Hajar al-Aswad: Batu Hitam Penyejuk Hati



Hajar al-Aswad, batu hitam yang berada di sudut timur Ka'bah, menyimpan begitu banyak sejarah dan keajaiban. Muslim dari seluruh dunia mengenalinya sebagai titik awal dan akhir tawaf, serta batu yang penuh keberkahan. Namun, tahukah Anda asal-usul dan keistimewaan batu mulia ini?


Batu dari Jannah

Tradisi Islam meyakini bahwa Hajar al-Aswad berasal dari Jannah (surga). Diceritakan bahwa batu ini diberikan kepada Nabi Ibrahim (as) untuk ditempatkan di sudut Ka'bah. Dalam sebuah hadits riwayat Tirmidzi, disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Hajar al-Aswad itu turun dari Jannah, ia lebih putih dari susu, tetapi dosa-dosa anak Adam menjadikannya hitam."


Kisah Kebijaksanaan Nabi Muhammad SAW

Keistimewaan Hajar al-Aswad juga terjalin erat dengan kisah heroik Nabi Muhammad SAW. Ketika suku Quraysh merenovasi Ka'bah, perselisihan muncul mengenai siapa yang berhak menempatkan Hajar al-Aswad kembali ke tempat semula. Ketegangan yang berpotensi menjadi konflik bahkan hampir meletus.

Dalam situasi genting tersebut, Nabi Muhammad SAW yang saat itu belum diangkat menjadi nabi, muncul sebagai penengah. Beliau mengusulkan agar keputusan diserahkan kepada orang pertama yang memasuki gerbang Bani Shaybah. Dan takdir berkata lain, orang pertama yang masuk adalah Nabi Muhammad SAW sendiri.

Dengan penuh hikmah, beliau meminta sehelai kain dan meminta perwakilan tiap suku memegang ujungnya. Kain itu kemudian dibentangkan dan Hajar al-Aswad diletakkan di tengahnya. Dengan begitu, semua pihak merasa terlibat dalam proses pengembalian batu mulia tersebut. Tindakan bijaksana Nabi Muhammad SAW berhasil meredakan ketegangan dan mencegah pertumpahan darah di antara suku Quraysh.

Kisah Hajar al-Aswad dan hikmah Nabi Muhammad SAW ini mengajarkan kepada kita tentang pentingnya persatuan, kesabaran, dan mencari solusi damai dalam menghadapi konflik. Hajar al-Aswad pun menjadi simbol kesucian, keimanan, dan persatuan umat Islam hingga saat ini.


Dicuri dan Dikembalikan

Pernahkah Anda membayangkan Hajar al-Aswad hilang dari Ka'bah? Sekitar tahun 930 M, peristiwa mengejutkan terjadi. Kelompok Qarmatian, sekte Syiah Isma'iliyah, merampok Kota Makkah dan merusak sumur Zamzam. Mereka bahkan mengambil Hajar al-Aswad dan membawanya ke basis mereka di Ihsaa, Bahrain. Kehilangan batu suci ini tentu memicu kesedihan mendalam bagi umat Islam.

Namun, hikmah Allah SWT berkata lain. Sekitar tahun 952 M, Hajar al-Aswad berhasil dikembalikan ke tempat asalnya. Kegembiraan pun meledak di seluruh penjuru dunia Islam. Peristiwa ini menjadi bukti betapa kokohnya iman umat Muslim meski diuji dengan cobaan berat.

Berbagi Keberkahan

Saat ini, Hajar al-Aswad tidak lagi utuh seperti sedia kala. Berbagai kejadian sepanjang sejarah membuatnya terpecah menjadi delapan bagian dengan ukuran bervariasi. Untuk menjaga keutuhannya, potongan-potongan tersebut disatukan dengan batu besar dan dibingkai perak. Bingkai perak ini sendiri sudah beberapa kali diganti oleh para Khalifah terdahulu.

Menariknya, enam potongan terpisahnya diyakini berada di Istanbul, Turki. Beberapa dipajang di tempat-tempat terhormat, seperti mihrab Masjid Biru dan makam Sultan Sulaiman yang Agung. Keaslian potongan-potongan ini memang masih diperdebatkan, mengingat kekuasaan Turki pernah meliputi Arab Saudi dan menyimpan banyak peninggalan Islam bersejarah. Namun, pada akhirnya, hanya Allah SWT yang Maha Mengetahui kebenarannya.

Mencium dengan Penuh Hikmah

Berkisah tentang Hajar al-Aswad tentu tak lengkap tanpa menyinggung tradisi menciumnya saat tawaf. Perlu diingat, meskipun mencium Hajar al-Aswad merupakan sunnah, keselamatan dan kenyamanan sesama peziarah harus tetap diutamakan. Jika situasi sedang padat, cukuplah mengusapnya dengan tangan atau tongkat sembari mengucapkan takbir, lalu mencium tangan atau tongkat tersebut.

Rasulullah SAW sendiri pernah mencontohkan kedua cara tersebut. Jadi, yang terpenting adalah niat tulus dan rasa hormat kepada batu mulia yang sarat sejarah dan keberkahan ini.

Kisah Hajar al-Aswad bukan sekadar cerita masa lalu, melainkan untaian hikmah dan keteguhan iman yang terus menginspirasi. Batu suci ini menjadi simbol persatuan umat Islam, pengingat kuasa Allah SWT, dan bukti nyata keajaiban yang terhampar dalam perjalanan sejarah.

Post a Comment

Previous Post Next Post