid yang indah, universitas-universitas yang terkenal, dan perpustakaan-perpustakaan yang luas.

Salah satu contoh kejayaan Islam di Spanyol adalah Masjid Cordoba, yang dibangun pada abad ke-8 dan menjadi salah satu masjid terbesar di dunia pada saat itu. Masjid ini juga menjadi pusat ilmu pengetahuan dan pendidikan, dengan perpustakaan yang luas dan universitas yang terkenal.

Pada abad ke-15, Islam di Spanyol mulai mengalami kemunduran. Pada tahun 1492, Raja Ferdinand dan Ratu Isabella dari Spanyol merebut kota Granada, yang merupakan pusat terakhir kekuasaan Islam di Spanyol. Sejak itu, Islam di Spanyol mulai mengalami penindasan dan diskriminasi, dan banyak Muslim Spanyol yang dipaksa untuk meninggalkan agama mereka atau melarikan diri ke negara-negara lain.

Sementara itu, di Filipina, Islam mulai menyebar pada abad ke-14, ketika pedagang-pedagang Muslim dari Arab dan Persia mulai berdagang di kepulauan Filipina. Pada abad ke-16, Islam telah menjadi agama dominan di beberapa wilayah di Filipina, terutama di Mindanao dan Sulu.

Pada masa kejayaan Islam di Filipina, beberapa kerajaan Muslim seperti Kerajaan Sulu dan Kerajaan Maguindanao menjadi pusat peradaban yang maju. Kota-kota seperti Jolo dan Cotabato menjadi pusat perdagangan dan pendidikan, dengan masjid-masjid yang indah dan perpustakaan-perpustakaan yang luas.

Namun, pada abad ke-16, Filipina mulai dijajah oleh Spanyol, dan Islam di Filipina mulai mengalami penindasan dan diskriminasi. Banyak Muslim Filipina yang dipaksa untuk meninggalkan agama mereka atau melarikan diri ke negara-negara lain.

Sejarah kejayaan Islam di Spanyol dan Filipina merupakan contoh yang baik tentang bagaimana Islam dapat menjadi agama yang dominan dan memajukan peradaban di berbagai belahan dunia. Namun, sejarah juga menunjukkan bahwa kejayaan Islam dapat mengalami kemunduran jika tidak ada pembinaan yang baik kepada generasi penerus. Oleh karena itu, kita harus belajar dari sejarah dan memastikan bahwa kita membina generasi penerus dengan baik untuk mempertahankan kejayaan Islam di masa depan.

Pastel Background pada H2

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama