Muhammad Hasan Fatahuddin Noor, seorang generasi muda LDII Sleman, berhasil meraih Juara Favorit dalam kategori Film Pendek pada kompetisi “Redefining Solutions on Plastic Pollution Towards Integrated Policy and Knowledge” (RESIK) 2024. Kompetisi ini merupakan bagian dari kampanye “Resik” yang diluncurkan oleh LSM Dietplastik Indonesia, bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK RI), Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL), serta didukung oleh Kedutaan Besar Kanada di Indonesia.
Tujuan dari kompetisi RESIK adalah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, terutama dalam penanganan sampah laut. Hasan, seorang alumni Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada yang mendalami bidang Instrumentasi dan Kontrol serta Energi Baru dan Terbarukan, merasa tertarik untuk berpartisipasi karena tema kompetisi yang sangat relevan dengan situasi lingkungan saat ini.
“Kami menggali ide kreatif tentang berbagai cara penanganan plastik, mulai dari pengurangan sampah plastik hingga edukasi masyarakat tentang mikroplastik. Kebetulan, Jogja juga sedang menghadapi masalah sampah yang serius, jadi ini sekaligus menjadi kesempatan untuk menyampaikan pesan edukatif melalui karya kami,” kata Hasan.
Acara penghargaan RESIK Competition 2024 yang berlangsung di Jakarta dihadiri oleh tokoh-tokoh penting, termasuk Direktur Pengurangan Sampah KLHK Vinda Damayanti Ansjar, UNDP Resident Representative in Indonesia Norimasa Shimomura, Duta Besar Kanada untuk RI H.E. Jess Dutton, dan Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah B3 KLHK Rosa Vivien Ratnawati.
Hasan merasa terkesan dengan acara yang begitu besar dan megah. Kehadiran para tokoh ini menunjukkan betapa seriusnya Indonesia dalam menanggapi permasalahan plastik yang semakin merajalela. Keseriusan ini perlu dicontoh oleh semua lapisan masyarakat agar kita semakin peduli terhadap lingkungan.
Bersama dengan Ajeng Ayu Wulaningtyas dan Farihin Salman Al Farizi, mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Hasan menceritakan perjuangannya dalam membuat video berjudul “Retry”. Mereka menghadapi berbagai kendala, mulai dari keterbatasan peralatan hingga manajemen waktu yang ketat karena kesibukan masing-masing.
Film pendek “Retry” mengisahkan seorang anak yang acuh terhadap lingkungan dan suka bermain game. Anak ini sering menggunakan plastik sekali pakai dan tidak peduli dengan acara yang mendukung pengurangan sampah plastik. Suatu malam, anak tersebut bermimpi terbangun di masa depan di mana sampah plastik telah menyebabkan bencana lingkungan.
“Orang-orang makan dan minum dari sampah plastik, dan gunung sampah ada di mana-mana. Ketika terbangun kembali di masa lalu, anak tersebut menyadari bahwa hidup ini tidak seperti game yang bisa diulang dari awal saat gagal. Sejak itu, dia mulai peduli dengan sampah untuk mencegah bencana lingkungan,” ungkapnya.
Pesan dalam film ini adalah bahwa manusia hanya memiliki satu kesempatan untuk menjaga bumi. “Ketika bumi sudah rusak karena penggunaan sampah yang sembarangan, akan sangat sulit mengembalikannya seperti semula. Mari mulai menjaga lingkungan dari sekarang, sebelum bumi terlanjur rusak,” kata Hasan.